Peranan
Kegiatan Inventarisasi Hutan
Inventarisasi hutan
merupakan kegiatan yang sangat penting dalam bidang kehutanan. Hal ini penting
karena untuk melakukan pengolahan terhadap hutan dibutuhkan data yang lengkap
sehingga metode pengelolaan hutan yang tepat dapat ditentukan. Kebanyakan kegiatan
inbventarisasi hutan bertujuan untuk menaksir besarnya volume tegakan karena
volume tegakan merupakan variabel yang penting dalam pengelolaan hutan. Dalam
suatu inventarisasi hutan selalu dilakukan dengan melakukan pengukuran sejumlah
pohon di dalam petak ukur sampel. Parameter yang digunakan sebagai dasar
pengukuran di setiap petak ukur tersebut adalah diameter pohon, tinggi pohon
serta luas bidang dasar pohon (Simon, 1987).
Dalam kegiatan inventarisasi hutan dilakukan kegiatan pengukuran diameter
dan pengukuran luas bidang dasar pohon yang akan bermanfaat dalam hal pemanena
hasil hutan berupa kayu. Dalam pengukuran luas bidang dasar pohon yang
dilakukan terhadap tegakan hutan, yang dimaksud dengan bidang dasar pohon
adalah penampang lintang batang pada tinggi pohon 1.3 meter dari permukaan
tanah. Karenapada umumnya bentuk batang pohon tidak persis bulat seperti
lingkaran, maka pengukuran biasanya dilakukan sebanyak dua kali yaitu dengan
arah pengukuran yang bersudut sembilan puluh derajat (90o). Melalui
dua kali penmgukuran tersebut akan dihitung harga rata-rata ukuran diameter
pohon yang diinginkan oleh pengukur (Dephut, 1992).
Dalam pengukuran luas bidang dasar pohon, diameter setinggi dada pada pohon
yaitu 1.3 meter atau dalam satuan internasional setinggi 4.3 kaki (feet) di
atas pangkal batang, dimana untuk pohon yang berdiri pada lereng, titik
pengukuran haris ditentukan pad bagian atas lereng. Dalam tiap titik sampling
luas bidang dasar diukur dengan alat pengukur sederhana. Alat ini merupakan alat
pengukur koreksi secara otomatis seperti alat tongkat bitmore dan relaskop
(Avery dan Burkhart, 1983).
Dalam
kegiatan inventarisasi hutan denagn menggunakan petak ukur, akan didapati dua
macam kesulitan. Ayng pertama adalah kesulitan dalam hal biaya pelakasanaan
yang mahal dan yang kedua masalah dengan kecermatan hasil pengukuran yang
bersumber pada pohon-pohon yang terletak di tepi batas petak ukur. Adanyan dua
macam kesuilitamn tersebut mendorong para ahli inventarisasi hutan untuk selalu
mencari metoda yang tepat dengan bentuk serta luas petak ukur yang tepat dan
optimal. Hasilnya metoda inventarisasi hutan semakin beragam dan bentuk serta
luas petak ukur yang dipakai juga semakin bervariasi (Herwiyono, 2000).
LBDS (Luas Bidang Dasar) Inventarisasi Hutan
Dalam penginventarisasian tegakan yang terdapa di hutan, khususnya dalam
pencarian metode yang tepat untuk melakukan pengukuran luas bidang dasar suatu
tegakan hutan, maka ditemukan suatu alat yang memiliki harga yang cukup rendah
denagn tingkat akurasi yang cukup tinggi yaiotu Bitterlich. Nama alat
Bitterlich sendiri merupakan nama penemu alat tersebut. Sehingga sistem
pengukuran dengan menggunakan alat ini disebut sistem Bitterlich, atau yang
dikenal juga dengan nama sampling titik (point sampling). Karena tidak
diperlukan suatu petak ukur dengan batas tertentu maka metode ini dinamakan
sebagai metode ”Plotless Sampling” (Simion, 1996).
Jika suatu kegiatan penginventarisasian tegakan di hutan akan dilakukan
dengan pembuatan petak ukur, maka akan didapati beberapa kesulitan. Pertama
akan ditemukan kesulitan dalam hal biaya pelaksanaan yang relatif mahal, dan
masalah kecermtan hasil pengukuran yang bersumber pada pohon-pohon yang
terletak pada tepei batas petak ukur. Adanya dua macam kesulitan ini tentu saja
mendorong para ahli untuk melakukan pecobaan metode pengukurabn yang paling
tepat dan dengan bentuk serta luas petaka ukur yang optimal sehingga saat ini
metode yang digunakan dalam pengukuran semakin bervariasi (Dephut, 1992).
Dalam kegiatan pengukuran luas bidang dasar pohon dengan menggunakan alat
Bitterlich, maka terlebih dahulu ditentukan arah pengukuran dengan menggunakan
alat kompas yaitu alat arah dilakukannya penelitian pada titik-titik tertentu
sepanjang garis tersebut, didaftar namanya dan kemudian diukur satu persatu
secara berurutan. Akan tetapi pada pohon-pohon yang tampak memiliki diameter
yang kecil tidak akan dilakukan pengukuran. Kemudian melalui hasil luas bidang
dasar pohon tersebut dapat diukur/ditaksir dua parameter yang penting untuk
inventarisasi hutan yaitu kepadatan bidang dasar tegakan, bentuk bidang dasar
tegakan serta serta volume pohon maupun tegakan. Bentuk penampang lintang pohon
yang tidak persis sama dengan lingkaran tidak dikoreksi di sini melainkan
dikoreksi dengan penaksiran volume dengan memasukkan faktor bentuk yang akan
diterangkan kemudian (Avery dan
Burkhart, 1983).
Yang dimaksud dengan bidang dasar pohon adalah penampang melintang pada
batang pada ketinggian 1,3 meter dari permukaan tanah. Luas bidang dasar
tegakan juga mempunyai arti yang penting dalam suatu kegiatan
penginventarisasian tegakan hutan yang menggunakan metode sampling titik (point
sampling). Tetapi luas bidang dasar dalam cara sampling ini tidak sama seperti
cara perhitungan lainnya melainkan ditaksir langsung dengan menggunakan tongkat
Bitterlich atau alat-alat turunan seperti relaskop dan sebagainya (Husch,
1987).
Pemilihan alat pengukur yang tepat sesuai dengan kondisi tegakan memiliki
arti yang penting dalam sampling titik agar diperoleh kecermatan yang bik dan
dapat dilaksanakan sexara efisien. Pemilihan nilai ini mirip dengan penentuan
luas petakm ukr yang lebih besar atau juga sebaliknya. Dalam luas bidang dasar
pohon dapat diukur dua perameter penting untuk inventarisasi hutan yaitu
kepadatan bidang dasar dan volume pohon atau tegakan. Bentuk penampang lintang
pohon yang tidak persis sama dengan
lingkaran tidak dikoreksi di sini (Spuri, 1960).
Alat Bitterlich merupakan alat pengukur luas bidang dasar pohon yang
praktis, memiliki harga yang relatif rendah dan alat ini juga dapat dibuat
sendiri secara manual dengan alat-alat sederhana. Karena alat Bitterlich dapat
dibuat sendiri secara manual, maka bisa saja terjadi kesalahan dalam pembuatan
alat ini. Kasalahan yang mungkin terjadi adalah pada panjang tongka Bitterlich
yang kurang tepat, atau celah pandang yang tidakm tepat lebarnya, sehingga
dapat mempengaruhi hasil kecermatan dan ketelitian pengukuran alat ini. Masalah
kelemahan kedua yang terdapat pada alat ini adalah kelemahan dalam hal
menghadapi faktor kelerenagn dan topografis. Sering kali ini alat ini
menghasilkan pengukuran yang tidak tepat jika dilakukan pada daerah yang
memiliki kelereengan yang tinggi (Devries, 1986).
Penentuan
volume secara langsung hanya bisa dilakukan untuk kayu dalam bentuk sertimen
(lock), dengan menggunakan alat yang namanya xilometer, yaitu berupa bak
perseguí yang diisi air. Sortimen yang akan diukur volumenya dimasukkan kedalam
bak berisi air, volume kayu adalah pertambahan tinggi air dalam bak dikalikan
luas penampang bak (Sutanto,1986).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar