H.O.R.A.S

Selamat Datang buat anda yang mengunjungi blog ini, Segala informasi dalam blog ini merupakan bantuan dari buku-buku, majalah, dan lain-lain
Semoga blog ini bermanfaat bagi anda ^^.


Senin, 08 Agustus 2016

5 PELAJARAN BERHARGA TENTANG MANUSIA DAN RELASI



5 PELAJARAN BERHARGA TENTANG MANUSIA DAN RELASI DARI SEBUAH PERSAHABATAN YANG RETAK

Bagaimana rasanya jika seorang sahabat belum juga memaafkan Anda ? bagaimana pula jika ia kemudian memutuskan untuk meninggalkan begitu saja kehidupan persahabatan yang pernah susah payah dibangun bersama ?

Jika ada yang bilang “Persahabatan bagai kepompong” maka dari peristiwa rengatnya kepompong yang saya alami, inilah 5 hal yang saya pelajari :

1.            Sahabat adalah Anugerah
Sebagai seorang introvert, jumlah teman dekat saya hanya sebatas hitungan jari saja. Dalam hitungan yang sudah sedikit tersebut, hanya 1 atau 2 yang saya anggap sahabat. Bukan mengenai usia pertemanan soal sahabat itu, namun tentang penerimaan atas segala sifat dan kelakuan plus dan minus, utuh. Dalam perjalanan saya menemukan, ada beberapa orang yang sempat masuk nominasi calon sahabat, namun ternyata tak mampu bertahan cukup lama dalam kehidupan saya. Entah karena alasan tertentu dari mereka atau dari saya sendiri.
Sewaktu sekolah dasar 

2.            Tidak semua bisa diperlakukan sama
Sudah sekitar delapan tahun saya bersahabat dengan seseorang dan hubungan kami tetap langgeng sampai detik ini. Padahal, dengan jujur kami saling mengkritik, baik itu soal karakter, pekerjaan dan sisi kehidupan cinta masing-masing. Tentu, kemarahan dan air mata kerap hadir mewarnai hubungan kami. Meskipun demikian, kami tetap bersahabat. Saya bahkan juga berteman dengan suaminya.

Saya kemudian jadi berpikir bahwa semua calon sahabat bisa diperlakukan demikian. Ternyata saya salah. Tiap sahabat mempunyai kepribadian dan menyikapi masalah dengan berbeda. Kadar keras kepala, kemanjaan, kedewasaan, berbeda tingkatnya.

Apa itu salah ? tidak. Tiap orang memang unik bukan ? bahkan kembar pun mempunyai perbedaan. Saya seorang melankolis, namun soal kadar, ternyata saya tak se ekstrim beberapa teman lain.

3.            Tertawa dan Bully bisa merupakan mekanisme pertahanan diri
Beberapa teman, bahkan saya sendiri, menggunakan tawa sebagai senjata saat enggan menjawab atau sekedar menutupi perasaan yang sebenarnya.

Beberapa ada juga yang menggunakan bully yang dibalut gurauan sinis sebagai bentuk pertahanan diri sebelum diserang. Bukan diserang nyata-nyata secara fisik, namun secara mental. Seorang sahabat bercerita bagaimana dia di bully oleh orang yang mengaku sahabatnya sejak sekolah dasar dan masih berlanjut hingga sekarang. Tak semua orang tahu memang kalau bully dan bercanda adalah dua hal yang amat berbeda, walau selintas bagai pinang di belah dua.

Saya belajar untuk tidak menggunakan dua senjata tersebut, baik sengaja maupun tak sengaja. Ada sebuah teori psikologi yang mengatakan bahwa korban bisa menjadi pelaku di waktu mendatang. Jadi ada baiknya, Anda memeriksa sahabat, atau bahkan diri Anda sendiri, apakah seorang juara tertawa palsu atau jago bully ? jika keduanya Anda dapati, welcome to the real world, then !

4.            Kejujuran bisa menyakitkan namun wajib
Kejujuran itu seperti kopi pahit, kita bisa tidak suka dengan rasanya namun tetap memerlukan fungsinya untuk membikin melek, membukakan mata. Dalam persahabatan, dalam semua hubungan bahkan sebenarnya, kejujuran harus hadir di antara kedua belah pihak.

Saat duduk di bangku sekolah, saya selalu berusaha tidak mengungkapkan kritikan atau sekadar usul pada teman-teman. Saya takut mereka akan menjauh. Memang, saya tetap berada di lingkaran pertemanan itu, namun kehilangan rasa damai di dalam hati. Tak bisa menjadi diri sendiri apa adanya, sebuah harga yang terlalu mahal untuk sekadar penerimaan.

Seorang guru tentu akan memberikan nilai rendah bila siswa tidak bisa menjawab pertanyaan dengan baik saat ujian. Entah bagaimana mutu siswa itu jika sang guru dengan alasan ingin menyenangkan hati siswa, memberikan begitu saja nilai bagus, tanpa peduli jawaban macam apa yang diberikan siswa tersebut. Mungkin siswa tersebut akan lulus sekolah namun apakah di luar sana ia akan mampu bersaing dengan ribuan orang yang lain ?

Demikian juga dengan persahabatan, akan lebih baik bodoh di mata sahabat namun bertumbuh. Pintar di mata orang banyak dan dipuji namun tetap kerdil adalah sia-sia. Anda merugi karenanya. Bonsai dipuji dan dipandang cantik justru karena tak bisa bertumbuh tinggi, bukan ?

Coba periksa, apakah orang yang Anda anggap sahabat bisa memberikan kritik membangun pada Anda ? ingat, pujian bisa menjadi racun yang mematikan jika diberikan berlebihan.

5.            Waktu adalah sahabat kedua
Sampai detik ketika artikel ini ditulis. Sahabat saya nampaknya belum bersedia memaafkan saya. Yang jelas, ia belum mau membaca pesan singkat yang telah beberapa kali saya kirimkan. Dan tentu saja, seperti nasihat orang pada umumnya, maka menunggu mungkin adalah langkah terbaik yang sementara ini bisa saya lakukan, selain meminta maaf dan melakukan upaya-upaya untuk memperoleh maafnya.

Dari curhat beberapa teman, saya memperoleh angka 1-3 tahun sebagai waktu yang dibutuhkan oleh mereka untuk bisa bersahabat kembali setelah melalui konflik hebat. Namun demikian, semua kembali ke sejauh mana masing-masing pribadi menilai berharga relasi yang pernah ada. Kita tentu tidak akan rela begitu saja kehilangan sesuatu yang kita nilai penting dan berharga, bukan ? jika persahabatan yang pernah ada itu memanglah berharga, tentu para pihak akan mengusahakan agar relasi yang ada kembali terjalin, walau mungkin tak akan pernah kembali sama, benar-benar sama.

Tak ada yang salah dengan itu, tiap orang butuh waktu yang berbeda dalam menyembuhkan luka. Kalau kita melihat anak kecil, begitu mudahnya mereka berkelahi dengan teman. Namun, dalam hitungan menit juga sudah bermain bersama kembali. Mungkin karena itulah dunia mereka begitu berwarna.




Mari menjaga persahabatan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar