I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dari penampang melintang didapatkan luas galian dan
timbunan dari masing-masing titik profil. Selanjutnya dapat dihitung luas
penampang rata-rata dan volume dari galian dan timbunan. Luas penampang
rata-rata galian dapat ditentukan dengan menjumlahkan luas penampang galian
atau timbunan titik profil yang berurutan, dan
dibagi dua. Demikian juga untuk luas penampang rata-rata dari timbunan
(Muhdi, 2002)
Seluruh pengerjaan jalan berada dalam alur galian, alur
galian ini dibuat jika badan jalan telah cukup kuat atau tidak lagi menyusut
atau berubah bentuk. Sebelum lapisan dasar dimulai, alur galian terlebih dahulu digali, dalamnya tidak
dikorek penuh, tapi kira-kira setengah dari dalam yang diperlukan. Tanah dari
korekan galian dapat dipergunakan untuk meratakan. Setelah pekerjaan siap maka
letak pengerasan harus sama tinggi dengan ketinggian yang telah ditetapkan.
Pengerasan dari kelas-kelas jalan yang konstruksi penahan disebut juga lapisan penahan. Lapisan dasar
ini mempunyai fungsi selain untuk memikul dan menyalurkan berat kendaraan ke
bumi juga untuk membuang air yang masuk ke badan jalan. Sebab itu lapisan harus
kuat (Sagala, 1994)
Penentuan kuantitas pekerjaan tanah pada penampang
melintang dikantor atau lapangan yang diambil dengan metode tertentu merupakan
dasarnya. Pada pekerjaan jalan raya atau jalan baja, penampang melintang adalah vertikal dan tegak lurus garis sumbu
survei. Tiap seksi adalah daerah yang dibatasi oleh permukaan asli dan
permukaan yang sudah teratur, yang terakhir ditentukan oleh lereng samping,
bahu-bahu lapisan bawah, jalur penengah, dan selokan-selokon drainase. Untuk
kemudahan perhitungannya dan pekerjaan lapangan, penampang melintang biasanya
diambil tiap patok statiun penuh (setengah statiun) pada garis sumbu survei
(Sukirman, 1992)
Keadaan normal pada tanah sangat menentukan pekerjaan tanah
dilapangan, keadan normal tanah seperti :
1.
Tidak tergenang oleh air atas dan
air bawah
2.
Hampir tidak ada beban
3.
Tanah tidak diturunkan
4.
Tidak terjadi getaran-getaran kuat
5.
Sifat-sifat tanah tidak menurun selama
terbentuknya galian.
(Meyer dan Gibson, 1984)
B.
Tujuan
Adapun
tujuan dari praktikum itu adalah :
1.
Mengetahui luas penampang galian
dan timbunan
2.
Mengetahui luas penampang
rata-rata galian dan timbunan yang ada
3.
Mengetahui volume galian dan
timbunan yang ada
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Perubahan bentuk tetap dari jenis tanah tertentu akibat
beban lalu lintas. Perubahan bentuk yang
besar akan mengakibatkan jalan tersebut rusak. Tanah-tanah dengan plastisitas tinggi cenderung untuk mengalami
hal tersebut. Lapisan-lapisan tanah rusak yang terdapat dibawah tanah oleh
nilai CBR-nya dapat merusak indikasi dari perubahan bentuk yang dapat terjadi.
Daya dukung tanah dasar yang tidak
merata pada daerah dengan bahan tanah berbeda. Penilaian seksama atas jenis dan
sifat tanah dasar sepanjang jalan dapat mengurangi akibat tidak meratanya daya
dukung tanah dasar, perencanaan tebal pekerjaan dapat dibuat berbeda-beda
dengan membagi jalan menjadi segmen-segmen yang berlainan (Sukirman, 1992).
Penentuan kualitas pekerjaan tanah pada penampang melintang
kontur atau dilapangan yang diambil dengan cara tertentu, pada pekerjaan jalan
raya atau jalan baja, landasan jalan baja pada kontur biasanya tidak dinaikkan
atau ditimbun, superilevasi disesuaikan dengan ballas cadas. Volume pekerjaan
dalam selokan-selokan drainase biasanya dihitung dengan secara terpisah. Pada
pondasi jalan raya sub grade dapat ditimbun, pada tangen-tangen dan biasanya
ditumbuk secara sejajar dengan permukaan kurva. Lagipula selokan-selokan
drainase dan bahu-bahu jalan tanah biasanya dianggap bagian dari luas penampang
melintang. Hasil luas yang tak teratur (irreguler) bisa didapat dengan bantuan
koordinat atau dengan cara grafik. Luas ujung-ujung bagaimanapun tidak
teraturnya didapat dengan mudah dengan mengeplotkannya sesuai skala dan
menentukan dengan planimeter. Cara ini dikerjakan secara luas pada pekerjaan
jalan raya, terutama jika selokan-selokan dan bahu-baju adalah bagian dari
penampang melintang. Dalam konstruksi jalan raya modern, kecendrungannya adalah
untuk menyatakan semua galian tidak dapat diklasifikasikan. Irisan horizontal
dari pekerjaan ditentukan dengan cara
luas ujung rata-rata (Meyer dan Gibson, 1984).
Pengukuran volume secara langsung jarang dikerjakan dalam
pengukuran tanah, karena sulit untuk menerapkan dengan sebenarnya sebuah satuan
terhadap material yang terlibat sebagai gantinya dilakukan pengukuran tak
langsung, untuk memperolehnya dilakukan pengukuran garis dan luas yang mempunyai
kaitan dengan volume yang diizinkan. Ada 3 sistem utama yang dipakai, yaitu :
1.
Metode tampang melintang
2.
Metode luas satuan atau lubang
galian sumbang
3.
Metode luas garis tinggi
Metode
tampang melintang hampir khusus untuk menghitung volume baja, kanal (saluran),
luas ujung dapat ditentukan dengan cara grafik dan hitungan. Dalam metode
grafik dengan skala pada kertas (Kertas kisi) mal-mal aluran dibuat untuk
galian dan timbunan, untuk dipakai untuk membantu (Brinker dan Wolf, 1997).
Pekerjaan daftar pekerjaan tanah
sangat penting dalam suatu pembangunan jalan yang terkait dengan galian atau
timbunan yang dikenakan pada permukaan tanah. Perubahan-perubahan volume tanah
pada galian-galian atau pada pekerjaan tanah dapat diakibatkan oleh pemadatan
tanah dari beban statis yang bekerja diatasnya. Konsolidasi tanah yaitu
pengurangan volume pori sehingga mengakibatkan bertambahnya tanah pada
pekerjaan penggalian atau penimbunan (Sagala, 1994).
Dari penampang melintang didapatkan
luas galian dan timbunan dari masing-masing titik profil. Uas penampang
rata-rata galian dapat ditentukan dengan menjumlahkan luas penampang galian
atau timbunan atau timbunan titik profil yang berurutan dan diabagi dua.
Demikian juga untuk luas penampang rata-rata dan timbunan (Simon, 1993).
Penampang melintang dilapangan yang
diambil dengan cara tertentu merupakan dasar dalam penentuan kuantitas
pekerjaan tanah. Pada pekerjaan jalan-jalan raya atau jalan baja.
Penampang melintang adalah vertikal dan
tegak lurus pada garis sumbu survei. Tiap deteksi adalah daerah yang dibatasi
oleh permukaan asli dari permukaan tanah yang sudah teratur, yang terakhir
ditentukan oleh lereng samping, batu-batu, lapisan bawah, jalur penengah dan
selokan-selokan drainase. Untuk kemudahan pekerjaan lapangan dan perhitungan,
penampang melintang biasanya diambil tiap petak stasiun penuh pada garis sumbu
survei (Meyer dan Gibson, 1984).
III.
METODOLOGI
A.
Waktu Dan Tempat
Praktikum keteknikan hutan yang berjudul “Daftar Pekerjaan
Tanah” dilaksanakan pada hari kamis, 16 November 2006 yang dilaksanakan pada
ruangan 304, di Departemen Kehutanan. Fakultas Pertanian. USU.
B.
Bahan dan alat
1.
Bahan
Adapun
bahan yang digunakan adalah :
-
Peta kontur 1 : 2000, sebagai
objek yang diteliti
-
Kertas milimeter blok, sebagai
bahan untuk menggambar
-
Tally sheet, sebagai bahan tempat
hasil penelitian
2.
Alat
-
Pensil, sebagai alat untuk menulis
-
Kalkulator, sebagai alat untuk
mengitung perhitungan
-
Penghapus, sebagai alat untuk
menghapus tulisan yang salah
-
Busur, sebagai alat untuk membuat
sudut
-
Penggaris, sebagai alat untuk
mengukur panjang.
C.
Prosedur
Adapun
alat-alat yang digunakan adalah :
-
dihitung volume pekerjaan tanah
berdasarkan frase yang dibuat.
·
Volume galian A-1
·
Volume timbunan A-1
-
Pekerjaan frase jalan yang dibuat adalah
|
|
|||
|
NOMOR
PROFIL
|
JARAK
|
LUAS PENAMPANG (M3)
|
LUAS PENAMPANG
RATA-RATA
|
VOLUME
|
|||
GALIAN
|
TIMBUNAN
|
GALIAN
|
TIMBUNAN
|
GALIAN
|
TIMBUNAN
|
||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
-
Dikonversikan perhitungan dalam
skala 1:200
T
mdpl : 1 : 200
1 : 2000
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel
perhitungan pekerjaan tanah
NOMOR
|
JARAK
|
LUAS PENAMPANG (M3)
|
LUAS PENAMPANG
RATA-RATA
|
VOLUME
|
|||
PROFIL
|
GALIAN
|
TIMBUNAN
|
GALIAN
|
TIMBUNAN
|
GALIAN
|
TIMBUNAN
|
|
A
|
|
6,8
|
3,76
|
|
|
|
|
1
|
46
|
4,4
|
4,88
|
5,6
|
4,32
|
257,6
|
198,72
|
2
|
30
|
7,6
|
4,88
|
6
|
4,88
|
180
|
146,4
|
3
|
10
|
7,52
|
2,44
|
7,56
|
3,66
|
75,6
|
36,6
|
4
|
20
|
7,28
|
3,56
|
7,4
|
3
|
148
|
60
|
5
|
40
|
3,96
|
2,56
|
5,62
|
3,06
|
12,4
|
447,948
|
6
|
74
|
3,84
|
2,16
|
3,9
|
2,36
|
288,6
|
174,64
|
7
|
40,49
|
1,56
|
1,16
|
2,7
|
1,66
|
109,323
|
67,2134
|
8
|
40,49
|
7,32
|
0,68
|
4,44
|
0,92
|
197,7756
|
37,2508
|
9
|
100
|
2,16
|
1,76
|
4,47
|
1,22
|
474
|
122
|
10
|
60
|
1,88
|
0,72
|
2,02
|
1,24
|
121,2
|
74,4
|
11
|
48,87
|
6,2
|
2,24
|
4,04
|
1,48
|
197,4348
|
72,3276
|
12
|
48,87
|
2,84
|
2,04
|
4,52
|
2,14
|
220,8924
|
104,5818
|
13
|
50
|
6,84
|
4,04
|
4,84
|
3,04
|
242
|
152
|
14
|
54
|
3,4
|
1,72
|
5,12
|
2,88
|
276,48
|
155,52
|
15
|
17,28
|
2,4
|
1,04
|
2,9
|
1,38
|
50,112
|
23,8464
|
B
|
17,28
|
1,96
|
0,52
|
2,8
|
0,78
|
37,6704
|
13,4784
|
Total
|
697,28
|
77,96
|
40,16
|
73,93
|
38,02
|
2889,088
|
1886,926
|
B. Pembahasan
Dari hasil percobaan diperoleh bahwa besarnya volume galian
total sebesar 2981,0882 m3 sedangkan untuk timbunan sebesar
2981,0882 m3, hal ini menunjukkan bahwa timbunan lebih banyak
daripada galian.
Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa pekerjaan
tanah yang dilakukan adalah baik, karena lebih banyak penggalian dari pada
timbunan. Dimana volume timbunan yang lebih kecil akan mengurangi resiko
kerusakan tanah dan mengurangi resiko biaya dalam proyek pembangunan.
Kegiatan pekerjaan tanah pada akhirnya akan dihubungkan
dengan pembiayaan untuk grading pada konstruksi jalan raya yang menyangkut
penafsiran biaya yang akan dilakukan/dikeluarkan pada kegiatan pengerjaan
tanah. Hal ini sesuai dengan pernyataan oleh Meyer dan Gibson (1994) yang
menyatakan bahwa pembayaran untuk pada suatu konstruksi jalan raya biasanya
didasarkan pada harga penawaran perkubik untuk galian yang diukur ditempat yang
dihitung dari catatan surver. Harga
satuan biasanya termasuk bahan-bahan yang digali menjadi bentuk tertentu, membuang
lahan suplus dan melaksanakan operasi seperti membentuk bahan baku tanah,
membuat tebing-tebing, meratakan lereng-lereng atau meratakan permukaan tanah.
Kegiatan pengerjaan tanah sangat berkaitan dengan
penggalian dan penimbunan yang pada akhirnya bertujuan untuk membuat perataan
terhadap tanah tersebut. Hal ini sesuai
dengan pernyataan yang dikemukakan Sagala (1994), bahwa pekerjaan tanah berhubungan dengan pengertian
galian dan timbunan yang bertujuan akhirnya sangat berkaitan dengan kegiatan
perencanaan tanah.
Pekerjaan tanah pada akhirnya akan dihubungkan dengan pembiayaan untuk grading pada
konstruksi jalan raya yang menyangkut penafsiran biaya yang akan dikeluarkan
pada kegiatan pekerjaan tanah. Hal ini sesuai
dengan pendapat Meyer dan Gibson (1994)
yang menyatakan bahwa pembayaran untuk grading pada suatu konstruksi
jalan raya biasanya didasarkan pada harga penawaran perkubik survei. Harga
satuan biasanya termasuk bahan-bahan yang digali atau memasukkan bahan lain.
Dari hasil analisa data diperoleh luas penampang yang
tertinggi untuk galian terdapat pada profil 3 yakni sebesar 7,52 m2
dan yang terendah terdapat pada profil 7 yakni sebesar 1,56 m2 sedangkan luas penampang timbunan yang tertinggi terdapat pada profil 1 dan 2
yakni sebesar 4,88 m2, dan yang terendah adalah frofil B yakni
sebesar 0,52 m2 sementara itu luas penampang rata-rata galian yang tertinggi terdapat pada
profil 2-3 dengan nilai sebesar 7,56 m2 dan yang terendah pada
profil 15-B dengan nilai 2,8 m2 sedangkan untuk timbunan yang
tertinggi adalah 4,88 m2 pada profil 1 : 2 dan yang terendah adalah 0,78 m2
pada titik profil 15-B.
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Adapun
kesimpulan yang diperoleh adalah :
1.
Dari pengukuran diperoleh volume
galian total sebesar 2981,0882 m3 dan volume timbunan 1886,9687 m3
2.
Luas penampang rata-rata terbesar
pada galian yaitu 123,98 m3, sedangkan yang terkecil pada timbunan
sebesar 38,08
3.
Luas penampang terbesar pada
galian yaitu 7,52 m3 sedangkan yang terkecil pada timbunan yaitu
sebesar 0,52 m3
4.
Dari hasil perhitungan diperoleh
bahwa volume galian lebih besar dari volume timbunan
5.
Semakin kecil volume timbunan maka
jaringan jalan akan semakin baik karena tanah timbunan lebih kecil bila
dibandingkan dengan pekerjaan galian.
B. Saran
Dalam perhitungan pekerjaan tanah diperlukan ketelitian
agar diperoleh hasil yang akurat dan sesuai dengan tujuan.
DAFTAR PUSTAKA
Brinker, R.C. dan D.R. Wolf, 1997, Dasar-Dasar
Pengukuran Tanah (Surveying), Erlangga. Jakarta.
Meyer, C.F. dan D.W. Gibson, 1984, Merencanakan Sistem
Pengangkutan. ITB, Bandung.
Muhdi, 2002, Penuntun Praktikum Keteknikan Hutan. Program
Studi Manajemen Hutan. USU, Medan.
Sagala, P. 1994. Pengelolaan Lahan Kehutanan Indonesia. Yayasan
Obor Indonesia. Jakarta
Simon, H. 1993.
Metode Inventore Hutan. Aditya Media. Yogyakarta.
Sukirman, S. 1992.
Perkerasan Lentur Jalan Raya. Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar