H.O.R.A.S

Selamat Datang buat anda yang mengunjungi blog ini, Segala informasi dalam blog ini merupakan bantuan dari buku-buku, majalah, dan lain-lain
Semoga blog ini bermanfaat bagi anda ^^.


Jumat, 30 Desember 2022

Kondisi Pendidik Di Indonesia

 PENDIDIK DI INDONESIA MEMANG KURANG DIHARGAI


Hari ini, Senin 5 Desember 2022, Harian Republika membuat berita di halaman depan dengan judul "Presiden Meminta Guru Bangun Mentalitas Anak Didik". Saya sedih membacanya karena langsung terbayang nasib begitu banyak guru yang masih sangat memprihatinkan. Mereka selalu diberi tugas berat, tapi terlupakan dukungan kesejahteraannya. Silahkan baca cuplikan berita itu terlampir.


Saat negeri ini diproklamasikan, jelas sekali ada tekad untuk maju. Dalam pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa tugas pemerintah antara lain "memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa". Karena itu, sumber daya manusia selalu menjadi tema diskusi para petinggi negeri dari pemerintahan satu ke lainnya. Guru selalu jadi tumpuan harapan untuk mendorong tumbuhnya kecerdasan dan mental anak didik. 


Namun, sorry to say, dalam periode pemerintahan siapapun, para guru ini selalu diterlantarkan. Mereka hanya dibesarkan hatinya melalui kata-kata seperti "pahlawan tanpa tanda jasa" "pejuang tanpa pamrih" dst..dst. Banyak kata-kata lain yang hanya berfungsi membesarkan hati, tapi dalam praktik, tak ada kebijakan yang wajar untuk mendukung tingkat kesejahteraan mereka. Ini berbeda dengan negara-negara tetangga yang paling tidak profesi guru tak terendahkan. Ya, pantas saja bila kita tertinggal jauh, bahkan dari negeri seperti Vietnam yang baru bangun dari puing puing akibat perang. Bayangkan, bangsa sebesar Indonesia, mayoritas gurunya adalah guru honorer atau guru tidak tetap (GTT). Gajinya juga rendah. Dan sialnya, sudah gaji rendah, bayaran untuk menopang hidupnya juga sering terlambat. Brengsek! (Maaf sedikit mengumpat).


Saya tak tahu siapa yang harus bertanggung jawab, apakah DPR, Menteri Keuangan, Menteri Pendidikan, atau puncaknya Presiden. Saya kira, Nadim Makarim saat merancang Gojek, mampu membuat skema pembayaran supir Gojek dengan penghasilan yang lebih baik. Paling tidak lebih baik daripada guru honorer. Makanya bisnis Gojek bisa berkembang. Sri Mulyani ternyata juga mampu membuat skema gaji PNS di Kementerian Keuangan yang besarnya jauh lebih tinggi dari gaji guru, dosen atau bahkan PNS di lain kementerian. Tapi mereka tak mampu merancang sistem penggaji untuk guru dengan besaran gaji yang wajar. Ada pepatah dalam bahasa Inggris, "If you give peanut, you get monkey" (bila anda memberi kacang, yang anda dapatkan adalah monyet). 


Jadi, bagaimana kita bisa maju. Bangsa yang pemerintahannya tak menghargai guru jelas akan sulit mengejar ketertinggalan, atau bahkan akan menjadikan bangsa ini terpuruk. Tolong bandingkan gaji guru dengan gaji para anggota DPR dan DPRD. Merek bekerja dalam jangka waktu lima tahun,  tetapi konon mereka langsung mendapat uang pensiun seumur hidup. Sudah begitu, banyak yang korupsi pula. Adilkah ini? Pagi pagi saya sudah kesel gara gara baca koran Republika hehehe. 


Saya jadi teringat tulisan Mantan Mendagri Gamawan Fauzi. Saya saat itu tersenyum membaca tulisan itu. Sayang tulisan itu terbit saat Pak Gamawan tak lagi menjabat. Silahkan baca tulisan berikut hehe. Ini maksudnya untuk menghibur lho karena isinya lucu. Nama saya disebut pula..hehe.


***


*Nilai Otak dan Goyang*

Oleh: Gamawan Fauzi 07/03/2022 | 21:35 WIB


Dua hari lalu saya membaca sebuah artikel tentang uang penghargaan atau honor seorang artis. Disebutkan dalam tulisan tersebut bahwa seorang artis yang sangat populer mendapat uang jasanya sebagai master of ceremony (MC) sebesar Rp5,5 miliar untuk 45 menit dia bekerja.


Pada lain kesempatan saya pernah diceritakan besaran bayaran seorang artis penyanyi terkenal yang sekali diundang menghibur bisa mengeluarkan biaya hingga 200 juta rupiah hanya untuk 5 atau 6 lagu saja. Itu sudah termasuk biaya hotel, asisten dan pesawatnya.


Kemarin saya hadir dalam sebuah perhelatan pesta pernikahan mewah. Hadir di situ seorang biduan terkenal tanah air. Dia membawakan 4 atau 5 Iagu saja, kemudian istirahat di kamar hotel tempat acara. Tampilannya luar biasa. Berbaju glamor dan berdandan bak bidadari. Undangan mendekat ke panggung. Cucu saya tak mau ketinggalan. Sebagai milenial dia juga terpukau dengan segala tampilan sang artis. Mulai dari gaunnya yang wah, dandanannya yang mempesona hingga Iantunan Iagunya yang sangat memanjakan telinga pendengar. Saya hanya senyum dan manggut-manggut memahami kenyataan itu. Saya berfikir. Cucu saya adalah bagian dari mode hidup yang terjadi dewasa ini, yang mungkin juga menjadi trend dunia semisal budaya Korea.


Negeri gingseng yang tiba tiba menggeser obat herbal menjadi penjual drama, make up dan gaya hingga tak kurang dari Kiyai Makruf Amin pernah merujuknya dalam sebuah pidato beliau. Belakangan ini saya jarang sekali menonton TV, apalagi sinetron dan nyanyi. Saya jadi “ketinggalan kereta” untuk urusan sejenis itu.


Beberapa tahun Ialu, ketika saya duduk bersebelahan dengan DR. Imam Prasodjo, dosen sosiologi UI dalam acara dialog pada sebuah stasiun televisi, beliau berucap kepada saya. Di negeri ini harga goyang bebek, goyang Dumang dan goyang-goyang lainnya honornya ratusan kali harga pikiran. Dengan menyebut nama seorang artis dangdut, beliau mengatakan bahwa honornya Rp100 juta dan kita nanti akan terima honor Rp500 ribu. Saya tak berkomentar dan hanya tersenyum. Eh.. pada saat acara usai, karyawan TV tersebut menyorongkan kuitansi dan saya baca sudah terima dari dan seterusnya honor tersebut besarannya tertulis Rp500 ribu.


Saya tak kaget lantaran sudah biasa dan memang sebesar itu nilai sebelum sebelumnya, apalagi bagi saya yang saat itu sebagai seorang pejabat, yang penting momen diskusi bisa dimanfaatkan menjelaskan pandangan, sikap atau program kelembagaan di tempat saya menjabat. Soal honor itu bukan tujuan.


Tapi dengan membaca artikel dua hari Ialu itu, saya menjadi ingat uoapan Dr. Imam Prasodjo dan saya coba berfikir komperatif dan lebih substantif sebab saya juga tau besaran uang kehormatan untuk para mubalig dan ulama yang menyiram qalbu jemaah 60 menit atau Khutbah Jumat sekitar 30 menit. Saya juga tau upah buruh lepas, bekerja 8 jam seratus ribu, tukang yang terampil 8 jam bekerja Rp150 ribu dan honor dosen untuk sekali ngajar rata rata Rp350 ribu rupiah, dan sederet daftar upah/ honor/ uang lelah atau apapunlah namanya.untuk berbagai profesi.


Para pengajar, dosen atau semacamnya memang beda beda untuk setiap lembaga pendidikan. Guru besar konon mendapat uang kehormatan setiap bulan Rp18 juta diluar gaji. Tapi para direktur bank dan dirut BUMN besar rata rata mendapat gaji dll tak kurang dari Rp150 juta bahkan ada yang mencapai Rp250 juta per bulan. BUMN yang amat besar bisa menoapai Rp300 juta Belum lagi termasuk Tantiem tahunan yang jumahnya miliaran bahkan ratusan miliar jumlahnya, tergantung Iaba perusahaan.


Pada jajaran birokrasi, gaji presiden tak lebih dari Rp60 juta per bulan, gubernur Rp8,7 juta dan bupati/ wali kota Rp6,2 juta. *Sementara biaya kampanye yang dikeluarkan dipastikan hitungan milyar. Pernah saya menanyakan kepada salah seorang gubernur di salah satu Propinsi “kaya” Berapa uang keluar buat biaya kampanye? Dia mengangkat satu jari telunjuknya. Saya kaget. “Seratus miliar?” tanya saya menegaskan. Dia mengangguk. “Kenapa sebesar itu?” tanya saya. “Saya kan banyak partai yang mendukung Pak,” katanya. “Biaya kapal berlayar kan besar,” jawabnya. Saya manggut-manggut tanda paham. Belum lagi biaya alat peraga kampanye yang sangat masif.*


Tapi saya tak berlarut Iarut membandingkan sistem gaji Birokrat. Dulu saya pernah menjadi bagian dari team yang merumuskan sistem penggajian yang adil dan proporsional di lingkungan pejabat negara dari pusat sampai daerah. Drafnya sudah selesai dan dianggap final. Tapi tak mudah untuk di tanda tangani pejabat berwenang karena ributnya pasti lama. Dan yang tanda tangan pasti akan di hujat berbulan bulan karena bisa di cap hanya memikirkan nasib pejabat, bukan nasib rakyat.


Tapi yang saya ingin bandingkan adalah honor penceramah yang memberi pencerahan dengan honor penghibur. Dua-dua nya menyentuh rasa dan jiwa. Penceramah adalah orang berilmu yang bermaksud membasuh qalbu agar menjadi qalbun Salim atau jiwa yang tenang dan menuntun jalan untuk “pulang” dengan husnul khatimah, meningkatkan ketaqwaan sebagai  sesuatu yang sangat mendasar serta menyempurnakan iman bagi orang yang beriman agar hidup yang singkat ini berbuah manis dengar sorga yang abadi dalam kehidupan yang sebenarnya (akhirat). Sementara hiburan adalah hiburan. Hiburan adalah untuk kesenangan sesaat ketika lagu yang merdu itu didengar telinga dan dirasakan jiwa yang halus. Atau juga untuk memanjakan mata dari menikmati lenggang lenggok penyanyi yang di idolakan. Kadang tampilan itu membius dan menuntun pribadi hingga melupakan kesulitan hidup bagi yang kering atau menyempurnakan kenikmatan hidup bagi yang berpunya. Kebahagian ini jangan cepat berlalu. Katanya. Tapi kenikmatan itu hanya sesaat, tak mampu membuat batin tenang. Setelah penyanyi berlalu, persoalan hidup tak akan teratasi. Kegalauan muncul kembali bagi yang sedang galau.


Apalagi juga tak memberikan sumbangan apa-apa untuk kehidupan sesudah mati. Tapi itulah fakta yang kita jumpai. Rp100 juta bersih, buat artis populer, dan Rp500 ribu buat penceramah atau da’i, sudah termasuk biaya transportasi dll.


Saya tak bermaksud menyalahkan siapa-siapa. Dan saya juga tak bermaksud menyudutkan orang yang membayar mahal para artis. Itu hak mereka. Tapi saya sekedar bercerita bahwa itulah fenomena kehidupan kita. Kadang-kadang karena demikian kompleksitasnya persoalan hidup, membuat kita lupa bermuhasabah.

Kadang karena berjalan terlalu jauh dan hidup terlalu panjang, membuat kita lupa akan hakekat. Sehingga sesuatu yang sederhana kita hargai berlebih, sementara sesuatu yang penting dan bernilai tinggi kita abaikan. Saya bisa juga salah. Galibnya manusia.


Alahan Panjang 7 Maret 2022.


Dr. Gamawan Fauzi, SH. MM adalah menteri dalam negeri (2009-2014), gubernur Sumbar (2005-2009), bupati Solok (1995-2005),


(Dari status fb Imam B Prasodjo)




Renungan Lahir Raja Syalom

 *Lahir Raja Syalom*


📖 *_Lukas 2:8-14_*

https://alkitab.mobi/tb/passage/Lukas+2%3A8-14/


Lirik sebuah lagu yang selalu kita nyanyikan pada waktu Natal berkata: _Lahir Raja Syalom!_ Lirik lagu _Malam Kudus_ itu begitu tepat menjelaskan siapa yang lahir. Seorang *Raja Syalom*. Apa artinya _syalom_? Dan _syalom_ apa yang dibawa Kristus?


*Syalom*


Seperti halnya banyak kata dalam bahasa Ibrani lainnya, kata _“syalom”_ yang biasanya diterjemahkan _“damai”_, memiliki arti yang lebih luas dari sekedar _“damai”_. _“Damai”_ biasanya dipahami sebagai sebuah kondisi dimana tidak terjadi peperangan atau adanya ketenangan jiwa. Namun sebenarnya kata _“syalom”_ mengandung arti yang jauh melebihi pengertian-pengertian tersebut. Kata _“syalom”_ berkonotasi tentang sebuah keutuhan hidup yaitu tentang _‘kesejahteraan, kesehatan, keamanan, kemakmuran, keutuhan, integritas dan kesempurnaan’_.


*Peristiwa di Padang*


Di malam kelahiran Yesus, ada sebuah peristiwa yang terjadi tidak jauh dari tempat Yesus dilahirkan. Lukas mencatat _di daerah itu..._, pada _...waktu malam..._, para gembala sedang menjaga ternak mereka di padang. Sekonyong-konyong, di hadapan mereka berdiri seorang(!) malaikat Tuhan. Dan, sama seperti para nabi sebelum mereka, mereka sangat takut (bnd. ```Hak. 6:22, Yes. 6:5```). Kenapa? Karena manusia berdosa (gembala) sedang berhadapan dengan bala tentara Allah yang kudus. Dan manusia berdosa tidak akan tahan berhadapan dengan kekudusan Allah (lih. ```Ezr. 9:15, Nah. 1:6```). _"...celakalah aku..."_, begitulah mereka berpikir, sama seperti Gideon dan Yesaya sebelum mereka. Manusia berdosa tidak akan tahan, dan pasti binasa di hadapan kekudusan Allah.


*Kabar Sukacita?*


_"Jangan takut..."_, demikianlah kalimat pertama malaikat itu, seolah membaca pikiran dan bahasa tubuh para gembala yang mematung dengan wajah pucat pasi. Aku datang bukan untuk menghukum kalian. Aku, tentara Allah yang Kudus, hadir di sini untuk _"...memberitakan kepadamu kesukaan besar."_ Kesukaan? Kesukaan yang besar? Apakah kesukaan yang besar yang mungkin kami terima? Begitu mungkin pikiran para gembala.


Waktu itu, bangsa Israel sedang dijajah oleh bangsa Romawi. Dan juga, semenjak Maleakhi, tidak ada muncul nabi Tuhan di bangsa Israel. Ini adalah waktu-waktu suram bagi bangsa Israel. Pajak yang tinggi, kekuasaan yang dilucuti. Tidak ada nampak satupun sisa-sisa kebearan Daud dan Salomo pada bangsa Israel waktu itu. Dan semua orang Israel sedang menunggu janji Tuhan akan lahirnya seorang Raja, yang akan memulihkan Kerajaan Israel. Yang akan melepaskan mereka dari penjajahan Romawi. Dan akan membawa Israel ke puncak dunia. Sang Mesias.


_"Hari ini, telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan..."_. Inilah kabar sukacita itu. Hari ini. Gembala, kamu tidak perlu lagi menunggu. Sudah lahir _lho_ hari ini Mesiasmu. Tuhanmu. Di sini. Dekat sini. Tidak jauh dari kalian berdingin-dingin di luar menjaga ternak. Lihatlah, nanti kalau kalian pergi ke Betlehem, pergi ke kandang, kalian akan menemukan seorang bayi dibungkus lampin, ditaruh di tempat kalian menaruh makanan untuk ternak kalian. Nah, itulah Mesias kalian.


Dan untuk menunjukkan sukacita bala tentara surga, malaikat yang tadinya cuma satu, tiba-tiba menjadi ramai. Menjadi banyak, dan semua bernyanyi: _"Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera (syalom) di antara manusia yang berkenan kepada-Nya."_ Malam itu, bala tentara sorgawi, menyanyikan koor pertama di malam Natal. 


Malam ini lahir Raja Damai. Tapi damai macam apa?


*Damai yang Dibawa Sang Raja*


Kita maju ke depan sebentar. Meninggalkan malam ketika gembala mendapat kunjungan seumur hidup dari bala tentara surga. Seorang guru Yahudi yang kontroversial berkata: _"Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang."_ (```Mat. 10:34```). Dan maju lagi. Dia ditangkap. Murid-murid-Nya semua lari. Dia disalib. Sebuah penghukuman yang paling berat dan paling hina pada zaman itu. Dia bangkit, lalu naik ke surga. Dan apa yang terjadi? Kedamaian dunia?


Kita melihat sangat jauh dari itu. Murid-murid dikejar dan dianiaya. Mereka dibunuh, disiksa dan difitnah. Kaisar Nero membunuh orang-orang Kristen di Roma sebagai hiburan. Lalu dalam puncak kegilaannya, ia membakar kota Roma (bersama dengan orang-orang Kristen di dalamnya)dan menuduhkannya kepada orang Kristen.


Murid-murid-Nya? Hanya satu yang meninggal dalam kondisi tua dalam pembuangan.Yang lainnya dipenggal, diberikan ke singa, digoreng, ditombak, disalib terbalik. Saat inipun tidak jauh berbeda. Ibadah saja susah. Konsep-konsep Kristen dihina dan diejek. Bahkan di negara dan institusi yang membawa nama Kristen. Mungkin hati kita menjerit, sama seperti pertanyaan lirih para rasul sebelum Kristus terangkat ke sorga: _"Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?"_ Maukah engkau pada masa ini membuat kami sebagai agama yang paling besar? Kami bebas dari hinaan, dari tekanan. Kami menjadi yang paling agung. Kami yang menguasai dunia ini?


"_Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini..."_ jawab sang Raja jauh sebelumnya. Dia datang bukan hanya untuk sekedar perdamaian dunia. Perdamaian yang dibawa-Nya jauh melampaui itu. Perdamaian yang dibawa-Nya adalah perdamaian antara Allah yang Mahakudus dengan manusia berdosa --yang karena dosanya menjadikan dirinya musuh Allah (```Yak. 4:4```). Masalah terbesar manusia adalah dosa, dan Ia datang untuk menyelesaikan masalah itu, sehingga manusia yang berdosa boleh lagi berhadapan muka dengan muka dengan Allah yang kudus. Supaya setiap orang yang diperkenan Allah boleh masuk ke hadirat TUHAN tanpa berkata: _"Celakalah aku!"_. Tapi akan bernyanyi bersama: _"Keselamatan kita datangnya dari Allah kita, yang duduk di atas takhta, dan dari Anak Domba itu!"_ (```Why. 7:10```-BIMK). Damai yang dibawa-Nya melebihi pemahaman kita. Jauh lebih agung. Jauh lebih kekal. Itulah kabar sukacita-Nya. 

Itulah kabar-Nya.


Lahir Raja Syalom. Mari kita wartakan berita sukacita itu. 




Selamat Natal bagi kita.





Renungan Tak Ada Yang Abadi

 Slmt pg buat kita semua..


Matius 21:14 (TB)  Maka datanglah orang-orang buta dan orang-orang timpang kepada-Nya dalam Bait Allah itu dan mereka disembuhkan-Nya. 

🙏🙏🙏



“Tak Ada yang Abadi"


Aktor terkenal yang juga mantan gubernur California Arnold Schwarzenegger menghebohkan jagad sosial media setelah mengunggah foto dirinya yang sedang tidur di jalan di bawah patung perunggu dirinya di luar hotel, dan menulis dengan sedih, 


“How times changed"(“Bagaimana waktu berubah").


Melalui foto tersebut, dia menyampaikan sebuah pesan bahwa penghormatan orang terhadap Anda berubah seiring berjalannya waktu.


Alasan dia menuliskan kalimat tersebut bukan karena dia tua, tapi karena ketika dia jadi gubernur California meresmikan hotel tersebut dengan patung perunggu dirinya di depan hotel tersebut. Pihak hotel menyampaikan ke Arnold "Setiap saat Anda boleh datang dan ada kamar untuk Anda yang selalu tersedia". Namun ketika Arnold sudah tidak menjabat gubernur lagi dan datang ke hotel tersebut, pihak hotel menolaknya dengan alasan bahwa kamar hotel sudah penuh.


Dia lalu membawa kantong tidur dan tidur di bawah patung dirinya dan berharap orang bisa mengambil pelajaran dari kejadian tersebut.


Arnold dengan kekayaannya bisa membeli hotel yang dia inginkan, tapi dia ingin menyampaikan pesan kepada orang-orang melalui tindakannya.


Dia memposting foto tersebut di media sosial, dia menyampaikan sebuah pesan bahwa "


"ketika dia berada dalam posisi yang kuat, semua orang termasuk manajemen hotel memuji dia, namun saat dia kehilangan posisinya sekarang, mereka dengan mudah melupakan janji mereka kepadanya".


'How times changed'

(Ya waktu terus berubah.)


"Jangan percaya pada semua atribut duniawi: jabatan anda, harta benda anda, kekuasaan atau kecerdasaan anda. Semua itu tidak ada yang abadi. Kecuali kehidupan setelah kematian."


“Pengingat diri”


Sanjungan atas diri kita akan Berubah saat Kondisi kitapun Berubah


"Ketika kita berada di atas, Kata-kata Sampah kitapun akan tercium harum semerbak bak Kata-kata Bijak, namun saat kita berada di bawah Kata-kata bijakpun tidak ada yang mau mendengar karena Aroma nya serasa sampah


Di Saat Jatuh Kita akan mudah sekali mengenali Teman Baik dan Penghianat.


 “Ketika kita berjaya... carilah teman Baikmu itu... karena Biasanya dia akan sembunyi dan menjaga jarak ..."


Tetap Semangat ...


Noted: Hal diatas lumrah dan manusiawi, ketika sedang berjaya apakah krn harta atau kedudukan, maka semua org akan hormat dan segan, dan mmg semua yg fana ini tdk ada yg abadi, ada masanya ... ambil hikmah yg terbaik.


Selamat Berkarya utk kita semua ... 😋😋👌🏻👌🏻