H.O.R.A.S

Selamat Datang buat anda yang mengunjungi blog ini, Segala informasi dalam blog ini merupakan bantuan dari buku-buku, majalah, dan lain-lain
Semoga blog ini bermanfaat bagi anda ^^.


Kamis, 11 April 2013

KLASIFIKASI KEMIRINGAN LAPANGAN



PENDAHULUAN


Latar Belakang

Hutan didefinisikan sebagai suatu ekosistem yang dicirikan oleh penutupan pohon yang kurang lebih rapat dan luas. Pengusahaan hutan bertujuan untuk memperoleh dan meninggikan produksi hasil huitan, demi pembangunan ekonomi bagi masyarakat, peningkatan devisa dan perluasan serta pemerataan keselamatan kerja, kesempatan berusaha, pengmbangan sumber energi non minyak. Pengusahaan hutan diselenggarakan berdasarkan asas kelestarian dan asas pengesahan yang meliputi penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan, dan pemasaran hasil (Elias, 1998).
Kemiringan lapangan yang semakin besar akan memperbesar terjadinya erosi. Jika tanah sangat mudah diangkut, yaitu mudah terbawa dalam bentuk suspensi hampir sempurna, maka guludan kecil, cekungan, sisa tanaman, dan penghalang kecil saja dalam pemindahannya. Fenomena ini menyebabkan keragaman hasil-hasil tindakan erosi untuk setiap tipe tanah dan menyulitkan telaah pengaruh tindakan tanpa terlebih dahulumenelaah watak kemudahan angkut tanahnya. Lahan-lahan yang miring berpengaruh besar terhadap keagresian limpasan. Gatra bentang lahan dan topografi yang berperan dalam merangsang erosi  yang meliputi kemiringan lahan, panjang lereng, keseragaman, lereng dan arah lereng (Brinker dan Wolf, 1997).
Klasifikasi hutan secara garis besar bermanfaat untuk perencanaan makro. Kemiringan lapangan merupakan salah satu faktor dominan untuk klasifikasi lapangan kehutanan. Di dalam kawasan hutan tropika basah, pada saat ini baru didasarkan pada bentuk penutupan lahan oleh vegetasi saja. Dalam klasifikasi hutan yang mendetail, luas minimum masing-masing tipe hutan harus ditetapkan secara tepat. Pembagian yang terlalu kecil justru mengurangi manfaat klasifikasi karena akan mempersulit penyelesaian data dan perencanaan             (Wongsotjitro, 1980).
Efek kemiringan lapangan terbesar adalah kerusakan. Pada kemiringan 65% adalah sulit. Jika tidak mungkin memindahkan kayu pada sisi bukit. Pohon yang telah ditebang jarak tergantung pada kecuraman dan adanya rintangan seperti puncak dan karang. Jika kayu lurus menuruni bukit, kerusakannya sedikit dapat diminimalkan. Bagaimana juga kayu adalah input yang sesungguhnya dan goncangan pada saat menuruni bukit, khususnya jika jauth saat memegang kayu pada sisi bukit. Efek dari kemirinagn lapangan adalah kerusakan yang berlebihan. Kayu terbesar adalah kerusakan terbesar yang mungkin terjadi. Juga pohon dirubuhkan penambahan waktu diperlukan untuk menaikkan dan mengurangi kecuraman (Elias, 1998).
Sistem pengklasifikasian lapangan dapat dilakukan menjadi dua hal yang berbeda yaitu sistem kalsifikasi primer yang lebih pada sifat-sifat lapangan yang tidak berubah dan sistem klasifikasi lapangan sekunder yang lebih menekankan pemulihan kemungkinan terbaik dari suatu aplikasi sistem kerja diareal kerja tersebut. Walaupun memiliki penekanan yang berbeda, tapi untuk dua hal tersebut saling memiliki keterkaitan yang cukup penting. Intinya adalah bahwa klasifikasi primer sangat mendukung kinerja dari sistem klasifikasi sekunder sehingga keselarasan sistem pengelolaan tercipta (Brinker dan Wolf, 1997).
Informasi kemiringan dan bentuk lereng dalam kawasan rencana dan profil. Data ini sangat penting bagi evaluasi tingkat bahaya erosi dengan pendugaan stabilitas lereng. Informasi ini merupakan salah satu daftar informasi mendasar yang diperlukan oleh para prencana untuk melakukan penilaian seluruh wilayah dihutan atau bagian-bagian tertentu dari wilayah tersebut dapat dibuka penggunaan yang lain (Subagio, 2003).
Dari suatu areal berhutan tertentu yang diinventore, hasil inventornya biasanya tidak hanya dinyatakan untuk seluruh areal tetapi juga untuk bagian-bagian  dari padanya. Dalam membagi inventorenya beberapa kriteria yang serentak dapat dipakai. Pada garis besar kriteria-kriteria tersebut adalah sebagai berikut : kriteria tata guna lahan yang ada sekarang, kriteria ini menentukan klasifikasi yang paling penting karena ia memisahkan hutan dari tata guna lahan yang lain dan tipe vegetasi (Simon, 1993).




Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
  1. Mahasiswa dapat mengetahui cara penentuan kemiringan lapangan pada peta.
  2. Mahasiswa dapat mengetahui luas masing-masing kelas kemiringan lapangan
  3. Mahasiswa dapat menentukan kelas kemiringan lapangan
  4. Mahasiswa dapat mengetahui fungsi kawasan hutan.

TINJAUAN PUSTAKA

Klasifiaksi bertujuan untuk mengorganisasi informasi agar didapatkan data yang mudah tersedia untuk menjawab persoalan atau menyelesaikan program tertentu. Setiap klasifikasi mempunai maksud tertentu. Maksud ini dilakukan dengan pemilihan spesifikasi yang disertai kegunaan pengelolaan yang dapat diterapkan pada lokasi tertentu. Klasifikasi lain yang menggunakan beberapa sistem yang terintegrasi atau sebahagian seperti tipe lahan-lahan ekorogion atau biogionasi. Namun, tipe holdrige memberikan pengenlan zone kehidupan dengan menggunkan faktor-faktor komponen dan tidak dianggap dapat digunakan untuk emlukioskan batas tipe penutup tertentu bahkan informasi dalam suatu areal (Simon, 1993).
Evaluasi lahan merupakan proses pendugaan potensi lahan untuk macam-macam alternatif penggunaannya. Evaluasi lahan merupakan alat yang bisa digunakan dalam proyek perencanaan (Wongsotjitro, 1980).
Pembukaan wilayah hutan adalah kegiatan penyediaan prasarana wilayah bagi kegiatan produksi kayu, pembinaan hutan, perlindungan hutan, inspeksi kerja, transportasi sarana kerja dan komunikasi antar pusat jegiatan. Pembukan wilayah hutan diwujudkan oleh penyediaan jaringan angkutan, barak kerja, penimpbunan kayu, dan lain-lain. Adapun tujuan pembukaan wilayah hutan untuk merencanakan pembuatan jaln angkutan dan prasarana lainnya yang berkairtan erat dengan kegiatan perusahaan. Tujuannya adalah untuk menyiapkan jaringan jalan dan persiapan lainnya (jembatan,gorong-gorong, dan lain-lain). Dalam upaya untuk kelancaran angkutan produksi hasil hutan untuk masing-masing blok tebangan intensitas pembukaan wilayah hutan/kerapatan jalan adalah perbandingan antara panjang jalan (m) dengan luas areal unit kerja/daerah produksi kerja (Ha) dengan satuan m/Ha. Perhitungan intensitas pembukaan wilayah hutan untuk menentukan kebutuhan jalan angkutan yang optimal per Ha, maka dipertimbangkan faktor-faktor :
  1. Jenis alat yang digunakan
  2. Biaya pembuatan jalan (termasuk bunga, penghapusan dan biaya pemeliharan).
  3. Massa tegakan (jumlah kayu) tergantung pada volume kayu, riap maupun umurnya.
Intensitas pembukaan wilayah hutan ditentukan dengan mempertimbangkan potensi tegakan hutan dan intensitas kerja (Elias, 1998).
Konfigurasi lereng merupakan bentuk permukaan lereng suatu lahan yang dapat berbentuk cembung atau cekung. Lereng-lereng yang seragam dalam bentuk kemiringan panjang, konfigurasi dan arahnya sulit ditemui pada kawasan sempit sekalipun. Lahan-lahan yang berlereng tidak seragam lebih mampu menahan kayu limpasan dan erosi dari pada yang seragam. Alasannya antara lain adalah bahwa pada lahan-lahan yang berlereng seragam lebih mungkin dilakukan kegitan bercocok tanam intensif, yang umumnya merangsang erosi dan mempunyai peluang untuk memiliki lereng yang lebih panjang (Irvine, 1995).
Dalam tata guna lahan dalam suatu areal tertentu, hasilnya biasanya tidak hanya dinyatakan untuk seluruh areal, tetapi juga utnuk bagian-bagiannya. Dalam membagi areal yang diinventarisasi, beberapa kriteria secara serempak dapat dipakai. Kriteria saling berhubungan antara vegetasi/lingkungan yang memperhitungkan faktor-faktor lingkungan seperti iklim, ketinggian tempat dan tanah. Klasifikasi yang bersangkutan dengan ini tidak secara umum menunjukkan tata guna lahan yang ada, tetapi bermanfaat untuk pengelolaan lahan hutan. Kriteria tata guna lahan hutan yang ada sering menentukan klasifikasi yang paling penting kare ia memisahkan hutan dari tata guna lain dan tipe vegetasi. Dalam klasifikasi ini, areal hutan dipisahkan lagi kedalam kelas-kelas yang bersifat sangat lebar dan dapat diterima secara universal  (Brinker dan Wolf, 1997).
Klasifikasi lapangan sangat penting untuk bidang kehutanan. Bagaimana tidak, didalam klasifikasi lapangan memuat gambaran dan pengelompokan areal hutan berdasarkan sifat-sifat dapat tidaknya diterapkan sisitem kerja atau mesin-mesin tertentu di areal tersebut dan kepekaan lapangan utama terhadap kerusakan tanah dan erosi yang disebabkan oleh tindakan-tndakan dalam kegiatan pengelolaan hutan. Sehingga dengan dasar acuan tersebut diatas kita dapat dengan mudah memilih suatu konsep atau suatu cara dalam penentuan system kerja atau penggunaan alat-alat yang memenuhi kriteria peka terhadap lingkungan. Artinya Dengan diterapkannya klasifikasi lapangan, peminimalan klasifikasi lingkungan khususnya tanah dan erosi yang disebabkan oleh tindakan pengelolaan dapat diminamalisasi. Secara langsung ini akan bermanfaat baik tidak saja pada keuntungan dari segi pengelolaan yang optimal tetapi juga memberi manfaat lingkungan, yang dampaknya akan kita lihat dengan semakin kecilnya biaya yang diperlukan atau penggantian untuk merehabilitas lahan yang rusak atau erosi akibat kesalahan system pengelolaan (Subagio, 2003).
Sistem klasifikasi lapangan berakhir dengan diterapkannya daerah-daerah yang memiliki kriteria kecuraman tertentu. Dengan acuan daerah yang terkategori atau kriteria tersebut diatas maka pengalokasian dari wilayah hutan tersebut menjadi satuan wilayah yang  sesuai penentuannya, pembangunan akses. Pengembangan wilayah hutan (jaringan jalan, logpond/TPK, TPN dll). Sistem pengelolaan yang sudah layak unuk dipertimbangkan  (Irvine, 1995).

METODE PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat
            Adapun praktikum keteknikan hutan  yang berjudul “Klasifikasi Kemiringan Lapangan” dilaksanakan pada hari Jumat, 24 Agustus 2007 pada pukul 14.00 WIB sampai dengan selesai. Praktikum ini dilaksanakan di Ruanga 304 Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Alat dan Bahan
            Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini :
1.      Penggaris 50 cm dan 30 cm  untuk mengukur panjang dan membuat garis lurus pad peta.
2.      Penggaris busur, untuk menarik sudut pada peta.
3.      Pinsil Warna, untuk mewarnai  a peta berdasarkan klasifikasinya
4.      Kalkulator,  untuk menghitung persen kemiringan lereng.
5.      penghapus, untuk menghapus data yang salah
6.      Pensil, untuk menulis data
7.      Dotgrid, untuk menghitung luas kelerengan areal pada peta
8.      alat tulis, untuk menulis data.
             Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini :
1.      Peta kontur dengan skala 1: 2000 sebagai bahan praktikum
2.      Tally sheet, untuk menulis data.
3.      Buku data 50 lembar, untuk memindahkan hasil perhitungan pada peta
Prosedur Kerja
1.      Ditentukan titik pasti yang ada di peta kontur.
2.      Peta kontur dibagi atas petak-petak dengan ukuran 3 x 3 cm.
3.      Dihitung persen kelerengan dengan cara menentukan terlebih dahulu titik acuan, kemudian ditarik garis dari titik acuan ke  garis kontur titik acuan, serta mencatat jaraknya.
4.      Diukur kemiringan lapangan tiap petak dengan penggaris kecil/penggaris busur, dicari titik tengah dari perpotongan garisdiagonal, lalu tarik garis ke arah kontur yang paling miring, terapat dan terjauh. Seperti gambar 1 , Keterangan :
          A    =   titik pusat perpotongan garis horizontal petak
     B    =   titik perpotongan garis horizontal yang ditarik ke bagian paling curam dengan garis kontur
          X    =   jarak horizontal titik A – B
5.      Dihitung persen kemiringan lereng sebagai berikut
Y = ∆H / M x X
                        Keterangan :    Y   = % Kelerengan
                                                ∆H =Beda tinggi
                                                M  = Skala peta
                                                X  = Jarak dipeta
6.      Ditentukan kelas kemiringan lereng berdasarkan klasifikasi kelas kemiringan kelerengan kehutanan Indonesia dan diberikan warna berdasarkan kelas kelerengannya, dengan ketentuan sebagai berikut :

Contoh Tabel 1. kelas-kelas kemiringan lapangan
Kelas
Kemiringan (%)
Keterangan
Warna
1
0 - < 8
Datar
Hijau
2
8 - <15
Landai
Kuning
3
15 - < 25
Sedang
Biru
4
25 - < 40
Curam
Merah muda
5
> 40
Sangat curam
Merah tua

7.      Dihitung masing-masing luas kelas kelerengan areal pada peta 1:2000 tersebut
 Contoh Tabel 2. luas kelas kelerengan
No
Kelas Kelerengan
Kemiringan (%)
Keterangan
Luas (Ha)
Luas (%)
1
1
0 - < 8
Datar


2
2
8 - < 15
Landai


3
3
15 - < 25
Sedang


4
4
25 - < 40
Curam


5
5
> 40
Sangat curam



TOTAL




HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Tabel 3. hasil tabulasi perhitungan kalsifikasi kemiringan lapangan
No
Kelas Kelerengan
Kemiringan (%)
Keterangan
Luas (Ha)
Luas (%)
1
1
0 - < 8
Datar
-
-
2
2
8 - < 15
Landai
0,32
0,50303
3
3
15 - < 25
Sedang
0,82
1,28902
4
4
25 - < 40
Curam
4,4708
7,02802
5
5
> 40
Sangat curam
58.0032
91,17993

TOTAL
63,614
100


Pembahasan
Dari hasil praktikum ini diperoleh klasifiaksi kelerengan yang paling mendominasi adalah kelas kelerengan yang sangat curam dengan besar kelerengan > 40% dengan warna merah tua yaitu mempunyai luas sebesar 58,0032 ha atau sekitar 91,17993%, dan yang kedua adalah kelas kelerengan curam dengan besar kemiringan 25% - 40% mempunyai luas 4,4708 ha atau sekitar 7,02802%, dengan warna merah muda. Kelas sedang (biru) mempunyai luas sebesar 0,82 ha atau sekitar 1,28902%, sedangkan untuk kelas landai dengan warna kuning mempunyai luas sebesar 0,32 ha atau sekitar 0,50303% dengan total luas kawasan hutan sebesar 63,614 ha.
Dari tabel dapat dilihat bahwa kebanyakan wilayah peta berada pada kelas curam dan sangat curam. Hal ini dapat dilihat pada peta, garis konturnya sangat rapat-rapat. Ini menandakan daerah tersebut sangat curam. Menurut Simon (1993) pada daerah yang landai, jurang dan akan sangat rapat pada daerah yang terjal. Interval kontur dipengaruhi oleh bentuk medan dan kontur/skala peta yang berkaitan pada pemakaian peta.
Dalam penentuan kelas kemerengan lapangan pada praktikum keteknikan huatan ini, digunakan skala 1 : 2000. Skala ini digunakan untuk menentukan luas dari tiap-tiap kelas kemiringan. Luas petak yang digunakan adalah 2 x 2 cm dengan interval 5. Dalam  Irvinne (1995), Skala peta merupakan faktor utama yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas penyajian data. Semakin besar skala peta akan semakin rinci dan semakin akurat data yang ditampilkan pada muka peta.
Dalam menentukan luas tiap petak, pada praktikum ini menggunakan dot grid karena bisa dibuat sendiri dan sederhana. Hal ini sesuai dengan pernyataan Simon (1993), yang menyatakan bahwa Cara lain mengukur luas areal pada peta adalah dengan menggunakan dot grid. Dasar pengukuran luas ini sangat sederhana, yaitu berupa titik-titik yang berjarak seragam diatas transparansi sehingga titik-titik tersebut membentuk kotak-kotak bujur sangkar. Jarak antar titik-titik disesuaikan dengan skala peta yang diukur. Dot grid dibuat dengan berbagai macam jarak untuk menyajikan pilihan sesuai dengan skala peta yang dipakai. Jarak antar titik dalam transparansi selalu sama pada garis vertikal.
Dari hasil yang diperoleh kita dapat menyimpulkan bahwa daerah ini merupakan daerah yang sangat curam sehingga daerah ini tidak cocok untuk dijadikan pembukaan wilayah hutan, karena angka kelerengannya sangat curam sehingga akan menyulitkan dalam pembukaan wilayah hutan dan membutuhkan perencanaan yang matang, disamping biaya yang diperlukan sangat besar dan teknik pembukaan hutan yang baik untuk hutna lestari sehingga tingklat kerusakan hutan yang terjadi bisa diminimalkan dan fungsi hutan lindung tetap terjaga dan kehidupan biotik didalamnya tidak tergangu.
Karena daerahnya sangat curam, maka pembukaan wilayah hutan akan memberi pengaruh dan aspek ekologis yaitu kerusakan lingkungan seperti kerusakan tanah, kerusakan tegakan tinggal sehingga dapat mengancam kelangsungan hutan, apabila hal tersebut dilakukan pada hutan lindung akan menjadikan cepat terjadinya kerusakan karena dapat faktor krmiringan yang sangat curam. Faktor tekhnispun harus ikut diperhatikan seperti system kerja yang diterapkan dan alat-alatyang digunakan.
            Perkiran luas dengan  atau tanpa pemetaan hutan, penggunaan semua klasifikasi mengarah pada suatu distribusi luar total ke dalam sub-sub bagian atau lampiran. Salah satu tujuan inventarisasi hutan adalah untuk memperoleh taksiran yang merupakan luas dari (atau bagian dari luas ini terhadap luas total ) dalam banyak hal satu tujuan tambahan dari inventore hutan adalah untuk mengetahui lokasi pasti dari luas ini dengan menandainya diatas peta (Simon, 1993).
Interval kontur yang digunakan pada praktikum keteknikan hutan ini adalah 5m. Apabila dihubungkan dengan skala peta dan besarnya interval kontur, maka dapat disimpulkan bahwa daerah tersebut merupakan daerah beda curam dengan beda curam dengan beda tinggi yang cukup besar. Kecuraman daerah ini juga dapat dilihat dari hasil perhitungan kelerengan lapangan dimana luas yang terluas adalah kelas 5 yaitu kelas sangat curam dengan warna merah tua.
Dari hasil yang diperoleh, jumlah petak yang dibuat berjumlah 433 kotak, dengan luas tiap kotak penuh 0,16 ha. Dalam peta ini ditemukan empat kelas lereng yaitu kelas lereng landai dengan warna kuning sebanyak 2 kotak, kelas lereng sedang dengan warna biru ditemukan  sebanyak 5 kotak besar, kelas lereng curam atau warna merah muda  sebanyak 25 kotak penuh dan 1177 kotak kecil, sedangakn kelas lereng sangat curam atau warna merah tua  sebanyak 328 kotak penuh dan 14608 kotak kecil.
            Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan, tidak ada dijumpai daerah datar. Hal ini disebabkan karena kondisi kontur yang sangat rapat sehingga mempengaruhi penentuan kalsifiaksi kemiringan lapangan. Luasan pada peta ini diperoleh dengan menggnakan rumus kemiringan lapangan dimana kelas datar memiliki persen kemiringan lapangan antara 0 - < 8 dan diberi warna hijau.  Persen kemiringan lapangan antara 8 - < 15 dan diberi warna kuning. Persen kemiringan lapangan antara 15 - < 25 dan diberi warna biru. Persen kemiringan lapangan antara 25 - < 40 dan diberi warna merah muda sedangkan persen kemiringan lapangan antara  > 40 dan diberi warna merah tua. Persen kemiringan lapangan selain dipengaruhi factor skala, juga dipengaruhi oleh beda ketinggian lapangan, sehingga berpengaruh terhadap penentuan kelas kemiringan lapangan suatu kawasan.
            Pewarnaan pada setiap pekelas interval kontur didalam peta diberi dengan warna yang berbeda-beda hal ini dilakukan agar kita lebih mudah dalam membaca bentuk relief daerah yang ada pada peta. Hal ini sesuai dengan pernyataan Subagio (2003) yang menyatakan bahwa Selain dengan menggunakan kontur, relief permukaan bumi dapat dalam bentuk warna di dalam peta. Caranya adalah dengan memberi warna yang khusus untuk setiap interval kontur tertentu sehingga setiap interval kontur tersebut mempunyai warna yang berlainan. Warna-warna yang digunakan pada umumnya dipilih warna-warna tertentu. Dengan cara pemberian warna ini, akan lebih memudahkan pembacaan peta dalam memahami bentuk relief daerah yang dipetakan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1.      Luas areal pada peta topografi PT Sumalindo Lestari Jaya II dengna skala        1 : 2000 adalah 63,614 ha
2.      Umumnya kawasan PT Sumalindo Lestari Jaya II memiliki topografi sangat curam dengan kriteria kemiringan > 40%.
3.      Adapun luas areal hutan dengan dengan daerah landai seluas 0,32 ha atau sekitar 0,50303 % , daerah sedang seluas 0,82 ha atau sekitar 1,28902 %, daerah curam seluas 4,4708 ha atau sekitar 7,02802% dan daerah sangat curam seluas 58,0032 ha atau sekitar 91.17993 %.
4.      Kawasan dalam peta tersebut memiliki kelas kelerengan yang sangat curam sehingga ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung.
5.      Dari hasil perhitungan, maka diketahui kondisi lapanga/kemiringan lapangan sangat curam ini dapat dilihat dari garis kontur yang sangat rapat.

Saran
            Adapun saran dari praktikum ini adalah :
1.      Agar praktikan lebih teliti dalam pengukuran maupun perhitunga luas areal.
2.      Agar praktikan mampu mengetahui cara perhitungan dalam pencarian kelas kemiringan, luas (ha) dan luas (%).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar