H.O.R.A.S

Selamat Datang buat anda yang mengunjungi blog ini, Segala informasi dalam blog ini merupakan bantuan dari buku-buku, majalah, dan lain-lain
Semoga blog ini bermanfaat bagi anda ^^.


Rabu, 21 Mei 2014

Karakteristik DAS Batang Gadis



KARAKTERISTIK DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BATANG GADIS
DIPA 29 BALAI PENGELOLAAN DAS ASAHAN BARUMUN TAHUN 2010 PEMATANG SIANTAR, JUNI 2010

          Daerah aliran sungai (Catchment area, watershed) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.
          Pengetahuan mengenai kondisi komponen-komponen penyusun ekosistem DAS merupakan suatu hal yang mutlak harus didapatkan agar proses perencanaan atau pengambilan kebijakan dalam pengelolaan DAS menjadi lebih efisien, efektif dan tepat pada permasalahan yang dihadapi, sehingga karakteristik sumber daya alam dimaksud dapat diidentifikasikan dengan menganalisis keadaan morfometri, tanah, geologi dan masyarakat yang ada di dalamnya. Dengan diketahuinya karakteristik DAS, maka akan diperoleh suatu gambaran umum mengenai sifat, kondisi dan ciri-ciri dari DAS yang nantinya akan berguna bagi penyusunan dan pengelolaan DAS.

          DAS Batang Gadis terletak antara 98 0 55’32’’ BT-99 0 56’14,2’’ BT dan 0 0 27’27,1’’ LU-1 0 32’38,4’’ LU . ditinjau dari letak geografisnya, DAS Batang Gadis melintasi tiga wilayah administrasi yaitu Kabupaten Mandailing Natal, Tapanuli Selatan dan kota Padang Sidempuan dengan luas total ±481.242,32 Ha yang terbagi dalam 5 sub DAS dengan masing-masing luasan sebagaimana berikut :
1.     Sub DAS Batang Angkola          Luas ± 90.823,63Ha
2.    Sub DAS Batang                       Luas ± 94.080,76 Ha
3.    Sub DAS Batang                       Luas ± 165.724,45 Ha
4.    Sub DAS Batang                       Luas ± 50.113,12 Ha
5.    Sub DAS Sikorsik                     Luas ± 80.500,36 Ha

Jenis tanah untuk DAS Batang Gadis didominasi oleh tanah ultisol atau tanah podsolik yaitu meliputi kelompok besar (great groups) kanhapludults, hapludults, dan kandiudults. Dengan demikian wilayah DAS Batang Gadis didominasi oleh jenis tanah yang peka terhadap erosi.

Intensitas curah hujan di DAS Batang Gadis tergolong tinggi dengan kisaran curah hujan antara 1600 mm s/d 3500 mm / tahun dengan sebaran tipe iklim A,A1,C1,D1,dan E2

Sumber : DIPA 29 BALAI PENGELOLAAN DAS ASAHAN BARUMUN TAHUN 2010

Informasi Kehutanan



TAHUKAH ANDA ?
INFORMASI KEHUTANAN


1.     Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan hutan yang luas dan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa yang tinggi di dunia, setelah Brazil dan Zaire

2.    Hutan di Indonesia berdasarkan fungsi pokoknya dibagi menjadi hutan produksi, hutan lindung dan hutan konservasi

3.    Pada tahun 2005 luas hutan Indonesia tersisa 93,92 juta Ha dan 3,74 juta Ha terdapat di Provinsi Sumatera Utara

4.    Laju kerusakan hutan di Indonesia mencapai 2,8 juta Ha setiap tahun, akibat penebangan liar, perambahan dan pembukaan hutan, terutama untuk lahan perkebunan dan pertanian

5.    Kerusakan hutan dapat meningkatkan bencana alam seperti kekeringan dan banjir, bertambahnya suhu bumi dan punahnya beragam jenis tumbuhan dan satwa

6.    Jenis satwa yang berada di ambang kepunahan di Sumatera Utara diantaranya harimau Sumatera, orangutan, gajah, dan burung beo nias

7.    Danau Toba memiliki fungsi sebagai daerah tujuan wisata, kawasan perlindungan tumbuhan dan satwa, daerah tangkapan air, terutama bagi pertanian dan kebutuhan masyarakat sehari-hari

8.    Secara geografis terletak pada 2010’00’’-03000’00’’ LU dan 98024’00’’-99020’00’’BT dan termasuk pada wilayah tujuh kabupaten

9.    Luas Kawasan Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba sekitar 379.846,4 Ha, meliputi luas danau 116.002,3 Ha dan daratan 263.844,2 Ha

10. Kawasan hutan DTA Danau Toba sekitar 192.399,24 Ha. Statusnya sebagai hutan lindung untuk mengatur tata air, mencegah banjir dan erosi, memelihara kesuburan tanah, dan melindungi tumbuhan dan satwa sekitar 159.335,7 Ha

11.  Kekritisan hutan lindung mencapai 131.560,6 Ha (50% dari luas daratan DTA toba)

12. Pengelolaan lahan pertanian secara lestari dan penanaman pohon harus dilakukan untuk mengurangi kekritisan hutan di Danau Toba




MARI MENGURANGI KERUSAKAN HUTAN DENGAN MENANAM POHON SUDAH BERAPA POHON ANDA TANAM HARI INI ??

PERLINDUNGAN LINGKUNGAN




Hijaukan Pembangunan, Butuh Terobosan Kebijakan

            Pembangunan tanpa mempertimbangkan daya dukung lingkungan menuai bencana. Banjir, longsor, kekeringan, dan pencemaran adalah bukti itu semua, bukan semata faktor alam. Hutan digunduli, bukit kapur penyimpan cadangan air dibelah, dan industri membuang limbah ke air dan tanah. 

            Kajian Arif Satria, sebagian besar peraturan daerah mengeksploitasi sumber daya alam, bukan mengatur perlindungan atau pengelolaan lingkungan hidup.
            “masalah lingkungan hidup tak hanya terkait teknis. Faktor politik, kepentingan dan koordinasi antarinstansi sangat mempengaruhi,” kata Dr Berau, misalnya di Kalimantan Timur terdapat perkembangbiakan penyu yang jelas-jelas dilindungi masih diganggu eksploitasi telur penyu milik tokoh politik lokal. Di pulau Kalimantan, tambang-tambang batubara yang menggerus daya dukung lingkungan diantaranya dimiliki pejabat politik, polisi dan militer.

            Akhirnya, soal keberpihakan terhadap keberlanjutan jasa lingkungan pun sulit diwujudkan karena konflik kepentingan. Mengenai politik anggaran, satya mengatakan , keterbatasan KLH yang berstatus golongan C (posisi terbawah dalam struktur lembaga pemerintah setingkat menteri) jadi tantangan besar untuk mempengaruhi kebijakan kementerian lain. Oleh karena itu, butuh terobosan kebijakan demi keberlanjutan lingkungan. 

Sumber : Kompas 16 Nov 2013

Berita Koran Perlindungan



EKOLOGI
Aceh Menuju Situasi Darurat Bencana

            Draf Rencana Tata Ruang Wilayah Aceh yang sedang diselesaikan Pemerintah Aceh berpotensi besar membawa aceh ke situasi darurat bencana alam. Sebab, banyak area hutan, yang semestinya dikecualikan untuk pengalihfungsian karena kondisinya yang ekstrem, dalam RTRW itu justru bakal dibabat. Banyak hutan tersisa pada bidang tanah curam yang seharusnya dikecualikan dalam pembangunan dibawah aturan RTRW ada. “membabat hutan dan membangun jalan di area semacam itu justru tidak aman dan berpotensi bencana”, kata Graham kepada media.
            Keruntuhan ekosistem dan hilangnya manfaat lingkungan, katanya , ancaman pertama begitu hutan-hutan utama di Aceh, misalnya Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) dialihfungsikan seperti rencana RTRW. Selanjutnya, keruntuhan ekosistem itu menghadirkan problem ketahanan pangan bagi masa depan di aceh, selain meningkatnya banjir bandang, erosi dan tanah longsor.
            “ini bukan sains rumit. Ini sederhana, sebab-akibat. Membuka jalan-jalan baru dan konsesi industri baru yang eksploitatif di jantung Aceh hanya menghasilkan kehancuran yang lebih jauh dan mengarah pada ancaman konflik sosial baru,” kata peneliti kehutanan asal Inggris itu.
            Oleh karena itu, mari kita tetap mempertimbangkan dan mendiskusikan bagaimana pengelolaan alam yang sesuai dengan AMDAL.
Salam Rimba

Sumber : Kompas 16 Nov 2013