H.O.R.A.S

Selamat Datang buat anda yang mengunjungi blog ini, Segala informasi dalam blog ini merupakan bantuan dari buku-buku, majalah, dan lain-lain
Semoga blog ini bermanfaat bagi anda ^^.


Jumat, 06 Januari 2012

Peralatan Laboratorium

PENDAHULUAN

Alat kimia merupakan benda yang digunakan untuk melakukan kerja praktikum kimia di laboratorium. Berbagai jenis peralatan laboratorium harus disimpan dalam keadaan bersih untuk menjaga terjadinya kesalahan dalam melakukan percobaan. Alat-alat ini dapat dibersihkan dengan detergen, bila perlu dibilas dengan larutan asam pekat, kemudian baru dibilas dengan air. Sebelum digunakan sebaiknya peralatan dibilas dengan larutan yang akan dipakai. Berikut ini adalah jenis-jenis peralatan laboratorium yang digunakan :
1.      Gelas ukur
Gelas ukur mempunyai bentuk seperti pipa yang mempunyai kaki/ dudukan sehingga dapat ditegakkan. Pada bibir atas terdapat bibir tuang untuk memudahkan dalam menuang larutan atau cairan. Gelas ukur terbuat dari gelas, tetapi tersedia juga yang terbuat dari plastik tahan bahan kimia. Pada badannya terdapat skala dan di bagian atas terdapat tulisan yang menyatakan kapasitas gelas ukur tersebut. Alat ini digunakan untuk mengukur suatu larutan dengan volume tertentu yang tidak memerlukan ketelitian tingkat tinggi.

2.      Gelas kimia
Gelas kimia (beaker) berupa gelas silindris pendek berdiameter variatif dengan skala sepanjang dindingnya. Gelas ini terbuat dari bahan kaca borosilikat yang tahan panas mencapai suhu 200 oC. Terdiri atas berbagai ukuran yang tercantum di bagian luarnya. Ukuran alat ini bervariasi dari 50 mL hingga 2 L. Fungsinya antara lain untuk mengukur volume larutan yang tidak memerlukan ketepatan tinggi, menampung zat kimia, memanaskan cairan, dan media pemanasan cairan.
3.      Labu ukur
Labu Ukur adalah sebuah perangkat yang memiliki kapasitas antara 5 mL sampai 5 L dan biasanya instrumen ini digunakan untuk mengencerkan zat tertentu hingga batas leher labu ukur. Alat ini biasanya digunakan untuk mendapatkan larutan zat tertentu yang nantinya hanya digunakan dalam ukuran yang terbatas hanya sebagai sampel dengan menggunakan pipet. Dalam sistem pengenceran, untuk zat yang tidak berwarna, penambahan aquadest sampai menunjukkan garis meniskus berada di leher labu. Untuk zat yang berwarna, penambahan aquadets hingga dasar meniskus yang menyentuh leher labu ( meniskus berada di atas garis leher ).
Sebelum menggunakan instrumen ini, labu ukur harus dicuci terlebih dahulu. Lebih baik menggunakan sabun agar zat – zat yang tidak dibutuhkan dapat terlarut dan akhirnya terbuang. Dalam keadaan bagaimanapun, labu ukur yang kering sangatlah baik untuk digunakan.

 

4.      Buret

Buret adalah sebuah peralatan gelas laboratorium berbentuk silinder yang memiliki garis ukur dan sumbat keran pada bagian bawahnya. Ia digunakan untuk meneteskan sejumlah reagen cair dalam eksperimen yang memerlukan presisi, seperti pada eksperimen titrasi. Buret sangatlah akurat, buret kelas A memiliki akurasi sampai dengan ± 0,05 cm3.
Buret, berupa tabung kaca bergaris dan memiliki berbagai tipe kran di ujungnya. Ukuran buret dimulai dari 5 dan 10 mL (mikroburet) dengan skala 0,01 mL, dan 25 mL dan 50 mL dengan skala 0,05 mL. Buret berfungsi untuk mengeluarkan larutan dengan volume tertentu, biasanya digunakan untuk titrasi
Oleh karena presisi buret yang tinggi, kehati-hatian pengukuran volume dengan buret sangatlah penting untuk menghindari galat sistematik. Ketika membaca buret, mata harus tegak lurus dengan permukaan cairan untuk menghindari galat paralaks. Bahkan ketebalan garis ukur juga memengaruhi; bagian bawah meniskus cairan harus menyentuh bagian atas garis. Kaidah yang umumnya digunakan adalah dengan menambahkan 0,02 mL jika bagian bawah meniskus menyentuh bagian bawah garis ukur.

 

5.      Timbangan

Timbangan adalah alat yang dipakai melakukan pengukuran massa suatu benda. Timbangan/neraca dikategorikan kedalam sistem mekanik dan juga elektronik /Digital. Salah satu contoh timbangan adalah neraca pegas (dinamometer). Neraca pegas adalah timbangan sederhana yang menggunakan pegas sebagai alat untuk menentukan massa benda yang diukurnya. Neraca pegas (seperti timbangan badan) mengukur berat, defleksi pegasnya ditampilkan dalam skala massa (label angkanya sudah dibagi gravitasi).
Persamaan matematis suatu neraca pegas dinyatakan dalam:
k * X = m * g
dengan
k = konstanta pegas
X = defleksi
m = massa
g = gravitasi

6.      Corong pemisah
Corong pemisah atau corong pisah adalah peralatan laboratorium yang digunakan dalam ekstraksi cair-cair untuk memisahkan komponen-komponen dalam suatu campuran antara dua fase pelarut dengan densitas berbeda yang takcampur.
           Corong pemisah yang digunakan dalam laboratorium terbuat dari kaca borosilikat dan kerannya terbuat dari kaca ataupun Teflon. Ukuran corong pemisah bervariasi antara 50 mL sampai 3 L. Dalam skala industri, corong pemisah bisa berukuran sangat besar dan dipasang sentrifuge.
Untuk memakai corong ini, campuran dan dua fase pelarut dimasukkan ke dalam corong dari atas dengan corong keran ditutup. Corong ini kemudian ditutup dan digoyang dengan kuat untuk membuat dua fase larutan tercampur. Corong ini kemudian dibalik dan keran dibuka untuk melepaskan tekanan uap yang berlebihan. Corong ini kemudian didiamkan agar pemisahan antara dua fase berlangsung. Penyumbat dan keran corong kemudian dibuka dan dua fase larutan ini dipisahkan dengan mengontrol keran corong.

7.      Cawan Petri
Cawan Petri atau telepa Petri adalah sebuah wadah yang bentuknya bundar dan terbuat dari plastik atau kaca yang digunakan untuk membiakkan sel. Cawan Petri selalu berpasangan, yang ukurannya agak kecil sebagai wadah dan yang lebih besar merupakan tutupnya. Cawan Petri dinamai menurut nama penemunya pada tahun 1877, yaitu Julius Richard Petri (18521921), ahli bakteri berkebangsaan Jerman.
Alat ini digunakan sebagai wadah untuk penyelidikan tropi dan juga untuk mengkultur bakteri, khamir, spora, atau biji-bijian. Cawan Petri plastik dapat dimusnahkan setelah sekali pakai untuk kultur bakteri.

8.      Batang pengaduk
Batang pengaduk, bentuknya panjang yang terbuat dari kaca tahan panas, digunakan untuk mengaduk cairan di dalam gelas kimia yang kedua ujungnya tumpul. Alat ini juga dapat digunakan untuk mengaduk dalam pembuatan larutan kecuali larutan asam.
Berasal dari sebatang kaca yang berdiameter 4 mm, dipotong menurut panjang yang sesuai dan ujung – ujungnya dibulatkan dengan nyala Bunsen. Batang itu panjangnya seharusnya 20 cm untuk digunakan pada tabung reaksi dan 8 – 10 cm untuk pinggan dan gelas piala kecil. Pipa kaca berongga tidak boleh digunakan sebagai batang pengaduk. Suatu batang yang satu ujungnya runcing yang dibuat dengan memanaskan sebatang batang kaca pada nyala, kemudian menarik pada waktu masih lunak seperti dalam membuat jet kaca dan menatahkan menjadi dua, digunakan untuk melubangi ujung kerucut kertas saring untuk meindahkan isi kertas saring ke bejana lain, dengan semprotan air dari sebuat botol cuci. Batang kaca yang ujungnya berkaret disebut juga policeman digunakan untuk membuat zat padat dari dinding dalam wadah kaca. Batang pengaduk terbuat dari politena ( polietilena ) dengan suatu dayung yang berbentuk kipas pada kedua ujungnya berfungsi sebagai policeman yang memuasakan pada temperatur laboratorium : dayung ini dapat dilekukkan dalam segala bentuk. ( Vogel, 1990 : 156 )

9.      Lampu spiritus
Lampu spiritus digunakan untuk pemanasan larutan. Sesuai dengan namanya lampu ini menggunakan bahan bakar spiritus. Untuk memanaskan larutan biasanya lampu spiritus digunakan bersama dengan kaki tiga dan kawat kasa.

10.  Spatula
Spatula adalah alat untuk mengambil obyek. Spatula yang sering digunakan di laboratorium biologi atau kimia berbentuk sendok kecil, pipih dan bertangkai.
Ada tiga jenis spatula untuk keperluan laboratorium:
  • Spatula yang terbuat dari logam (stainlessteel) digunakan untuk mengambil obyek yang telah diiris untuk sediaan mikroskop.
  • Spatula politena atau tanduk, digunakan sebagai sendok untuk mengambil bahan kimia padat.
  • Spatula nekel adalah spatula yang disepuh dengan nekel, digunakan sebagai sendok kecil untuk mengambil bahan kimia.

11.  Pipet tetes
Pipet tetes, berupa pipa kecil terbuat dari plastik atau kaca dari ujung bawahnya meruncing, serta ujung atasnya ditutupi dengan karet. Pipet tetes dipakai untuk mengambil sejumlah cairan dalam skala tetesan kecil.


12.  Kaki tiga
Kaki tiga, berupa kursi berkaki tiga dari besi yang menyangga ring dan digunakan untuk menahan kawat kasa dalam pemanasan.

13.  Labu leher tiga (Three-neck Rounded Flask)
Labu alas bulat leher tiga merupakan alat yang sering digunakan di laboratorium kimia. Labu ini mempunyai alas bulat dan mempunyai leher sebanyak tiga buah. Labu alas bulat leher tiga biasanya digunakan dalam proses destilasi. Pada masing-masing leher adalah tempat untuk termometer, untuk memasukkan bahan kimia yang akan didestilasi dan satunya lagi untuk jalan uap cairan yang akan dilewatkan dalam gelas pendingin.

14.  Mortal dan pestle
Mortal dan pestle, berupa mangkok yang terbuat dari porselen kaca atau batu granit yang dapat digunakan untuk menghancurkan atau mencampurkan padatan kimia.


15.  Kawat kasa

Kawat kasa, berupa saringan kawat persegi yang dilapisi dengan asbes dan digunakan sebagai alas pada pemanasan yang berasal dari pembakaran Bunsen

16.  Kertas saring
Kertas saring, sebagai penyaring larutan. Mempunyai berbagai ukuran diameter dan daya saring.

17.  Labu destilasi
Labu destilasi hampir sama dengan labu alas bulat, tetapi mempunyai pipa ke arah sisi. Pipa ke arah sisi ini akan disambungkan dengan gelas pendingin pada saat digunakan untuk keperluan destilasi.

18.  Penjepit tabung uji
Penjepit tabung uji digunakan untuk menjepit tabung uji pada saat pemanasan larutan. Larutan yang akan dipanaskan ditempatkan pada tabung reaksi yang sesuai dengan ukuran penjepit.


19.  Sentrifuge
Berfungsi untuk mengendapkan dan memisahkan padatan dari larutan.

20.  Mikroskop
Berfungsi untuk melihat objek dalam ukuran paling kecil sehingga dapat diamati berdasarkan ukuran yang telah ditentukan.

21.  Botol semprot
Berupa botol tinggi bertutup yang terbuat dari plastik. Berfungsi sebagai tempat menyimpan aquades. Cara menggunakannya dengan menekan badan botol sampai airnya keluar
22.  Oven
Oven digunakan oleh industri roti. Jenis oven ini adalah tidak tergantung oleh daya listrik. Kelemahan oven manual adalah suhu panas tidak dapat dikontrol, sehingga semakin lama oven hidup, suhu semakin tinggi.
Oven Tunnel merupakan jenis oven yang biasanya dipakai untuk industri besar. Bila anda ingin berinvestasi untuk jenis oven ini anda harus mempunyai tempat yang luas. Panjang oven Tunnel bisa mencapai 12 meter.  Kelebihan oven tunnel adalah proses pemanggangannya lebih cepat dengan penggunaan konveyor dimana adonan  dimasukkan di sisi depan oven dan akan keluar menjadi roti di bagian belakang oven. Dengan daya yang besar, maka oven tunnel sangat cocok bagi industri besar.

23.  Desikator
Berupa panci bersusun dua yang bagian bawahnya diisi bahan pengering, dengan penutup yang sulit dilepas dalam keadaan dingin karena dilapisi vaseline. Ada 2 macam desikator : desikator biasa dan vakum. Desikator vakum pada bagian tutupnya ada katup yang bisa dibuka tutup, yang dihubungkan dengan selang ke pompa. Bahan pengering yang biasa digunakan adalah silika gel. Fungsinya adalah tempat menyimpan sampel yang harus bebas air dan mengeringkan padatan. Cara menggunakannya :
o Dengan membuka tutup desikator dengan menggesernya ke samping.
o Letakkan sampel dan tutup kembali dengan cara yang sama.
Keterangan :
Silika gel yang masih bisa menyerap uap air berwarna biru; jika silika gel sudah berubah menjadi merah muda maka perlu dipanaskan dalam oven bersuhu 105 oC sampai warnanya kembali biru.

GEJALA DAN TANDA PENYAKIT


PENGAMATAN GEJALA DAN TANDA PENYAKIT PADA BEBERAPA TANAMAN KEHUTANAN

Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara4,      Jl. Tri Dharma Ujung No.1, Telp. 061-8220605, Fax. 061-82019204


ABSTRACT
 This Analysis aim to identify disease sign and symptom at some forestry crop and compare crop leaf physiology come down with with healthy crop leaf. Assorted of disease able to be catching, that is bacterium, mushroom, virus, mikoplasma, and high level crop. Specification of catching disease is the happening of continuous interaction by factors of biotic or by factors of abiotic ( chemistry or physical).
            Perception at some forestry crop have some disease which different each other. the disease mechanism yielded will highly varied which depend on its cause agensia and sometime also vary with its plant type. In the begining plant respond to agensia cause of disease at shares attacked the. The reaction can in the form of reaction of natural bichemistry, which cannot be seen. Cell type and network which infection will determine primeval physiological function type influencing of.
 Keyword : Physiological Function, Patogen, Disease, Crop Forestry


ABSTRAK
Praktikum ini bertujuan untuk mengidentifikasi gejala dan tanda penyakit pada beberapa tanaman kehutanan dan membandingkan fisiologi daun tanaman terserang penyakit dengan daun tanaman yang sehat. Berbagai macam penyakit yang dapat menular, yaitu bakteri, jamur, virus, mikoplasma, dan tanaman tingkat tinggi. Kekhasan penyakit yang menular adalah terjadinya interaksi yang terus-menerus oleh faktor-faktor biotik (hidup) atau oleh faktor-faktor abiotik (fisik atau kimia).
            Pengamatan pada beberapa tanaman kehutanan memiliki beberapa penyakit yang berbeda-beda. mekanisme penyakit tersebut dihasilkan akan sangat bervariasi yang tergantung pada agensia penyebabnya dan kadang-kadang juga bervariasi dengan jenis tumbuhannya. Pada mulanya tumbuhan bereaksi terhadap agensia penyebab penyakit pada bagian terserang. Reaksi tersebut dapat berupa reaksi biokimia alami, yang tidak dapat dilihat.
Kata kunci : Fungsi Fisiologis, Patogen, Penyakit, Tanaman Kehutanan



PENDAHULUAN
Hama dan penyakit tanaman merupakan kendala yang perlu selalu diantisipasi perkembangannya karena dapat menimbulkan kerugian bagi petani. Menurut Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, hama dan penyakit yang seringkali merusak tanaman padi  dalam kurun waktu 10 tahun  terakhir adalah tikus dengan luas serangan rata-rata 124.000 ha/ tahun, diikuti oleh penggerek batang (80.127 ha/tahun), wereng coklat (28.222 ha/tahun), tungro (12.078 ha/tahun), dan blas (9.778 ha/tahun). Oleh karena itu, hama dan penyakit ini perlu mendapat prioritas penanganan di samping hama dan penyakit potensial lainnya seperti belalang, lembing batu, ganjur, dan keong mas. Teknik penerapan PHT yang dianjurkan oleh Pusat Penelitian Padi Internasional (IRRI) cukup sederhana, yaitu tidak melakukan aplikasi insektisida pada tanaman padi hingga berumur 45 hari setelah tanam. Teknik ini berhasil diterapkan di Vietnam, tetapi tidak dapat diterapkan sepenuhnya di Indonesia karena adanya masalah hama penggerek batang dan penyakit tungro. Khusus untuk penyakit tungro, periode tanaman peka berada pada stadia muda, yaitu saat tidak diperbolehkan untuk aplikasi pestisida. Di daerah yang hanya dihadapkan pada masalah wereng coklat, teknik tersebut dapat diterapkan (DepHut, 2008).
Tumbuhan dikatakan sehat atau normal, apabila tumbuhan tersebut dapat melaksanakan fungsi-fungsi fisiologisnya sesuai dengan potensi genetik terbaik yang dimilikinya. Fungsi-fungsi tersebut mencakup pembelahan, diferensiasi dan perkembangan sel yang normal, penyerapan air dan mineral dari tanah dan mentranslokasikannya ke seluruh bagian tumbuhan; fotosintesis dan translokasi hasil-hasil fotosintesis ke tempat-tempat penggunaan dan penyimpanannya, metabolisme senyawa-senyawa yang disintesis; reproduksi dan penyimpanan persediaan makanan untuk reproduksi. Pertumbuhan dan hasil tumbuhan bergantung pada ketersediaan hara dan air di dalam tanah tempat tumbuhan tersebut tumbuh, dan pada pemeliharaan dalam kisaran faktor-faktor lingkungan tertentu, seperti suhu, kelembaban dan cahaya. Sesuatu yang mempengaruhi kesehatan tumbuhan berkemungkinan besar juga akan mempengaruhi pertumbuhan dan produksinya, dan akan dapat menurunkan kegunaannya bagi manusia (Yunasfi, 2002).
Pohon-pohon yang terkena jamur dapat ditolong dengan memangkas beberapa cabang untuk mendapatkan lebih banyak sinar matahari dan angin. Jamur-jamur membutuhkan kelembaban untuk tumbuh, tapi sinar matahari dan angin akan membantu pohon tetap kering. Buanglah selalu ranting-ranting yang mati pada pohon tersebut untuk mengurangi peluang munculnya jamur dan penyakit. Amatilah dengan seksama apabila ada tanaman atau pohon terserang jamur dan penyakit, segera buang bagian yang terserang tersebut untuk mengurangi penyebaran penyakit. Jamur/cendawan adalah organisme yang dapat hidup dan berkembang pada permukaan tanaman, binatang, kayu, manusia, dan bahkan semen serta permukaan-permukaan yang tidak hidup sekalipun. Mereka hidup dengan lebih baik di kondisi basah dan lembab. Ini dapat menyebabkan masalah untuk tanaman karena tertutupnya permukaan tanaman, menyebabkan pembusukan, dan mengganggu pertumbuhan normal. Langkah yang paling penting untuk mengendalikan jamur pada tanaman adalah dengan memberikan angin yang cukup, cahaya matahari, dan aliran udara. Munculnya jamur didukung oleh kondisi gelap, lembab, dan bahanbahan yang busuk. Penyemprotan serangga merupakan pengendalian biologis. Selain penyemprotan serangga, ada beberapa teknik lain yang juga merupakan bentuk dari pengendalian biologis, misalnya pengenalan suatu hama predator ke suatu daerah yang memiliki masalah hama yang besar. Namun, pengendalian hama dalam skala besar seperti ini sebaiknya didikusikan dalam kelompok atau melibatkan pihak pemerintah. Seringkali masalah hama dapat diatasi tanpa perlu menggunakan pestisida (Abadi, 2003).
Patogen tumbuhan, cuaca yang tidak menguntungkan, gulma dan serangga hama adalah penyebab yang sangat umum dalam menurunkan pertumbuhan dan produksi tumbuhan. terdapat golongan penyakit dimana sel-sel yang dipengaruhi tidak menjadi lemah atau hancur, tetapi dirangsang membelah lebih cepat (hiperplasia) atau membesar melebihi ukuran normal (hipertropi). Sel-sel hiperplasia atau hipertropi biasanya menghasilkan perkembangan organ-organ yang tidak berfungsi, ukurannya tidak normal, perkembangbiakannya tidak normal, atau menghasilkan pertumbuhan melebihi normal pada organ-organ yang terlihat normal. Sel-sel dan jaringan yang dirangsang lebih (over stimulated) tidak hanya mengalihkan menjadi tidak tersedia bagi jaringan normal, tetapi seringkali dengan pertumbuhan yang melebihi normal tersebut akan merusak atau menghancurkan jaringan normal didekatnya dan mengganggu fungsi-fungsi fisiologis tumbhan. Penyebab penyakit yang tidak menular berbagai macam, antara lain pH tanah, kurang tersedianya unsur hara tertentu di dalam tanah, kandungan air di dalam tanah, limbah serta bahan-bahan kimia yang keluar dari industri serta dari mesin-mesin pembangkit tenaga dan sebgainya. Bahan yang keluar dari industri dan dari mesin pembangkit tenaga inilah yang menyebabkan polusi udara (Yunasfi, 2002).


BAHAN DAN METODE
Percobaan yang berjudul Pengamatan Gejala dan Tanda Penyakit Pada Beberapa Tanaman Kehutanan ini dilakukan pada hari Selasa, 6 April 2010. Praktikum ini dilakukan pada pukul 14.00 Wib sampai dengan selesai di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah pisau dan lup. Bahan yang digunakan adalah daun durian (Durio zibethinus), mahoni (Swietenia mahagony), pulai (Alstonia scholaris), sengon (Paraserianthes falcataria), jati putih (Gmelina arborea), peralatan alat tulis, label nama, buku panduan, dan buku data.
Dengan prosedur praktikum yaitu disiapkan alat dan bahan untuk praktikum, diberi label nama pada masing-masing daun, diamati dan difoto gejala dan tanda penyakit pada tanaman kehutanan tersebut, serta digambar dan diwarnai daun yang berpenyakit.





PEMBAHASAN

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada beberapa tanaman kehutanan maka dapat disimpulkan bahwa setiap tanaman yang terserang penyakit atau serangan suatu hama serangga yang merugikan akan menunjukkan tanda dan gejala. Timbulnya gejala penyakit disebabkan karena adanya interaksi antara tanaman inang dan petogen. Penanaman gejala penyakit dapat didasarkan kepada tanda penyakit, perubahan bentuk, tanaman, pertumbuhan tanaman dan sebagainya. Sebagai akibat terganggunya pertumbuhan tanaman oleh penyakit, maka akan terjadi perubahan pada tanaman dalam: Bentuk, ukuran, warna, tekstur dan lain-lain.
            Pada gambar diatas, daun durian yang terkena penyakit bercak daun hanya sebagian dan memiliki sel-sel yang mati. Biasanya warna bercak pada daun tersebut berwarna kecoklat-coklatan. Sebelum terjadi di kematian sel, warna daun agak kekuning-kuningan. Pada ujung daun durian terdapat penyakit gosong, gejala ini menyerupai tepung berwarna kehitam-hitaman dan terdapat pada organ pembungaan, batang, daun dan sebagainya. Daun yang terkena tampak layu.
            Penyakit bercak pada daun mahoni disebabkan oleh cendawan, bakteri, virus, serangga kecil. Pencegahan dapat dilakukan dengan menggunakan fungisida. Penyakit bercak pada daun mahoni menyebabkan warna daun mahoni agak tua.
            Pada beberapa daun yang berwarna kecoklatan hal ini disebabkan adanya serang oleh jamur pada daun tersebut sehingga ada mekanisme pada inang dan patogen (penyebab penyakit tersebut) sehingga tanaman sengon kelihatan sakit. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Yunasfi (2002), yang menyatakan bahwa Patogen tumbuhan, cuaca yang tidak menguntungkan, gulma dan serangga hama adalah penyebab yang sangat umum dalam menurunkan pertumbuhan dan produksi tumbuhan. terdapat golongan penyakit dimana sel-sel yang dipengaruhi tidak menjadi lemah atau hancur.
            Daun pulai tersebut memiliki penyakit gosong pada ujung daun dan memiliki bercak daun di tengah, di sekitar bercak daun terdapat warnak hijau kekuningan. Hal ini merupakan pengaruh dari mekanisme terjadinya bercak daun.
            Pada daun jati putih, bercak daun sangat banyak terdapat di tengah-tengah  daun dan ada juda daun yang bolong. Daun yang bolong disebabkan oleh serangga kecil yang memakan daun.
Perubahan tersebut seringkali merupakan gejala yang khas untuk penyakit tertentu. Tetapi adakalanya untuk satu macam penyakit menimbulkan lebih dari satu macam perubahan. Sering kali patogen penyebab penyakit tersebut dapat diketemukan pada jaringan yang terserang (internal) atau pada bagian permukan jaringan (eksternal) dalam bentuk tubuh buah, sclerotium dan sebagainya.
Dalam pengamatan gejala dan tanda penyakit kita dapat membedakan antara hama serangga dan parasit. Parasit yang menyebabkan penyakit pada tanaman pada umumnya membentuk bagian vegetatifnya di dalam jaringan tanaman sehingga tidak tampak dari luar. Tetapi walaupun demikian ia membentuk bagian reproduktifnya pada permukaan tanaman yang diserangnya atau hanya sebagian tampak pada permukaan tersebut. Selan itu sering pula pembentukan propagul dalam bentuk istirahat pada permukaan tanaman. Pada beberapa kasus hampir seluruh bagian dari parasit termasuk, propagul vegetatif dan generatif terdapat pada bagian luar tanaman sehingga dapat dilihat.
Penamaan penyakit dapat didasarkan pada struktur patogen yang terlihat:  Mildew : merupakan penyakit tanaman dimana patogen terlihat sebagai pertumbuhan pada permukaan luar dari bagian tanaman yang terserang. Biasanya tampak dalam bentuk yang berwarna keputih-putihan pada daun, cabang atau buahnya. Downy Mildew : merupakan pertumbuhan yang ditandai dengan lapisan seperti bulu-bulu kapas. Powdery Mildew: merupakan bentuk yang terdapat pada permukaan tanaman yang tampak sebagai lapisan pupur.  Karat : Gejala pada permukaan tanaman seperti karat. Hal ini karena adanya kumpulan spora yang keluar dari stomata dengan warna seperti karat (merah kecoklat-coklatan). Smut (Gosong): Gejala ini menyerupai tepung berwarna kehitam-hitaman dan terdapat pada organ perbungaan, batang, daun dan sebagainya. Kudis: Patogen (tubuh buah) yang muncul pada permukaan bagian yang terserang berbentuk agak kasar seperti kudis. Cacar : Bagian tanaman biasanya daun muda yang terserang mengelupuh (seperti cacar) dan pada bagian yang menonjol terbentuk lapisaan tubuh buah. Bercak ter (Tarspot) : Bagian yarig terserang agak menonjol dan berwarna hitatr. Bagian yang hitam tersebut terdiri dari tubuh buah cendawan.
Pada daun kehutanan yang diamati seringkali warna hijau pada bagian tanaman yang terserang berubah menjadi warna kuning. Perubahan tesebut dapat terjadi oleh berbagai berikut sebab Etiolasi. Akibat kekurangan cahaya atau terlalu lama tumbuh di tempat gelap. Khlorosis. Akibat temperatur rendah, kekurangan Fe, terserang virus, gangguan oleh cendawan, bakteri dan sebagainya. Khorornosis. Warna hijau dirubah oleh zat yang memberi warna, merah jingga dan sebagainya. Albino. Tanaman gagal membentuk zat warna.

KESIMPULAN
Suatu tanaman secara umum merupakan pohon yang pertumbuhannya membutuhkan perawatan sehingga untuk mendukung pertumbuhannya yang cepat dibutuhkan pasokan hara yang mencukupi. Tanaman akan dapat tumbuh dengan baik pada tanah regosol, aluvial, dan latosol dengan kemasaman tanah sekitar pH 6-7. Dilihat dari persyaratan tumbuhnya tersebut menunjukkan bahwa suatu tanaman akan tumbuh baik pada kondisi tanah yang subur, yaitu banyak mengandung unsur hara (zat yang dibutuhkan tanaman), cukup mengandung air dan struktur tanahnya yang baik. Apabila suatu tanaman khususnya tanaman kehutanan tidak kita perhatikan pertumbuhannya maka serangan hama dan penyakit pada tanaman tersebut akan muncul (adanya suatu tanda dan gejala yang menyimpang dari tanaman kehutanan tersebut).
Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa timbulnya gejala penyakit disebabkan karena adanya interaksi antara tanaman inang dan petogen. Penanaman gejala penyakit dapat didasarkan kepada tanda penyakit, perubahan bentuk tanaman (morfologi tanaman) pertumbuhan tanaman dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA
Abadi, L. 2003. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Bayumedia Publishing. Malang.

Departemen Kehutanan. 2008. Integrasi Sistem Pengendalian Hama Terpadu ke dalam Model Pengelolaan Tanaman Terpadu. Jakarta.

Djafaruddin. 2000. Dasar-Dasar Pengendalian Penyakit Tanaman. Bumi Aksara. Jakarta.
                                 
Pracaya. 1999. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sumardi dan Widyastuti. 2004. Dasar-Dasar Perlindungan Hutan. Universitas Gadjah Mada Press. Yogyakarta.

Yunasfi. 2002. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Penyakit dan
Penyakit yang Disebabkan Oleh Jamur. Universitas Sumatera Utara Press. Medan.