FAKTOR-FAKTOR PENAMPANG MELINTANG
Secara harafiah, penampang melintang
dapat didefenisikan sebagai suatu gambaran irisan yang tegak lurus dari pada
potongan memanjang, posisi dan irisan adalah tegak. Gambar penampang melintang
secara rinci menyajikan dua unsur, yaitu unsur alamiah serta unsur rancangan
sehingga gabungan dari kedua unsur tersebut dapat digunakan sebagai modal dasar
dalam kegiatan perhitungan kualitas pekerjaan (Elias, 1999)
Pembuatan penampang melintang sangat
penting untuk mengetahui daya dukung tanah, karena penentuan daya dukung tanah
bukanlah merupakan suatu yang sederhana melainkan bawha daya dukung tanah
sangat bergantung berbgai faktor :
-
Sifat tanah
-
Kedalaman, jenis dan ketebalan dari berbagai
lapisan tanah
-
Bentuk dan ukuran serta ketebalan pondasi
-
Kadar air dan kedudukan tanah
Karena
itu timbunan dan galian yang dibuat harus memperlihatkan daya dukung tanah
yaitu berupa yakaran vertical tanah terhadap pondasi (Setiawan, 2000)
Penampang melintng pada umumnya
pengukuran sebagai rencana melintang bangunan dan daerah perluasan pembangunan
atau pun dapat dilakiian sampai sejauh beberapa meter jarak-jarak yang terdapat
pada sisi kanan dan sisi kiri, agar nantinya pada akhir pembentukan dan
kandungan-kandungan elemen-elemen rupa bumi cukup tersajikan. Sebagai bagian
dari informasi perencanaan peta pengukuran penampang melintang jalan, juga
digunakan sebagai bagian dari informasi perencanaan pada pengukuran penampang
melintang jalan. Juga digunakan sebagai bagian dari data penggambaran topografi
sepanjang rute. Cara pengukuran penampang melintang biasanya menggunakan sifat
dasar teedolit (Rachman, 1979)
Dalam pembuatan penampang jalan
diperlukan penggalian dan penimbunan galian-galian seperti sumur-sumur dan
alur-alur diberi tanda dengan rambu-rambu. Ini disusun dari dua piket atau
lebih yang dibagian atasnya dipsang sepotong papan horizontal. Bagian atas
papan tersebut ditetapkan dengan cermat terhadap permukaan atau bagian atas
tengah jalan, tergantung situasi setempat. Penempatan rambu-rambu atau bagian
atas tengah jalan, tergantung situasi setempat. Perempatan rambu-rambu
hendaknya diatur sedemikian ramby sewaktu berlangsungnya panggilan tidak menimbulkan getaran dari galian bergantung
pada tanah yang akan digali, beban atas,
dalamnya galian, kadar air tanah, rendahnya tanah atau tidaknya getaran
(Setiawan, 2000).
Pada kegiatan pembuatan penampang
melintang memanjang dan melintang jalan, masalah galian dan timbunan harus kita
perhatikan. Pada pembuatan galian dan timbunan harus rasional. Galian yang
dibuat jalan terlalu curam agar keamanan lalu lintas dapat tercipta. Pada
kegiatan ini diusahakan agar timbunan yang dibuat lebih sedikit rapi pada
pembuatan galian-galian lebih baik dari timbunan (Muhdi, 2002)
Volume galian dan timbunan dapat
menentukan keadaan kondisi badan jalan apakah terjal atau tidak. Dari hasil
yang diperoleh didapat bahwa volume timbunan lebih besar daripada volume
galian. Hal ini berarti jondisi badan jalan terjal sehingga diperlukan
timbunan. Dan dari segi biaya akan memerlukan biaya yang cukup besar dan tnah
timbunan lebih baik dari pada tanah galian (Setiawan, 2000)
Pada konstruksi jalan, volume galian
dan timbunan (dalam pekerjaantanah) merupakan salah satu faktor yang penting.
Jumlah galian dan timbunan akan menentukan harga pekerjaan pembangunan jalan
secara keseluruhan. Sehingga pekerjaan galian dan timbunan harus dilaksanakan
secara optimal mungkin. Banyaknya dan biaya pekerjaan ini dihitung dalam meter
kubik (m3) pada keadaan asalnya dan sudah termasuk dipindahkan pada
tempat dan bentuk yang dikehendaki. Kalau pekerjaan galian atau timbunan tidak
banyak atau berat dengan tebalnya kira-kira 15 cm, banyaknya pekerjaan ini
hanya dijitung dalam m2 (Heinrick, 1995).
Masalah pokok dalam pembuatan
analisis distribusi adalah penentuan lokasi yang potensional titik-titik
keseimbangan antara mana galian dan timbunan di tambal dengan penyusunan yang
diperbolehkan. Pada pekerjaan kecil titik-titik kesesuaian bangunan (balans)
yang utama bisa didapat dengan membuat sub total yang terpisah dari
galian-galian dan timbunan-timbunan yang telah dikoreksi, titik keseimbangan
ditentukan letaknya dimana kedua sub total adalah sama pada pekerjaan (Rachman,
1979).
MJenurut Brinker, 1989 talud dan
galian bergantung pada 5 hal :
1. Jenis
tanah yang akan digali
2. Beban
atas
3. Dalamnya
galian
4. Kadar
air tanah
5. Rendahnya
tanah dan tidak ada getaran.
Penggunaan tanah dan rencana
distribusi spesialnya merupakan penentu dasar bagi kebutuhan lalu lintasn
pengangkutan. Perencanaan menganjurkan adanya penataan yang baik supaya
struktur tanah hutan dan pohon tidak rusak. Maslah utamanya terletak pada cara
memadukan satu arah kegiatan tertentu dengan kegiatan lainnya, terutama dalam
hubungannya dengan pemerataan keuntungan dan kerugian diantara pekerja dan
pengelola perusahaan. Transpor (angkutan), meskipun hanya merupakan satu bagian
saja dari proses keseluruhan, mempunyai peran penting dan berpengaruh, kegiatan
pendudul, sesuai kebutuhannya, terpisah-pisah demi kekenyamanan (Pirwohardjo,
1986).
DAFTAR PUSTAKA
Brinker, R. 1987. Dasar-Fasar Pengukuran
Tanah. Erlangga, Jakarta.
Elias, 1999. Buku Saku Pembukaan Wilayah
Hutan. Penebar Swadaya, Jakarta.
Heinrick,
T. 1995. Ilmu Ukur Tanah dan Penerapan Dalam bidang-Bidangnya. Yayasan
Kanisius, Yogyakarta.
Muhdi,
2002. Panduan Praktikum Keteknikan Hutan. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Purwhardjo,
1986. Merencanakan Sistem Pengangkutan. ITB. Bandung.
Rachman,
1979. Pemetaan. Erlangga, Jakarta
Setiawan,
2000. Analisis Jalanan. Jilid II. Erlangga, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar