H.O.R.A.S

Selamat Datang buat anda yang mengunjungi blog ini, Segala informasi dalam blog ini merupakan bantuan dari buku-buku, majalah, dan lain-lain
Semoga blog ini bermanfaat bagi anda ^^.


Kamis, 11 April 2013

KEGIATAN PENYARADAN


PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kegiatan penyaradan ternasuk kedalam pembukaan wilayah hutan adalah untuk merencanakan pembuatan jalan angkutan dan prasarana lainnya yang berkaitan erat dengan kegiatan pengusahaan hutan dan juga kedalam tujuannya adalah untuk menyiapkan jalan angkutan dan prasarana lainnya (jembatan, gorong-gorong dan lain-lain) dalam upaya untuk kelancaran angkutan produksi hasil hutan dari masing-masing blok tebangan. Jalan sarad adalah jalan hutan yang dapat dipergunakan untuk kegiatan penyaradan kayu bulat (log)  selama satu tahun secara terus menerus (Elias, 1999).
Kegiatan penyaradan kayu gelondongan hasil penebangan baik dihutan tanah kering maupun dihutan rawa menggunakan alat atau sistem yang sudah berlaku. Diuopayakan menekan sekecil mungkin kerusakan yang terjadi pada pohon inti, tegakan inggal, dan tanah hutan. Pembagian batang, penomoran, dan pengupasan kulit kayu. Metode penyaradan dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain :
  1. Secara manual
  2. Menggunakan hewan
  3. Memanfaatkan gaya gravitasi
  4. Skidding atau yarding
  5. Menggunakan kabel, pesawat atau helikopter.
Secara umum, sistem penyaradan kayu dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
  1. Berdasarkan tenaga yang digunakan
  2. Hubungan antara batang kayu yang disarad dengan permukaan tanah
  3. Ukuran batang yang disarad.
(Setyarso, 1987).
Perencanaan trase jalan bertujuan untuk membuat jaringan jalan agar hasil hutan dapat dikeluarkan selancar mungkin dengan biaya seminimal mungkin. Pada perencanaan trase jalan yang penting yang harus diperhatikan adalah persyaratan teknis jalan hutan yaitu kemiringan  lapangan memanjang tidak boleh melewati 12 % sedapatnya lebih kecil dari 10 %. Semakin lurus jalan yang dibuat, maka biaya pembuatan jalan akan semakin murah. Adanya pembatas-pembatas atau keadaan di lapangan (Purwardjo, 1986).
Jalan hutan berfungsi sebagai prasarana pengawasan, pengangkutan bibit, buruh, material, dan jalan hutan. Perencanaan jalan yang baik dapat menunjang penghematan ongkos pengangkutan hasil hutan. Praktek pembuatan jalan hutan dapat tergantung dari banyak faktor seperti keadaan medan kerja, peralatan yang digunakan, intensitas perlakuan terhadap jalan dan sebagainya. Kondisi kemiringan dan lebar jalan mempengaruhi kemampuan efektif truk angkutan. Selain itu bahwa belokan yang lebar dan pandangan pengemudi ke depan yang jauh dapat memperlancar jalan. Sepanjang jalan yang direncanakan perlu mendapat perhatian (Irvine, 1995).
Masalah desain dalam penentuan lintas jalur sangat dekat berhubungan dengan sungai lintas jalur. Beberapa masalah desain harus mendahului pekerjaan lapangan, yang lain tergantung dari pekerjaan lapangan. Kemiringan yang tajam kemungkinan akan memberikan pengaruh yang sama pada keamanan dan biaya seperti kelengkungan yang berlebihan. Tujuan dan pengalokasian yang baik seyogyanya memenuhi syarat-syarat konsisten dengan imbangan yang baik antara kelengkungan dan grade. Ini terutama penting pada pengalokasian jalan raya disebabkan setiap kendaraan dijalankan secara perorangan dan biasanya pengemudinya merasa asing dengan suatu jalan raya tertentu. Kebanyakan kecelakaan di jalan raya terjadi di tempat dimana ada perubahan yang tiba-tiba dan yang tak terduga pada kelengkungan, grade, dan jarak pandang pada bagian yang berdekatan pada jalan raya yang sama (Meyer dan David, 1986).

Tujuan
    Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
  1. Untuk membuat trase jalan diatas peta kontur 1 : 2000 yang menghubungkan wilayah A dengan wilayah B.
  2. Untuk mengetahui panjang trase jalan.
  3. Untuk menghitung kemiringan trase jalan.


TINJAUAN PUSTAKA

Trace (garis rencana jalan) di dalam peta berupa garis-garis yang menghubungkan titik-titik profil, sedangkan dilapangan dalam bentuk patok-patok. Dalam merencanakan jalan-jalan dan terusan-terusan (kanal-kanal) biasanya tidaklah mungkin untuk menghubungkan dengan sebuah garis lurus dua arah yang harus dihubungkan. Karenanya arah-arah yang lurus dihubungkan satu sama lain dengan lengkungan-lengkungan. Jarak terdekat antara titik A ke B berupa garis lurus. Semakin lurus jalan yang dibuat, maka biaya jalan akan semakin murah. Adanya pembatas-pembatas atau keadaan dilapangan menyebabkn pembuatan jalan yang liruis tidak sepenuhnya dapat dilaksanakan. Hutan produksi terdapat areal yang harus dihindari, areal / kawasan yang harus dilindungi peraturan perundang-undangan misalnya kawasan lundung, kanan-kiri sungai, mata air dan areal yang sangat curam (Purwardjo, 1986).
Adapun  faktor-faktor yang mempengaruhi pola jaringan jalan dan lokasi jalan adalah :
  1. Topografi
  2. Iklim
  3. Tanah
  4. Sistem penyaradan dan pengangkutan.
Akibat pengaruh faktor tersebut maka tata letak/pola jaringan jalan terpaksa menyimpang dari keadaan ideal sehingga mempengaruhi kerapatan jalan           (Irvine, 1995).
Pola jaringan jalan ideal adalah pola jaringan jalan yang membuka wilayah hutan secara merata dan menyeluruh sehingga menghasilkan persen Pembukaan Wilayah Hutan yang tinggi, dengan kerapatan jalan yang optimal. Perencanaan trace jalan diatas peta kontur skala 1:5000 sampai dengan skala 1:25000 dengan ketentuan pilihan lokasi trace jalan setempat yang stabil, lokasi jalan minimal 100 m dari tepi sungai. Hindari tempat-tempat kardinal negative untuk tempat-tempat yang  rawan akan longsor (Elias, 1999).
Kapasitas jalan didefinisikan sebagai jumlah maksimum kendaraan yang dapat meleati jalan tersebut dalam periode 1 jam tanpa menimbulkan kepadatan lalu lintas yang menyebabkan hambatan waktu bahaya atau mengurangi kebebasan menjalankan kendaraan (Setyarso, 1987).
Untuk menentukan besarnya derajat kerapatan jalan hutan yang harus memperhatikan :
1.       Topografi
2.       Jarak pengangkutan dari tepi jalan
3.       biaya konstruksi per satuan panjang
4.       Rencana rata-rata jasa penyaradan kerja
5.       Nilai hasil hutan
Dalam perencanaan pembuatan jalan, maka faktor tanah, geologi dan topografi sepanjang jalan yang direncanakan perlu mendapat perhatian          (Elias, 1999).
Standar yang dipakai sebaiknya dipilih melalui penelitian dari berbagai segi dan setelh diperhitungkan dengan rencana pengelolaan. Terlalu tinggi standar yang dipilih akan menghasilkan biaya jaringan yang mahal, yang tidak sesuai dengan hasil yang akan diperoleh. Tetapi terlalu rendahnya standar jalan akan membuat biaya operasi semakin tinggi. Harus selalu diingat dan dipertimbangkan adalah tingkat kekerasan topografi dan standar yang diinginkan yang akan dibuat. Bagaimanapun juga, jaringan jalan yang tepat akan menghasilkan penghematan biaya operasional yang lebih besar. Menghindari puncak bukit sebagai rute transportasi angkutan adalah lebih baik (Purwardjo, 1986).
Pada perncanaan trase jalan hutan, hal yang penting harus diperhatikan adalah perencanaan teknis jalan hutan, yaitu kemiringan lapangan memanjang jalan tidak boleh melewati 12 %, sedapatnya lebih kecil dari 10 %. Jarak terdekat antara titik A ke B berupa garis lurus. Semakin lurus jalan yang dibuat, maka biaya jalan akan semakin murah. Adanya pembatas-pembatas atau keadaan di lapangan menyebabkn pembuatan jalan yang lurus tidak sepenuhnya dapat dilaksanakan. Diareal hutan produksi terdapat areal yang harus dihindari karena dilindungi (Meyer dan David, 1986).
Pada jalan yang menanjak lereng, resiko kecelakaan lebih besar. Kerugian lain dari jalan yang terlalu menanjak akan mempersingkat masa pakai alat (misalnya masa pakai truk 10 tahun menjadi hanya 5 tahun). Jalan yang terlalu menanjak juga akan meningkatkan biaya operasional (biaya mesin, BBM/oli, pemeliharaan dan perbaikan alat). Yang harus diingat dan dipertimbangkan adalah tingkat kekerasan topografi dan standar yang diinginkan yang akan dibuat bagaimanapun juga, jaringan jalan yang tepat akan menghasilkan penghematan biaya operasional yang lebih besar (Purwardjo, 1986).

METODE PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat
Adapun praktikum keteknikan hutan  yang berjudul “Perencanaan Trace Jalan” dilaksanakan pada hari Sabtu, 7 September 2007 pada pukul 14.00 WIB sampai dengan selesai. Praktikum ini dilaksanakan di Ruanga 304 Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Alat dan Bahan
            Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini :
1.      Penggaris 50 cm dan 30 cm  untuk menarik garis trase jalan
2.      Penggaris busur, untuk menarik sudut pada peta.
3.      Jangka untukmemembuat belokan
4.      Kalkulator,  untuk menghitung helling
5.      Pensil, untuk menulis data
6.      Penghapus, untuk menghapus data yang salah
7.      Alat tulis, untuk menulis data.
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini :
1.      Peta kontur dengan skala 1: 2000 sebagai bahan praktikum
2.      Tally sheet, untuk menulis data.
Prosedur Kerja
            Adapun prosedur kerja dalam praktikum ini :
1.      Ditentukan titk awal dan titk akhir jalan
2.      Dari titik awal ditentukan titik profil dari titik awal dengan panjang untuk garis lurus sebesar minimal 5 cm (100 cm dilapangan) dan belokannya minimal 2,5 cm (50 m dilapangan).
3.      Ditentukan helling garis lurus dan belokan
·         Helling garis lurus
Untuk daerah curam dan sangat curam < 12 %, untuk daerah datar,    landai, sedang < 10 %
    • Helling garis belokan
            Helling diperbolehkan < 5 %
  1. jika % lebih besar dari yang ditentukan maka pembuatan titik profil harus diulangi
  2. dihubungkan titik profil tersebut
Tabel 5. Hasil Perencanaan Trace Jalan
Nomor Profil
Jarak Antar Profil (m)
Helling
(%)
Lurus / Belokan
Keterangan
A - 1
100
3
lurus

1 - II
100
5
lurus

II - III
100
6
lurus

III - IV
96
3,125
lurus

IV- V
122,11
3,82
belokan

V - VI
122,11
2,178
belokan
α  = 50
VI - VII
100
2,60
lurus
R  = 140
VII - VIII
100
8,66
lurus

VIII – IX
100
6,33
lurus

IX - X
100
        3,53
lurus

X- XI
100
3,87
lurus

XI - B
52
11,73
lurus

TOTAL
1192,22




Pembahasan
Dari hasil perencanaan trase jalan pada peta kontur dengan skala 1 : 2000 didapatkan 11 titik profil dengan 10 terse jalan lurus dan 1 trase belokan. Trase belokan dibuat untuk mengatasi fakror-faktor kemiringan tanah yang terlalu besar. Besarnya helling belokan yang didapat adalah 3,82 % dan 2,178%. Dimaha cara untuk mencari helling belokan adalah L = ∆H / ½ x 100% dimana                        X =  / 360 x 2 ∏ r, dan helling tidak boleh lebih besar dari 5 %. Kegunaannya juga dipakai untuk menghubungkan dua arah yang berpotongan agar perpindahan dari arah yang satu kearah yang lain berjalan lancar.
Trace lurus adalah jarak terdekat diantara dua titik yang merupakan pertimbangan yang penting dari segi estetis dan pemandangan yang indah dan kelengkungan memberikan kemungkinan yang tidak terbatas untuk menyesuaikan lokasi dengan keadaan topografis sehngga nyaman dan ekonomis.
Pada percobaan yang telah dilakukan diperoleh bahwa helling lurusan diperoleh dengan rumus L = ∆H / X x 100%, dimana helling yang diperoleh dari jalan lurus pada percobaan kali ini adalah titik A – I adalah sebesar 3 %, I – II adalah 5 %, titik II – III adalah sebesar 6 %, titik III – IV adalah sebesar 3,125 % , titik VI – V11 adalah sebesar 2,60  %, titik VII – VIII adalah sebesar 8,66 %, titik VIII – XI adalah sebesar 6,33 %, titik XI – X adalah sebesar 3,53 %, titik X – XI adalah sebesar 3,87 %, Dan titik XI – B  adalah sebesar 11,73 %. Syarat lain untuk membuat trase jalan lurus yaitu hellingnya tidak boleh lebih besar 10 %, untuk daerah datar dan sedang sedangkan untuk daerah curam dan sangat curam hellingnya harus lebih kecil dari 12 % (< 12 %). Hal ini sesuai dengan pernyataan Meyer dan David (1984) yang menyatakan bahwa Pada perencanaan trase jalan hutan, hal yang penting harus diperhatikan adalah perencanaan teknis jalan hutan, yaitu kemiringan lapangan memanjang jalan tidak boleh melewati 12 %, sedapatnya lebih kecil dari 10 %. Persyaratan itu adalah sesuatu hal yang vital dalam perencanaan trase jalan hutan, karena jika masalah ini dikesampingkan atau disepelekan maka dampak yang akan diakibatkan akan sangat besar dan bahkan perencanaan trase jalan hutan akan bisa terkendala.
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dikeyahui bahwa dalam pembuatan jalan harus memiliki belokan, dimana dalam pembutan belokan jari-jari minimal pada peta adalah 2,5 cm (50 m dilapangan) dan helling maksimimnya adalah 5 %, kemudian dalam hal pembautan belokan, belokan tidak boleh terlalu tajam, karena selain dapat membuat kecelakaan juga dapat menambah biaya pembuatan jalan itu sendiri. Jadi solusinya adalah dengan memperpanjang jari-jari lingkaran tersebut.
Dari hasil yang didapat maka dapat diketahui bahwa kawasan yang dapat dijadikan lokasi Tpn adalah berjumlah 7 kawasan dengan masing-masing hellingnya 3 %; 3,125 % ;3,87 ; 3,53 % dan 2,60  %, untuk garis belokan 3,82%  dan 2,178 %. Lokasi yang dapat dijadikan Tpn harus memiliki helling <5%. Luas semua kawasan untuk pembuatan trase jalan adalah 1192,22 atau 1,19222 KM, persen kemiringan sangat berpengaruh terhadap lokasi.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
            Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah :
1.      Dari hasil perencanaan trase jalan pada peta kontur didapatkan 11 (sebelas) titik profil dengan 10 trase jalan lurus dan 1 (satu) trase belokan.
2.      Persentase kemiringan jalan lurus terbesar adalah 11,73 % dengan nomor profil XI – B.
3.      Persentase kemiringan jalan lurus terkecil adalah 2,60  % dengan nomor profil VI – VII.
4.      Persentase kemiringan jalan belokan terbesar adalah 3,82 % dengan nomor profil IV - V
5.    Persentase kemiringan jalan belokan terkecil adalah 2,178 % dengan nomor profil V – VI
6.      Besarnya sudut pada trase belokan adalah 500 dengan panjang jari-jari        140 m.
7.      Semakin lurus trase jalan yang dibuat maka akan semakin mempengaruhi atau mempermudah pelaksanaan pembangunan jalan dilapangan dan meminimumkan biaya dalam pengelolan dilapangan.
8.      Jumlah lokasi Tpn yaitu ada 7 Tpn pada peta kontur.

Saran
            Adapun saran dalam praktikum ini adalah :
1.      Sebaiknya dalam praktikum ini setiap praktikan memiliki alat yang lengkap agar pengukuran hasilnya teliti agar hasilnya tidak bias
2.      Harus diperhatikan jalan sebelum dan sesudah belokan harus tegak lurus dengan jari-jari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar