PROFIL KEMIRINGAN
JALAN
A. Latar Belakang
Pembuatan profil-profil jalan
berdasarkan kemiringan dilapangan adalah penggambaran dan pengelompokkan areal hutan berdasarkan sifat-sifat
yang tidak diterapkan system kerja atau mesin-mesin tertentu di areal tersebut,
dan kepekaan lapangan terutama terhadap kerusakan tanah, erosi yang disebabkan
oleh tindakan-tindakan dalam kegiatan pengelolaan tersebut.
Dalam penggambaran ditetukan jarak
terdekat tegak lurus ke garis kontur berikutnya. Untuk mendapatkan jarak datar,
jarak ini dikonversikan ke skala horizontal, kemudian dihubungkan dengan garis
berikutnya.
Untuk bidang kehutanan lebar jalan
lalulintas 5 m, bahu jalan 1,5 m , lebar parit o,5 m dan sudut antara as jalan
dengan parit sebesar 450. Pada belokan dilakukan dengan menaikan
salah satun sisi badan jalan. Bila jalan
berbelok ke kanan, maka sisi yang dinaikkan adalah sebelah kiri, demikian pula
sebaliknya. Bagian- bagian jalan yang dapat terlihat pada penampang melintang
adalah selokan (kanan dan kiri), jalur luank (Berm), jalur jalan yang dilalui
kendaraan.
Lereng penamapang melintang jalan
kendaraan harus sedatar mungkin dan konsisten dengan stabilitas tanah, lamanya
iklim, geologi. Perlakuan pemandanagan yang diusulkan dan prosedur perbaikan. Kalau
perlu sebaiknya penampang melintang berubah-ubah untuk memperkecil erosi, dan
untuk memberi ruang keamanan dan drainase. Secara umum pemandangan yang baik
dan rancangan drainase saling bersaing baik denagn pengendalian erosi maupun
keamanan kendaraan pengguna jalan .
B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
- Untuk dapat melihat badan jalan secara menyeluruh yang harus dibuat.
- Untuk mengetahui besarnya volume tanah yang akan digali atau ditimbun.
II. TINJAUAN
PUSATAKA
Penampang melintang umumnya mengukur
segai rencana melintang bangunan ditamabah daerah penguasaaan bangunan atau
hingga sejauh jarak-jarak tertentu di kanana dan dikiri rute agar bebtuk dan
kandungan elemen rupa bumi cukup tersajikan untuk informasi perencanaan. Peta
ukuran penampang melintang juga umum digunakan sebagai data penggambaran peta
topografi sepanjang rute. Cara pengukuran penampang melintang bisa menggunakan
tempat atau alat sifat datar, teodolit atau echosekunder untuk goundeng pada
tempat yang berair dalam (David, 1984).
Penentuan kualitas pekerjaan tanah
didasarkan pada penamapang melintang di kontur atau dilapangan yang diambil
denagn cara tertentu. Pada pekerjaanjalan raya atau jalan baja, penamapang
melintang adalah daerah yang dibatasi oleh pemukaan asli dan permukaan yang
sudah teratur. Yang terakhir ditentukan oleh lereng samaping, bahu-bahu,
lapisan bawah, jalur penengah dan selokan- selokan drainase( Meyer dan Gibson,
1984).
Daya dukung tanah adalah hal sangat
perlu diperhatikan. Daya dukung tanah adalah tekanan balik vertical tanah
pembangunan terhadap pondasi. Penentuan daya dukung tanah bukanlah merupakan
sesuatu yang sedehana, karena daya dukung tanah bergantung pada berbagai faktor
yaitu sifat tanah, kedalaman, jenis dan lapisan tanah, karena lapisan-lapisan
yang terdapat dalam tanah mudah saling press satu sama lain. Kesemua ini dapat
berpengaruh merugiakan terhadap tanah yang berada diatasnya, bentuk dan ukuran
dan keteraturan pondasi, kadar air dan kedudukan air tanah ( Kwantes, dkk,
1997).
Untuk kemudahan hitungan dan
pekerjaan lapangan, penampang melintang biasanya diambil pada tiap petak
station penuh (atau setengah station) pada garis sumbu server, juga diambil
pada titik kurva dan titik-titik plus tambahan dimana kelainan-kelainan penting
dijumpai dalam topografi. Bila gradien sangat berat atau harga satuan sangat
tinggi, sperti pada galian cadas, penampang melintang diambil dengan
selang-selang yang lebih berdej\katan (Meyer dan Gibson, 1984).
Pada belokan tajam atau lahan yang
sulit memerlukan lebih banyak titik –titik antara statiun-statiun penuh dengan
memperlihatkan pengaruh ketajaman belokan. Pada panjang sebenarnya dari garis
perataan yang timbul, sebelum membuat belokan maka dalam penentuan sudut sangat
penting mengingat kondisi lapangan yang mewakili kelerenagn terjal dan curam.
Kemudian letak kontur atau jarak perbandingan sangat mempengaruhi penampangan
jalan (Sagala, 1999).
Pada kelengkuangan-kelengkungan
tajam atau dilahan yang sulit memerlukan lebih banyak penampang melintang
diperlukan titik-titik tambahan diantara statiu-statiun penuh (Craig, 1994).
III. METODOLOGI
A. Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan pada
praktikum ini adalah :
- Penggaris 30 cm
- Busur
- Pensil
- Spidol/ pensil warna
- Penghapus
- Kalkulator
- Meja gambar
Dan bahan yang digunakan yaitu :
- Peta kontur skala 1:2000
- Kertas millimeter
- Tally sheet
B. Metode Praktikum
- Dibuat penampang melintang masing-masing titik profil tarse jalan ke dalam kertas millimeter,
- Di dalam penggambaran ditetukan jarak terdekat teghak lurus kegaris kontur berikutnya untuk memperoleh jarak datar. Kemudian jarak datar dikonversikan ke skala horizontal yang dihubungkan dengan garis berikutnya.
- Lebar jalan yang dibuat 5 m yang telah dikonversikan ke skala horizontal yaitu sepanjang 4 cm pada gambar
- Bahu jalan dibuat 1,5 m dan pada gambar setelah dikonversikan menjadi 0,3 mm.
- Dibuat parit 0,5 m yang telah dikonversikan menjadi 0,3 mm pada gamabar
- Dibuat sudut as jalan dengan parit sebesar 450
- Pada trase belokan diberikan kemiringan searah dengan tinggi 0,5 m yaitu denagn cara menaikkan salah satu badan jalan, bila jalan berbelok ke kanan maka sisi sebelah kiri dinaikkan demikian sebaliknya.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Terlampir
B. Pembahasan
Pada peta yang telah dikerjakan
terdapat 11 titik profil yang masing-masing terletak pada berbagai kondisi
ketinggian topografi. Dalam pembuatan profil berdasrkan kemiringan lapangan
pada berbagai kondisi akan memerlukan perlakuan yang berbeda, sehingga
diperlukan berbagai persiapan dan perencanaan yang baik.
Arief(2001), menyatakan ada berbagai kegiatandalam komponen
pengelolaan hutan seperti perencaaan, pengujian, analisa biaya, pengukuran
komponen-komponen kegiatan tersebut akan saling berkaitan, disamping itu perlu
perencanan tetnag sarana prasarana terlebih-lebih dalam hal pengeluaranv hasil
hutan dan pembukaan akses kedalam wilayah. Bagian-bagian jalan yang dapat
terlihat pada penampang melintang adalah selokan (kanan dan kiri) jalur
lunak(Berm), jalur jalan yang dilalui kendaraan.
Dalam pembuatan penampang jalan
sangat perlu diperhatikan garis-garis pada tiap profil harus benar-benar tegak
lurus agar penentuan jarak jarak antar profil tititk penampang jalan tidak
mengalami kesalahan sehingga jalan yang didapat benar optimum.
Lebar jalan yang dibuat adalah 4 m,
bahu jalan 1,5m, lebar parit, 0,5 m, dan sudut antara as jalan dengan parit 450.
Pada belokan diberi kemiringan searah denag ketinggian 0,5m. Kemiringan ini
dilakukan dengan menaikkan salah satu sisi badan jalan. Jika arah belokan ke
kiri maka badan jalan sebelah kanan yang disesuaikan untuk dinaikkan. Begitu
pula sebaliknya, kegunaan dari menaikkan salah satu sisi badan jalan ini adalah
untuk menghindari kejadian selip pada kendaraan yang melintas belokan.
Anonimus(1992), menerangkan jika
tanjakan dan turunan terlalu berat dapat ditentukan batas pemotongan dan
penimbunan agar tanjakan dan turunan saling mengisi sehingga jalan menjadi
datar. Kegunaan dari pembuatan selokan sedalam 0,5 m dari badan jalan yaitu :
- Mengalirkan aliran air agar tidak tergenang yang disebabkan oleh air huajn atau air tanah.
- Mengurangi gangguan kualitas jalan dari kadar air yang berlebihan, sehingga jalan dapat dilalui oleh kendaraan
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
- Jumlah penampang melintang jalan pada peta yang telah dikerjakan adalah 11 titik.
- Bagian-bagian jalan yang dapat dilihat pada penamapang melintang jalan jalan adalah badan jalan, bahu jalan, dan selokan.
- Penampang melintang dibuat tegak lurus sumbu jalan yang telah direncanakan.
- Volume galian lebih daripada volume timbunan berarti kondisi badan jalan tersebut tanjakan.
- Fungsi dari pembuatan selokan adalah untuk menglirkan aliran air, agar tidak tergenang yang disebabkan oleh hujan atau air tanah dan mengurangi gangguan kualitas jalan dan kadar air yang berlebihan.
B. Saran
Sebaiknya praktikan memperhatikan
aturan-aturan untuk pembuatan bahu jalan, badan jalan, dan selokannya. Dan juga
dibutuhkan ketelitian dalam pengukuran jarak antar kontur,
DAFTAR PUSTAKA
Henrick, T.
1995. Ilmu Ukur Tanah dan Penerapannya pada Bidang-bidangnya. Yayasan Konisius.
Yogyakarta
Irvine, W. 1995. Pegujian
Untuk Konstruksi. Edisi Kedua. ITB Press. Bandung
Subagio.
2003. Pengetahuan Peta. . ITB Press. Bandung
Simon, H.
2004. Membangun Desa Hutan. Universitas Gadjah Mada Press. Yogyakarta
Suwarno,
1980. Geodesi dan Kartografi. IPB Press. Bogor
Wongsotjitro,
S. 1980. Ilmu Ukur Tanah. Konisius. Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar