H.O.R.A.S

Selamat Datang buat anda yang mengunjungi blog ini, Segala informasi dalam blog ini merupakan bantuan dari buku-buku, majalah, dan lain-lain
Semoga blog ini bermanfaat bagi anda ^^.


Rabu, 19 Maret 2014

Prinsip Penanaman Tanaman

Motto Menanam 

Motto yang harusnya ditanamkan sejak awal adalah ‘Jangan Menanam Kalau Tidak Mau Memelihara” .
Percuma kita menanam pohon di areal HTI apabila kita tidak melakukan pemeliharaan. Pemeliharaan yang dimaksud sebenarnya hanya ada 3 kegiatan yaitu : Pengendalian Gulma, Pemupukan , Penunggalan Batang (Singling) dan Pengendalian Hama Penyakit.

Tetapi sebelum memasuki bahasan Pemeliharaan, akan saya coba memaparkan sedikit tentang penanaman. Kunci keberhasilan penanaman di areal HTI , terutama untuk jenis-jenis fast growing (seperti Acacia, Eucalyptus, Gmelina, Paraserianthes, dll)  ataupun slow growing (seperti Jati, Pinus, Mahoni, Meranti, Kapur, Jelutung, dll) adalah bibit yang sehat dan kondisi tanah saat penanaman. Bibit siap tanam sudah dibahas dalam tulisan sebelumnya, diameter pangkal batang dan bebas hama penyakit merupakan syarat utama Bibit Siap Tanam (BST) . Diameter bibit berkorelasi positif dengan perakaran dan persen batang berkayu (mengandung lignin) pada bibit . Kondisi tanah saat penanaman sangat penting diperhatikan, terutama kelembaban (kandungan air tanah). Kondisi bibit yang ditumbuhkan di Pembibitan (nursery) mendapat asupan air dari penyiraman setiap hari, tetapi takkala bibit di tanam di lapangan, maka akar bibit yang harus segera menemukan air tanah agar bibit dapat tumbuh dengan baik. Pada masa inilah, bibit akan dihadapankan pada kondisi lapangan yang relatif sangat berbeda jauh dengan kondisi selama di pembibitan.

Kondisi air tanah, pada musim hujan mungkin tidak akan menjadi masalah pada saat penanaman. Tetapi hal itu juga tidak langsung menjamin bibit dapat tumbuh dengan baik apabila pelaksanaan penanaman tidak dilaksanakan dengan benar. Kesalahan yang sering terjadi pada saat penanaman adalah :
  • tidak melakukan penyiraman bibit sebelum di tanam
  • lubang tanam dangkal, yang menyebabkan tidak seluruh akar tertimbun baik oleh tanah, dapat juga mengakibatkan perakaran menjadi miring (tidak tegak lurus)
  • akar bibit tertekuk membentuk huruf J
  • lobang tanam ditutup dengan bongkahan-bongkahan tanah yang berukuran besar dan  menyebabkan adanya air pocket (kandung udara di dalam lobang tanam). Air pocket akan menyebabkan kondisi perakaran tidak bersentuhan langsung dengan partikel tanah dan menyebabkan kekeringan akar.
  • akar bibit bersentuhan langsung dengan pupuk dasar, yang dapat mengakibatkan terjadinya plasmolisis (terjadinya penyerapan air dari konsentrasi tinggi – pupuk – dari konsentrasi yang lebih rendah – air di dalam sel-sel akar).
  • Penimbunan bibit menggunakan partikel lain selain partikel tanah (misalnya seresah dedaunan/ranting-ranting, atau rerumputan). Hal ini akan mengakibatkan akar kesulitan mendapatkan pori-pori tanah yang mengandung air.
  • Terjadinya cekungan pada titik penanaman yang mengakibatkan tertampungnya air hujan dan menyebabkan kondisi perakaran dalam kondisi an-aerob ( kekurangan oksigen)

Banyak hal lain yang menyebabkan bibit tidak dapat tumbuh baik pasca penanaman.

Untuk penanaman dimusim kemarau (kering), seharusnya kita dapat melakukan pengecekan kondisi air tanah (kelembaban tanah). Atau agar lebih aman , keharusan menggunakan Water Retention Gel yang banyak diperdagangkan akan sangat membantu kesegaran bibit pasca penanaman di musim kering.

Pasca penanaman, hal yang harus kita lakukan adalah melakukan pemeriksaan tingkat kemampuan hidup (Survival rate- SR) . Sebaiknya dilakukan 2-3 minggu pasca penanaman dan langsung melakukan penyulaman terhadap bibit-bibit yang mati. Tidak ada gunanya melakukan penyulaman setelah tanaman lebih dari 2 bulan sejak tanam , karena umumnya bibit sulaman itu tidak akan mempu mengejar ketertinggalannya, dan akhirnya akan tetap tumbuh tertekan.

Setelah bibit di tanam di lapangan, tindakan selanjutnya adalah melakukan pemeliharaan tanaman dengan tepat waktu dan tepat metode. Hal yang paling krusial dalam pemeliharaan tanaman umur < 12 bulan adalah Pengendalian Gulma dan Pemupukan Lanjutan.  Pengendalian Gulma seharusnya dilaksanakan sesegera mungkin takkala penutupan gulma di lapangan sudah > 30% . Hal ini akan mempermudah pengendalian gulma , menghemat biaya, menghemat tenaga kerja dan lebih memberikan kondisi lingkungan terbaik bagi pertumbuhan tanaman. Tidak ada patokan umur tanaman yang harus dikendalikan gulmanya , yang menjadi patokan adalah bagaimana menekan penutupan gulma serendah mungkin setiap saat sampai tajuk tanaman saling menutup. Sebenarnya, secara praktek di lapangan, tanaman fast growing seperti A.mangium, A.crassicarpa,  Eucalyptus spp. , Gmelina atau Sengon (Paraserianthes)  yang ditanam dengan jarak tanam 3x2 m (Kerapatan 1666 pohon/ha) atau 3x3 m (kerapatan 1111 pohon/.ha)  sudah akan mampu menutup tajuknya pada umur 6-8 bulan. Memang Eucalyptus lebih lama menutup tajuknya dibandingkan Acacia spp dan Gmelina , tetapi seharusnya jika penanaman dilaksanakan dengan benar, pemupukan lanjutan sesuai dosis dan waktu, maka rata-rata pada umur 8-10 bulan sudah menutup tajuknya. Penutupan tajuk ini adalah salah satu metode pengendalian gulma yang paling praktis, karena umumnya gulma akan tertekan pertumbuhannya karena kekurangan cahaya matahari.

Metode pengendalian gulma dapat dilakukan dengan berbagai cara. Yang paling sering dilakukan adalah buka piringan pada tanaman dibawah 3 bulan, tebas (slashing) menggunakan parang atau babat, atau dengan menggunakan herbisida. Inti dari pengendalian gulma adalah menekan pertumbuhan gulma sampai kondisi lingkungan terbaik untuk pertumbuhan tanaman. Semakin lama kita membiarkan gulma tumbuh maka kerugian yang ditimbulkan adalah :
  • gulma menjadi pesaing dalam penyerapan unsur hara dan air
  • gulma menjadi inang/tempat hidup berkembangnya  hama dan patogen
  • gulma mengeluarkan zat allelopati yang dapat mengganggu pertumbuhan tanama pokok
  • gulma yang terlambat dikendalikan akan membentuk alat-alat perbanyakan yang semakin sulit untuk dikendalikan (misalnya gulma akan berbunga, membentuk akar rhizoma yang lebih banyak, dsb)
  • gulma menjalar (seperti mikania, liana, dll)  akan menutupi tajuk tanaman dan dapat mematikan tanaman
 Oleh karena itu, penekanan populasi gulma sampai tingkat terendah adalah konsep yang harus dilaksanakan di lapangan, agar tanaman dapat berkembang tumbuh sesuai yang diharapkan. Hasil penelitian menunjukkan keberadaan gulma di lapangan sampai penutupan 50% selama 3 bulan sudah akan mengurangi tingkat pertumbuhan tanaman pokok rata-rata sebesar 30% dari yang seharusnya. Apabila tanaman pokok selama 12 bulan tanpa pengendalian gulma maka akan berkurang produktivitasnya hampir 60-70 % dari tingkat pertumbuhan yang seharusnya.

Setelah tanaman berumur 12 bulan, biasanya gulma di lantai hutan tanaman HTI fast growing sudah berkurang secara otomatis akibat penutupan tajuk. Walaupun demikian, pada berbagai kondisi lapangan, masih diperlukan pengendalian gulma yang disesuakan dengan kondisi lapangan, terutama apabila kerapatan gulma > 50% dan ditemukan gulma-gulma berbahaya seperti alang-alang dan mikania/liana.

Pemeliharaan tanaman selain pengendalian gulma adalah pemupukan lanjutan. Tentunya dosis, waktu pemupukan dan jenis pupuk lanjutan setiap tanaman berbeda-beda sesuai dengan kebutuhannya dan sesuai dengan kondisi tapak penanamannya. Bagaimanapun, tanaman di bawah umur 12 bulan dipastikan membutuhkan pupuk susulan karena pada masa ini pertumbuhan vegetatif tanaman sangat cepat dan dipastikan membutuhkan unsur hara yang besar. Dosis , jenis dan waktu pemupukan seharusnya didasarkan kepada penelitian terpadu dan harus dipatuhi apabila sudah dituliskan di dalam Standar Operating Procedure (SOP). Waktu pemupukan yang paling tepat adalah ketika kondisi gulma pada level yang paling rendah.

Selain Pengendalian Gulma dan Pemupukan Lanjutan, pemeliharaan untuk tanaman HTI fast growing umumnya adalah kegiatan Singling (Penunggalan Batang) pada jenis Acacia spp. dan Monitoring Serangan Hama Penyakit.

Singling sangat penting dilaksanakan karena batang ganda (multistem) menimbulkan berbagai kerugian terutama multistem akan meningkatkan proporsi kayu juvenil yang tidak termanfaatkan dalam industri pulp . Selain itu multistem umumnya akan menyebabkan diameter batang lebih kecil yang secara langsung akan mempengaruhi besaran volume individu pohon.

Pengendalian Hama Penyakit umumnya dilaksanakan dengan Pengendalian Hama Penyakit Terpadu. Sebenarnya, dengan menyeleksi Bibit Siap Tanam dengan baik, melakukan penanaman dengan baik, melakukan pengendalian gulma dengan baik, melakukan singling dengan baik, melakukan pemupukan dengan baik.... sudah merupakan tindakan dalam Pengendalian Hama Penyakit Terpadu yang secara langsung memberikan kesehatan tanaman. Tanaman yang sehat secara otomatis akan mempunyai pertahanan diri terhadap serangan hama penyakit. Ada tulisan pakar hama penyakit yang saya ingat, katanya , ” tanaman yang kerdil mengeluarkan aroma yang disukai serangga dan patogen....., sementara tanaman yang sehat tidak akan disenangi serangga dan patogen....” . Walaupun demikian, pemantauan (monitoring) hama penyakit harus selalu dilaksanakan mulai saat di pembibitan  sampai pasca penanaman di lapangan. Monitoring ini bertujuan untuk mengetahui tingkat populasi hama atau serangan patogen, sehingga pada saat berada pada level yang membahayakan dapat diambil tindakan dengan segera.
DISHUTBUN Kab.SAMOSIR

Struktur Organisasi

Struktur Pengadaan Sanggahan

Menyanyikan lagu Indonesia Raya

Menyerahkan bibit tanaman di Ronggur Nihuta

1. Struktur Organisasi Pengaduan
2. Bahan Sosialisasi
3. Pandangan Umum
4. Hubungan PPK dan PPTK
5. Penyedia LPSE

Mari Menanam


HUTAN

Kehutanan

wanita menanam HMPI 2013

RHL Samosir

1. Barang dan Jasa
2.Persiapan Penyediaan
3. Persiapan 2
4. Pelaksanaan Barang
5. Jasa Konsultasi
6. Swakelola

Semangat dalam membaca
terima kasih

SALAM RIMBA