This Important...

Behaviour of animal

In recent years it has been appreciated that the behavior of animals may be influenced not only by hormones (chemicals released I nto the internal environment by endocrine glands that regulate and coordinate the activities of other tissues) but also by pheromones-substances released into the external environment by exocrine glands that influence the behavior of other members of the same species. We are accustomed to thinking that information can be transferred from one animal to another by sight or sound ; pheromones represent a means of transferring information, by smell or taste. Pheromones evoke specific behavioral, developmental or reproductive responses in the recipient; these responses may be of great significance for the survival of the species.

          Some pheromones act on the recipient’s central nervous system and produce an immediate effect on its behavior. Among these releaser pheromones are the sex attractants of moths and the trail pheromones and alarm substances secreted by ants. Other primer pheromones trigger a chain of physiological events in the recipient that affect its growth and differentiation. The regulation of the growth of locust and the control of the number of reproductives and soldiers in termite colonies are controlled by primer hormones.

          The sex attractants of moths provide some of the more spectacular examples of pheromones. The male silk moth has an extremely sensitive receptor in his antennae for sensing the attractant. When an investigator records the nerve impulses coming from the antennae, he finds that these electroantennagrams show specific responses to bombykol and not to other substances. The male silk moth cannot determine the direction of the source by flying up a concentration gradient because the molecules are nearly uniformly dispersed except within a few meters of the source. Instead, he responds to the stimulus by flying up-wind to the source. With a gentle wind, the bombykol given off by a single female moth covers an area several thousand meters long and as much as 200 meters wide. An average silkworm contains some 0.01 mg of bombykol. It can be shown experimentally that male responds appropriately when as little as 10,000 molecules of attractant are allowed to diffuse from a source 1 cm away from him. He can have received only a few hundred of these molecules, perhaps less. Thus, the amount of attractant in one female moth could stimulate more than one billion males !.

          Sex attractants have been tested as possible specific insecticides. By putting sex attractant on stakes placed every 10 meters in a large field, investigators could blanket the air with sex attractant, thus confusing the males and greatly decreasing the probability of their finding females and mating with them.

          The fire ants, when returning to the nest after finding food, secrete a trail pheromone that marks the trail so that other ants can find their way to the food. The trail pheromone is volatile and evaporates within two minutes, so that there is little danger of ants being misled by old trails. Ants also release alarm substances when disturbed, and this (rather like ringing the bell in a firehouse) in turn transmits the alarm to ants in the vicinity. These alarm substances have a lower molecular weight than the sex attractants and are less specific, so that members of several different species respond to the same alarm substance.

          Worker bees, on finding food, secrete geraniol, a 10-carbon, branched chain alcohol, in order to attract other worker bees to the food. This supplements the information conveyed by their wagging dance. Queen bees secrete 9-ketodecanoic acid, which, when ingested by worker bees, inhibits the development of their ovaries and their ability to make royal cells in which new queens might be reared. This substances also serves as a sex attractant to male bees during the queen’s nuptial flight.

          In colonial insects, such as ants, bees, and termites, pheromones play an important role in regulating and coordinating the composition and activities of the population. A termite colony includes morphologically distinct queen, king, soldiers, and nymphs or workers. All develop from fertilized eggs. However, queen, king, and soldiers each secrete inhibitory pheromones that act on the corpus allaturm of the nymphs and prevent their developing into the more specialized types. If the queen dies, there is no longer any “antiqueen” pheromone released and one or more of the nymphs develop into queens. The members of each colony will permit only one queen to survive, devouring any excess ones. Similarly, the loss of the king termite or a reduction in the number of soldiers permits other nymphs to develop into the specialized castes to replace them.

          Primer pheromones occur in mammals as well as in insects. When four or more female mice are placed in a cage, there is a greatly increased frequently of pseudopregnancy. If their olfactory bulbs are removed, this effect disappears. When more females are placed together in a cage, their estrous cycles become very erratic. However, if one male mouse is placed in the cage, his odor can initiate and synchronize the estrous cycles of all the females (the “whitten effect”) and reduce the frequency of reproductive abnormalities. Even more curious is the finding (the “bruce effect”) that the odor of a strange male will block pregnancy in a newly impregnated female mouse. 

Sumber : Buku Pembelajaran Hor to prepare Toefl  “About Little Animals”

Renungan Pribadi

SEMUT-SEMUT JENGHIS KHAN

By : Jansen H. Sinamo (Guru Besar Etos Indonesia)

            Siapa yang tidak kenal Jenghis Khan ? dialah kaisar mongol yang terkenal dan gagah perkasa karena tidak saja berhasil menaklukkan seluruh daratan Tiongkok, tetapi juga merambah ke Eropa dan Asia Tengah.

Tahukah Anda Kunci Keberhasilannya ??

            Sewaktu masih muda, demikian kata sebuah hikayat, Jenghis Khan yang dikenal sebagai panglima perang dengan nama kecil Temucin, terlibat perang dengan musuhnya. Pertempuran berlangsung dahsyat; serang menyerang, serbu menyerbu, siasat lawan siasat, serta taktik lawan taktik. Hingga suatu titik, pasukan Temucin kalah, kocar-kacir dan tercerai berai.

            Temucin memilih bersembunyi dalam sebuah gua. Disana , dia melihat pemandangan yang menakjubkan : segerombolan semut yang sedang berusaha mengangkut sebongkah makanan melewati dinding batu setinggi kepalan tangannya, yang dimata semut-semut itu adalah tebing yang amat curam. Berulang kali ketika mereka hamper di puncak, makanan itu jatuh, sehingga mereka harus turun kembali ke dasar untuk beramai-ramai mengangkatnya.

            Mengamati perjuangan semut-semut yang tidak pernah putus asa itu merupakan keasyikan tersendiri bagi Temucin. Iseng-iseng , ia pun mulai menghitung , berapa kali mereka terjatuh bangun mengangkat makanan tersebut. Satu kali, dua kali, tiga kali, empat kali, sepuluh kali, lima belas kali, dua puluh kali…….. sampai lebih dari lima puluh kali, hingga hitungan yang kesekian, semut-semut itu pun berhasil.

            Temucin mendapatkan inspirasi batin sebuah pelajaran dari makhluk kecil yang begitu tekun dan tabah menghadapi kegagalan, melecut dan membangkitkan semangatnya. Baru kali ini dia dan pasukannya tercerai berai oleh musuh. Tidak boleh patah hati, lemah hati, dan kalah semangat.

            Menjelang petang, dengan mengendap-endap Temucin keluar dari persembunyiannya. Melihat situasi aman, diapun kembali ke markasnya. Lalu mulai menghimpun pasukannya, mengatur barisan dan berlatih dan menanamkan semangat semut-semut tadi sebagai suntikan motivasi.

            Konon dengan cara begitulah Temucin berhasil membangkitkan moral dan semangat pasukannya sehingga menjelma menjadi pasukan perang yang gagah berani dan menakutkan musuh-musuhnya.

Hikmah apa yang bisa kita petik dari kisah tersebut ??

Semut adalah makhluk kecil dan lemah yang sering tidak kita sadari keberadaannya. Namun dibalik semua itu, mereka punya semangat dan daya juang yang luar biasa. Sikap tidak pernah putus ada dan pantang menyerah menghadapi kegagalan layak dan patut kita teladani.

            “aku harus lebih perkasa daripada semut-semut yang aku lihat di gua !” itulah lecutan semangat Temucin kepada pasukannya. Dan benar saja, saat mereka bangkit dan berjuang , tidak tawar hati oleh kekalahan, tidak luntur semangat , menghadapi kegagalan dengan kepala tegak, mereka pun bisa berbalik dan menjelma menjadi pasukan yang luar biasa.

Kiranya kita juga bisa memetik hikmah darinya.

Sumber : Majalah INSPIRASI MEI 2011

BACA dan RENUNGKAN

UBAH KELUH KESAH MENJADI GAIRAH

“ Hati yang bersyukur bukan hanya kebajikan yang terbesar, melainkan induk dari semua  kebajikan lain (cicero)

Satu frase yang biasa kita ucapkan dalam setiap doa adalah terima kasih. Tapi tahukah anda seberapa besar dampak ucapan “terima kasih” atau “ucapan syukur” bagi diri seseorang ? sebuah penelitian pernah dilakukan di Florida State University, Tallahasse, AS terhadap 137 mahasiswa untuk tahap pertama dan 218 untuk penelitian kedua. Hasilnya disimpulkan bahwa menyampaikan terima kasih bias memperbaiki perilaku dalam hubungan antar manusia.

“kelompok yang selalu mengucapkan terima kasih menjadi sangat kompak, karena saat mengucapkan hal itu mereka akan memusatkan perhatian pada hal baik yang telah dilakukan oleh orang tersebut” , Kata Nathaniel Lambert, wakil peneliti dari Universitas Tersebut.

            Menurut Nathaniel, mengatakan “terima kasih “ juga menguatkan hubungan dan membuat orang yang menyampaikannya merasa lebih bertanggung jawab terhadap pasangannya. Penelitian ini telah diterbitkan dalam jurnal psikologi internasional, Psychological Science.

            Dalam eksperimen psikologi yang dilakukan Prof. Robert Emmons dari Universitas California-Davis, Amerika mengenai peranan rasa syukur dalam kesehatan fisik dan emosi seseorang menunjukkan hasil yang signifikan.

            Hasilnya, orang-orang yang fokus pada rasa syukur dalam hidupnya merasa lebih gembira dan menjalani hari-hari dengan penuh vitalitas. Mereka juga lebih suka menolong dan menanggung konsekuensi dari tindakan mereka itu. Dalam penelitian lebih lanjut ia bahkan menemukan bahwa orang-orang yang selalu bersyukur jarang sakit, jarang marah, jarang mengalami depresi, dan kesedihan yang dalam.

 By : Majalah INSPIRASI MEI 2011