H.O.R.A.S

Selamat Datang buat anda yang mengunjungi blog ini, Segala informasi dalam blog ini merupakan bantuan dari buku-buku, majalah, dan lain-lain
Semoga blog ini bermanfaat bagi anda ^^.


Kamis, 20 Oktober 2011

HIDROGRAF SATUAN


KOMPONEN HIDROLOGI ....
Latar Belakang
              Hidrograf adalah suatu grafik yang menggambarkan hubungan antara debit dengan waktu. Hasil yang diperoleh dari grafik tersebut nantinya adalah sebuah lengkung hidrograf. Komponen-komponen yang merupakan sumber-sumber penyebab pengaliran di dalam sungai terdiri dari : (1) aliran permukaan (surface runoff); (2) aliran bawah tanah (sub surface flow); (3) aliran air tanah (groundwater flow), (4) air yang berasal langsung dari hujan (channel precipitation).
GAMBAR GRAFIK HIDROGRAF SATUAN
                   Perjalanan air di dalam DAS dapat diasumsikan sebagai limpasan total (total runoff), yang terdiri dari limpasan langsung (direct runoff) dan aliran dasar (base flow). Limpasan langsung sendiri terdiri dari aliran permukaan (surface runoff) dan aliran bawah permukaan yang mengalir langsung (prompt sub surface flow) serta hujan yang jatuh langsung di permukaan sungai (channel precipitation). Sedangkan aliran dasar terdiri dari aliran bumi (ground water flow) yang masuk melalui perkolasi dan aliran bawah tanah permukaan terkemudian (delayed sub surface flow) yang tidak masuk ke saluran, tetapi bergabung dengan air perkolasi dan memperbesar aliran dasar. Aliran dasar dan limpasan langsung akhirnya bersatu menjadi satu menuju ke sungai.
Untuk menentukan besarnya banjir di dalam sungai, perlu diketahui besarnya aliran langsung (direct runoff) yang disebabkan oleh hujan. Hidrograf tersebut dipisah menjadi dua bagian, yaitu :
1.  Aliran langsung (direct runoff) atau aliran hujan yaitu aliran permukaan sungai (channel precipitation), dan aliran bawah tanah (interflow).
2.      Aliran airtanah atau aliran dasar (base flow)
Ada beberapa cara yang dapat digunakan antara lain straight line method fixed base length method, dan variable slope method. Pada penelitian ini menggunakan cara “straight line method”, karena alasan kesederhanaan dan ketelitian yang diperoleh tidak terlalu berpengaruh pada keseluruhan analisis. Cara straight line method ini paling sederhana, yaitu dengan menarik garis lurus yang menghubungkan titik awal hidrograf (A) dengan titik (D). Titik (D) diperoleh dari penggal garis lurus terbawah dari penggambaran sisi-resesi di kertas semi logaritmik dengan sumbu debit (Q) dalam skala logaritmik
           Hidrograf satuan pengamatan meru-pakan hidrograf yang menggambarkan rangkaian kejadian curah hujan yang hanya menghasilkan satu curah hujan efektif dalam satuan waktu, yang dapat diturunkan dari data hujan terpisah dengan intensitas merata atau hujan periode tunggal. Namun demikian, hal tersebut sangat jarang terjadi, yang banyak terjadi adalah hujan dengan periode kompleks, yaitu curah hujan yang dihasilkan lebih dari satu periode Hidrograf pengamatan yang dimaksud adalah hidrograf banjir yang merupakan hidrograf debit (discharge hidrograf), yaitu grafik hubungan antara debit terhadap waktu, yang didapat dari konversi hidrograf muka air.
Parameter DAS yang dipakai dalam Hidrograf Satuan Sintetik Limantara ada 5 antara lain : Luas DAS (A) ; Panjang sungai utama (L) ; Panjang sungai diukur sampai titik terdekat dengan titik berat DAS (Lc); Kemiringan sungai (S); Koefisien kekasaran (n). Parameter-parameter yang berpe-ngaruh pada proses perambatan hidrograf satuan sintetik Limantara ini antara lain luas DAS, panjang alur sungai utama terpanjang, panjang sungai dari outlet sampai titik terdekat dengan titik berat DAS, kemiringan sungai utama, koefisien kekasaran DAS dan perkiraan waktu konsentrasi hujan (Tg), dimana masing-masing parameter tersebut berpengaruh terhadap waktu untuk mencapai puncak dan debit puncak.

 METODE PERLAKUAN
Bahan dan Alat
            Adapun bahan yang digunakan adalah data-data tentang besar debit dan waktu.
            Adapun alat yang digunakan adalah seperangkat komputer dengan software microsoft excel.

Prosedur Kerja
            Adapun tahapan prosedur praktikum ini adalah :
1.      Ditentukan besaran baseflow dari data debit yang tersedia.
2.      Dihitung direct run off dari data debet yang tersedia dengan menggunakan rumus yaitu :
DRO = Debit - Baseflow
3.      Dihitung total direct run off curah hujan efektif
4.      Dihitung besaran hujan efektif, hujan total, koefisien run off dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

5.      Dihitung besar hidrograf satuan dari hujan efektif sebagai berikut :

6.      Ditentukan hidrograf satuan dengan CH pada waktu tertentu dengan rumus :
Hidrograf satuan jam n = hidrograf satuan x CH jam n
7.      Ditentukan hidrograf gabungan / total selama periode waktu tertentu dengan rumus :
Hidrograf gabungan = hidrograf jam I + hidrograf jam II + …..+ hidrograf jam n
8.      Digambarkan grafik hidrograf satuan

KESIMPULAN :
Sifat khas dalam sistem DAS yang menunjukkan sifat tanggapan DAS terrhadap suatu masukan (hujan) tertentu dan sifat ini diandaikan tetap untuk masukan dengan besaran dan penyebaran tertentu. Sifat khas sistem DAS ini adalah hidrograf satuan (unit hydrograph). Hidrograf satuan ini dianggap tetap selama faktor fisik DAS tidak mengalami perubahan. Upaya ini bisa digunakan untuk menghitung debit sungai.
            Dari beberapa ordinat hidrograf satuan pengamatan, dicari ordinat hidrograf satuan rata-rata yang merupakan hidrograf satuan yang akan mewakili sub DAS yang di amati. Karena data-data asli yang terbaik berasal dari durasi hujan dan debit puncak yang berlainan, maka hidrograf satuan yang diperoleh harus dirubah kedalam ordinat hidrograf satuan tanpa dimensi. Dengan hidrograf satuan tanpa dimensi, maka nilai-nilai dari debit puncak (Qp) dan waktu untuk mencapai puncak (Tp) akan sama. Setelah dibuat hidrograf satuan tanpa dimensi, maka nilai-nilai dari basis waktu harus disamakan terlebih dahulu. Di bawah ini merupakan gambar hidrograf satuan.
Dalam membuat grafik hidrograf ditentukan Q = 3 mm/jam. Setelah itu dihitung besar hidrograf satuan pada saat 15 mm, 25 mm, 30 mm, dan     35 mm. Peranan Q adalah sebagai pembatas kapasitas infiltrasi. Untuk menentukan besar hidrograf satuan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Ket : T             = waktu (jam)
         Q            = Debit (m3/s)
         BF          = Baseflow (m3/s)
         DRO1     = Direct run off 1 (m3/s)
         DRO     = Direct run off 2 (m3/jam)


Dalam hidrograf dikemukakan debit air sungai adalah tinggi permukaan air sungai yang terukur oleh alat ukur permukaan air sungai. Pengukurannya dilakukan tiap hari atau dengan pengertian yang lain debit atau aliran sungai adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu penampang melintang sungai per satuan waktu. Dalam sistem satuan SI besarnya debit dinyatakan dalam satuan m2 / dtk. Dalam laporan-laporan teknis, debit aliran biasanya ditunjukkan dalam bentuk hidrograf aliran. Hidrograf aliran adalah suatu perilaku debit sebagai respon adanya perubahan karakteristik biogeofisik yang berlangsung dalam suatu DAS (oleh adanya pengelolaan DAS) dan adanya perubahan (fluktuasi musiman atau tahunan).

STATISTIKA HIDROLOGI


METODE PERLAKUAN

Alat dan Bahan
            Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah seperangkat komputer dengan software Microsoft Excell.  Bahan yang digunakan dalam perlakuan adalah data tentang curah hujan dalam kurun waktu 29 tahun.

Prosedur Kerja
              Adapun prosedur dari Statistika Hidrologi, yaitu:
1.      Ditentukan peringkat untuk data curah hujan dari data yang terbesar hingga terkecil
2.      Dihitung besarnya periode ulang (Tr), dimana:
        Tr =      
ket:
n  = banyaknya data
m = peringkat/ ranking
3.      Dihitung besarnya probabilitas (P), dimana:
        P =      
4.      Dihitung besarnya frekuency of accurate (Fa), dimana:
        Fa =      
ket:
n  = banyaknya data
m = peringkat/ ranking

5.        Dibuat dalam bentuk grafik regresi


Hasil
            Perkiraan debit puncak banjir dapat menggunakan cara perbandingan hidrograf debit dari data yang dicatat dari dua buah pos duga air yang berdekatan dalam satu DAS dengan karakteristik sama. Penelusuran banjir mengacu pada besaran-besaran aliran masuk (I) dan aliran keluar (O) sehingga dapat ditentukan nilai S (besaran penampungan), probabilitas (P), dan Fa (%). Berdasarkan hasil perhitungan maka diperoleh data sebagai berikut :

Pembahasan
            Pengetahuan hidrologi amat penting dalam menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan penggunaan air. Oleh karena itu analisis statistik banyak diaplikasi dalam bidang hidrologi karena statistik amat memudahkan proses menganalisis data dan menganalisis data hidrologi.
            Pada data tabel diperoleh peringkat paling tinggi adalah 26 pada tahun 1980. Hal ini dimaksudkan bahwa curah hujan paling rendah terdapat pada tahun ini sehingga tingkat kebanjirannya sangat minimal dengan curah hujan sebesar 4900 mm. Peringkat 1 memiliki curah hujan paling tinggi yakni sebesar 40100 mm. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dari tahun ke tahun data curah hujan semakin meningkat. Grafik diatas menunjukkan bahwa curah hujan dari tahun ke tahun semakin meningkat karena adanya perubahan kenaikan suhu, lingkungan, dan lain-lain.
            Hubungan curah hujan dengan Fa berbanding terbalik karena semakin besar curah hujan maka Fa semakin kecil. Hal ini bisa dilihat pada tabel 1. Fa pada tahun 1980 sebesar 87.93 % dengan probabilitas sebesar  0.87 dan pada tahun 2008 sebesar 1.72 % dengan probabilitas sebesar 0.03. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa probabilitas dari tahun ke tahun semakin menurun sehingga probabilitas dan Fa berbanding lurus.
Data hujan terpilih yang mewakili masing-masing DAS dan bersesuaian dengan kejadian banjir yang menyertainya ditransformasi menjadi hujan rata-rata DAS. Apabila pada suatu DAS hanya tersedia 1 buah stasiun hujan, maka data hujan perlu dilakukan dengan faktor koreksi berdasarkan persamaan Haspers, dan apabila pada suatu DAS tersedia lebih dari 1 stasiun hujan maka hujan rata-rata DAS diperoleh dengan pendekatan rata-rata hitung (aritmatic mean) atau polygon Thiessen   
           Metode rasional dapat menggambarkan hubungan antara debit dengan besarnya curah hujan untuk suatu DAS. Debit banjir dihitung berdasarkan parameter hujan dan karakteristik DAS, metode rasional baik untuk digunakan pada DAS dengan luas maksimal 500 ha. Metode empiris dilakukan dengan menggunakan metode hidrograf satuan (UHG) untuk menganalisa banjir. Metode statistika yang banyak dipakai untuk menganalisa banjir adalah probabilitas (kementakan), periode ulang (return period), dan analisa frekuensi. Metode statistika sangat berguna untuk mengatahui periode ulang banjir. Model matematik dibuat dengan berdasarkan hubungan data curah hujan dan debit. Setelah diperoleh modelnya maka dengan model tersebut dapat digunakan untuk menghitung debit puncak banjir yang terjadi oleh curah hujan tertentu pada tinggi muka air tertentu di pos duga air
Perjalanan air di dalam DAS dapat diasumsikan sebagai limpasan total (total runoff), yang terdiri dari limpasan langsung (direct runoff) dan aliran dasar (base flow). Limpasan langsung sendiri terdiri dari aliran permukaan (surface runoff) dan aliran bawah permukaan yang mengalir langsung (prompt sub surface flow) serta hujan yang jatuh langsung di permukaan sungai (channel precipitation).
Hasil perhitungan debit banjir dari metode-metode tersebut dibandingkan dengan lugs penampang sungai yang terjadi banjir sehingga dapat diketahui metode mana yang lebih cocok digunakan untuk kondisi suatu sungai dan dari penampang sungai didapat juga persamaan lengkung debitnya yang dapat digunalcan dalam perhitungan debit.Hasil yang diperoleh dari kajian ini adalah Koefisien Hidrologi dari DAS sebelahnya tidak cocok diterapkan pada sungai dikarenakan tidak homogennya data curah hujan yang terjadi pada DAS tersebut. Sedangkan yang cocok digunakan adalah debit rencana dengan metode Rasional dan hydrograf Snyder.
            Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui frekuensi terjadinya banjir. Maksud adalah untuk mengetahui debit banjir dari beberapa metode perhitungan debit rencana, secara langsung dari data curah hujan harian maksimum maupun berdasarkan hasil perhitungan debit harian dari kalibrasi koefisien hidrologi DAS. Sedangkan tujuannya adalah untuk mendapatkan nilai debit banjir sesuai dengan kondisi suatu sungai dan persamaan lengkung debit yang dapat digunakan untuk perhitungan dalam pengukuran debit sungai serta sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan pengelolaan sungai tersebut.


Tahapan Maserasi Kayu Mahoni


PENDAHULUAN
Latar Belakang
            Kayu merupakan sumber kekayaan alam yang tidak akan habis-habisnya, apabila dikelola dengan cara baik-baik. Kayu dikatakan juga sebagai sumber kekayaan alam yang dapat diperbaharui. Berbeda dengan misalnya minyak bumi atau barang-barang tambang yang lain. Jadi eksploitasi barang-barang tambang dibatasi persediaannya di dalam tanah, yang diukur dengan satuan waktu. Kayu mempunyai sifat-sifat spesifik yang tidak bisa ditiru oleh bahan-bahan lain. Kayu sebagai satu bahan mempunyai beberapa sifat sekaligus yang tidak dapat ditiru oleh bahan-bahan lain yang dibuat oleh manusia. Dari segi manfaatnya, bagi kehidupan manusia, kayu dinilai mempunyai sifat-sifat utama, yaitu sifat-sifat yang menyebabkan kayu tetap selalu dibutuhkan manusia (Frick, 1983).
            Setelah kayu, kulit kayu merupakan jaringan batang pohon yang paling penting kedua. Kulit kayu merupakan sekitar 10-20% dari batang tergantung pada spesies dan kondisi pertumbuhan. Melihat pohon secara keseluruhan bagian kulit yang paling tinggi adalah pada cabang dengan nilai 20-35%. Kulit bagian tunggul dan akr juga lebih tinggi dari batang. Kulit menghasilkan jumlah bahan yang tinggi selama kayu diproses. Telah lama kulit dipandang sebagai limbah yang mengganggu dan dibakar atau disimpan. Hanya kulit sejumlah kecil spesies kayu yang dimanfaatkan misalnya kulit pohon oak (Sastrohamidjojo, 1995)
            Tanaman mahoni merupakan tanaman tahunan, dengan tinggi rata-rata 5 - 25 m (bahkan ada yang mencapai lebih dari 30 m), berakar tunggang dengan batang bulat, percabangan banyak, dan kayunya bergetah. Daunnya berupa daun majemuk, menyirip genap, helaian daun berbentuk bulat telur, ujung dan pangkal daun runcing, tepi daun rata, tulang menyirip dengan panjang daun 3 - 15 cm (Sintia, 2008).
            Penentuan beberapa jenis kayu dalam bentuk olahan (kayu gergajian, moulding, dan sebagainya) masih mudah dilakukan dengan hanya memperhatikan sifat-sifat kasar yang mudah dilihat.  Pemilihan dan penggunaan kayu untuk sesuatu tujuan pemakaian, memerlukan pengetahuan sifat-sifat kayu yang bersangkutan, terutama berat jenis, kelas awet, dan kelas kuat. Adapun pengenalan sifat-sifat kayu dapat dilihat dari :
1.      Berat jenis (maksimum, minimum, dan rata-rata)
2.      Kelas awet
3.      Kelas kuat
4.      Warna kayu kering udara
5.      Sifat pengerjaan
6.      Sifat kembang susut
7.      Daya retak
8.      Kekerasan
9.      Tekstur
10.  Serat
11.  Penyebaran
12.  Kegunaan
Seringkali terjadi pemilihan dan penggunaan sesuatu jenis kayu yang tidak tepat karena tidak sesuai dengan sifat-sifatnya. Sebagai contoh, kayu jati (Tectona grandis)  memiliki gambar lingkaran tumbuh yang jelas). Namun apabila kayu tersebut diamati  dalam bentuk barang jadi dimana sifat-sifat fisik asli tidak dapat dikenali lagi karena sudah dilapisi dengan cat, maka satu-satunya cara yang dapat dipergunakan untuk menentukan jenisnya adalah dengan cara memeriksa sifat anatomi/strukturnya (Pika, 1995).

Tujuan
            Adapun tujuan dalam praktikum “Maserasi pada Kayu Mahoni (Swietenia mahagoni) adalah agar kita dapat mengetahui struktur serat dan tahu cara menghitung jumlah serat pada sebuah kayu.


TINJAUAN PUSTAKA
Kayu ialah bahan yang didapatkan dari tumbuh-tumbuhan dalam alam. Tumbuh-tumbuhan ini sebagai sesuatu yang hidup, dipengaruhi oleh kondisi ditempat ia hidup. Pengaruh ini memberikan sifat / keadaan yang berbeda-beda dari tiap jenis kayu yang tumbuh di berbagai tempat dengan kondisi yang berlainan pula. Perbedaan tercermin pada pola dan ukuran serat, pori-pori, zat pengisi kayu, berat jenis, kekerasan kayu dan sebagainya. Serat, arah dan ukuran serat ini pada tiap jenis kayu berbeda-beda. Ada kayu yang berserat lurus, ada yang terpilin, berpadu, berombak, yang ukuran seratnya kecil, sedang atau besar. Serat ini sebetulnya susunan sel-sel kayu yang bentuknya seperti gelendong dan panjang-panjang. Ukuran relatif sel-sel kayu disebut tekstur (Frick, 1983).
            Karena kayu merupakan bahan higroskopis, maka sistem air kayu sangat penting dalam bidang Teknologi kayu, fisika kayu, dan kimia kayu. Tidak lazim untuk menganalisis sampel bebas air karena perubahan yang mungkin terjadi selama pengeringan dan karena kesukaran penimbangan sampel kering tanpa penyerapan uap air. Karena itu biasanya sampel ditimbang dalam keadaan kering udara sedang kandungan air ditentukan dalam sampel terpisah. Dalam kayu lunak kandungan lignin lebih banyak bila dibandingkan dalam kayu keras dan juga terdapat beberapa perbedaan struktur lignin dalam kayu lunak dan dalam kayu keras. Lignin merupakan komponen makromolekul kayu ketiga. Struktur molekul lignin sangat berbeda bila dibandingkan dengan polisakarida karena terdiri atas sistem aromatik yang tersusun atas unit-unit fenilpropana (Sastrohamidjojo, 1995)
            Terdapat perbedaan yang mendasar antara sifat struktur kayu daun lebar dan sifat struktur kayu daun jarum.  Kayu-kayu daun jarum tidak mempunyai pori-pori kayu seperti halnya kayu-kayu daun lebar. Untuk menentukan jenis sepotong kayu, kegiatan pertama yang harus dilakukan adalah memeriksa kayu tersebut dengan memeriksa sifat kasarnya.  Apabila dengan cara tersebut belum dapat ditetapkan jenis kayunya, maka terhadap kayu tersebut dilakukan pemeriksaan sifat strukturnya dengan mempergunakan loup. Untuk memudahkan dalam menentukan suatu jenis kayu, kita dapat mempergunakan kunci pengenalan jenis kayu. Kunci pengenalan jenis kayu pada dasarnya merupakan suatu kumpulan keterangan tentang sifat-sifat kayu yang telah dikenal, baik sifat struktur maupun sifat kasarnya.  Sifat-sifat tersebut kemudian didokumentasikan dalam bentuk kartu (sistim kartu) atau dalam bentuk percabangan dua (sistem dikotom). Kayu mahoni merupakan jenis kayu ini juga memiliki serat yang padat dan jarang mata kayunya, kayu mahoni juga bagus untuk pekerjaan perabot rumah tangga dan kerajinan ukir. Sifat kayu ini sedang dalam pengerjaanya, kembang susutnya sedang, tekstur dan daya retaknya sedang (Sekti, 2008).
            Tanaman mahoni hampir sama populernya dengan tanaman sengon sehingga  banyak dipilih oleh petani untuk ditanam di areal hutan rakyat. Berbeda dengan sengon tanaman ini tumbuh lebih lambat dengan daur 15 – 20 tahun. Pemasaran kayunya juga terbuka lebar baik untuk konsumsi local, regional, nasional maupun export. Sifat kayunya lebih kuat dari tanaman sengon sehingga penggunaannya lebih luas sebagai kayu pertukangan untuk bangunan rumah,jembatan dan sebagainya, disamping untuk mebel, cabinet, barang bubutan, popor senapan, lantai, dinding hias serta untuk venire muka. Kayu ini dapat digunakan untuk energi namun kurang baik untuk pulp dan kertas (Rahman, 2008).
            Arah pertumbuhan serat-serat kayu sehubungan dengan sumbu memanjangnya disebut jaringan kayu. Serat-serat tersebut tidak selalu tumbuh sejaajr dengan sumbu pohon dan karenanya mereka nampak sebagai pola-pola yang berbeda pada sepotong kayu yang digergaji. Pola-pola tersebut dinamai gambar jaringan. Pada umumnya serat-serat pohon berada sejajr dengan sumbu memanjangnya kayunya kuat dan mudah dikerjakan, biasanya  kayu dengan jaringan lurus mempunyai gambar jaringan yang kurang indah.
Fungsi sel yang berserat adalah untuk memberi kekuatan pada pohon yang sedang tumbuh. Tipe selain yang terdapat pada kayu-kayu keras adalah yang disebut sel pembuluh atau selpori tidak terdapat sel-sel pada kayu lunakyang menyerupai sel pembuluh. Dengan demikian ada atau tidaknya pori-pori dalam kayu merupakan petunjuk ke dalam jenis utama yang mana kayu tertentu digolongkan. Sel-sel pembuluh merupakan pipa-pipa panjang yang arahnya memanjang sejajar dengan sumbu batang pohon (Stefford dan McMurdo, 1986).

METODE PERLAKUAN

Alat dan Bahan
Alat
            Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
  1. Pisau untuk memotong kayu seukuran korek api
  2. Cawan petri sebagai wadah diletakkannya kayu yang telah direbus
  3. Tempat perebusan sebagai tempat untuk merebus kayu
  4. Mikroskop elektron sebagai alat bantu dalam pengukuran serat
  5. Kaca preparat sebagai wadah / tempat meletakkan serat
  6. Pipet tetes sebagai alat untuk mengambil serat dalam skala kecil
  7. Tabung reaksi sebagai wadah meletakkan kayu seukuran korek api untuk direbus

Bahan
            Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
  1. Kayu sebagai bahan yang akan diukur panjang seratnya
  2. Aquades sebagai sebagai larutan penetral
  3. Alkohol sebagai larutan dalam pemisaham serat (maserasi)
  4. Saframin sebagai larutan pewarna dan mempermudah pemisahan serat sehingga serat tahan lebih lama
  5. Larutan NaOH sebagai larutan yang bersifat basa
  6. Kertas saring sebagai bahan pembantu dalam pemisahan serat

Prosedur Kerja
            Adapun prosedur dalam praktikum ini adalah :
  1. Disiapkan alat dan bahan.
  2. Dipotong kayu mahoni seukuran korek api sebanyak 3 buah.
  3. Diletakkan didalam tabung reaksi berukuran kecil dan kayu tersebut direbus sampai lunak.
  4. Setelah kayunya lunak maka kayu diletakkan di atas kertas saring, dan dicampur dengan larutan NaOH 12,5%.
  5. Setelah itu dicampur dengan larutan alkohol secara berturut-turut yakni 10%, 30%, 50%, dan 70%.
  6. Didiamkan selama beberapa menit dan dipisahkan serat mahoni dari kertas saring, serat mahoni tersebut diletakkan di cawanpetri setelah itu dicampur dengan larutan saframin (larutan tersebut berwarna merah).
  7. Diletakkan cawan petri tersebut di tempat yang aman dan didiamkan selama 24 jam.
  8. Dilakukan pengukuran serat dengan menggunakan mikroskop elektron dan dicatat datanya berdasarkan panjang serat, diameter serat, dan diameter lumen dan ketebalan dinding sel.
 STILL DO WORK OF FIBER...^^