Kesaksian Pdt Dr Stephen Tong Tentang Mamanya
Saya ceritakan tentang
ibu saya yang tidak memiliki pendidikan tinggi namun mempunyai kebijaksanaan
yang besar. Pada usia 33 tahun mempunyai 10 anak, 1 diberikan ke orang lain, 1
meninggal, dan 8 orang hidup bersama dia. 7 anak laki-laki dan 1 anak
perempuan.
Pada umur 33 tahun,
papa saya tiba-tiba meninggal. Mama saya pada waktu itu berpikir : “Bagaimana
saya hidup sekarang ? ini ada 8 anak yakni 7 anak laki-laki yang nakal,
bagaimana saya bisa memberi mereka makan ? mama saya berlutut di hadapan Tuhan
:
“Tuhan, saya
meneguhkan hati untuk tidak menikah lagi, sampai saya meninggal saya akan tetap
menjanda. Saya bergantung kepada Engkau saja, karena Alkitab berkata :”Dia yang
akan membalaskan anak yatim piatu dan para janda (Mazmur 68:5)” dan untuk
anak-anak saya yang yatim, Tuhan Engkaulah yang akan menjadi ayah bagi
anak-anak saya. Saya mohon dua hal kepada engkau Tuhan :
1.
Janganlah
membuat saya menjadi terlalu miskin sehingga saya mempermalukan namaMu
2.
Janganlah
membuat saya menjadi terlalu kaya sehingga saya melupakan namamu
Saya beritahukan
kepada Anda, saat mama saya berdoa itu merupakan masa yang paling sulit di
Tiongkok, janda yang masih muda ini berdoa. Saya waktu itu berumur 3 tahun
ketika ayah saya meninggal. Kemudian setelah, 2-3 tahun kemudian ketika saya
berumur 5-6 tahun ketika saya bangun pagi-pagi saya melihat mama saya berlutut
berdoa selama 1 jam :
“Tuhanku, Allahku,
mohon agar Engkau bisa pelihara saya dan anak-anak saya, Engkau sudah berikan
anak-anak kepada saya, jadikanlah sebagai perjanjian supaya mereka berguna
bagiMu, mereka miskin, dan mereka tidak punya papa lagi, beri mereka iman, beri
mereka kebijaksanaan, berikan mereka semangat untuk berjuang”
Ibu saya pernah
berkata kepada saya : “Jika dompetmu kosong, itu bukan berarti kamu miskin,
namun jika hatimu tidak punya kebaikan maka itulah kemiskinan yang sebenarnya.
Kamu bisa miskin materi tetapi tidak boleh miskin hati/moral. Dan tidak ada
orang yang bisa dipercaya selain Tuhan. Maka doa mama saya, pengajaran dia
tertanam di hati saya. Saya mempergunakan kata-kata dari Tuhan untuk mendirikan
iman saya.
Mama saya tetap
menjanda sampai dia meninggal dan ketika dia meninggal saya sedang berada di
Paris, Perancis, dan saya mendapatkan telegram berita meninggalnya mama saya.
Saya ingin pulang, saya sedih, tetapi tidak punya pesawat tiket terbang. Saya
harus menunggu sampai 2 minggu dan perasaan saya sangat kacau. Kakak saya
kemudian membuka kotak dan berkata :”adik, kamu sebagai pendeta sangat miskin.
Saya punya USD 10000 untuk kepentingan yang tidak terduga” kami membeli 3 tiket
pesawat yang sangat mahal dan pulang.
Dalam pesawat saya
berpikir : mama saya yang berdoa untuk saya setiap hari sekarang meninggal,
saya akan menjadi pengkotbah di kemudian hari. Mama..mama.. mengapa engkau
meninggalkan saya cepat kali. Mama engkau tidak mempersembahkan uang kepada
Tuhan melainkan anak-anakMu
Mama saya membersarkan
kami dan ketika dia tua dia berkata kepada kami :
“Jika saya meninggal,
saya tidak punya tabungan 1 sen pun, tabungan saya habis untuk membelikan kamu
makanan. Tabungan saya saya gunakan untuk menyekolahkan kalian. Sekarang saya
sudah tua, saya akan pergi bersama Tuhan saya, saya tidak merasa bersalah
karena saya sudah membesarkan kamu dengan darah dan air mata, kalian harus
menghormati Tuhan, kalian harus hidup kudus, hidup jujur berdasarkan
iman.memuliakan nama Tuhan.”
Dia miskin karena
tidak mempersembahkan uang kepada Tuhan, namun dia mempersembahkan anak-anaknya
sebagai ganti
Saya percaya dalam sejarah Tiongkok, janda yang membesarkan 8
anak dalam kemiskinan dan 5 diantaranya menjadi pendeta hanya satu yaitu mama
saya.
Saking miskinnya,
suatu waktu mama saya pernah berkata kepada saya :” saya kadang ingin makan
semangkok mie yang enak. Namun kalau saya makan, anak-anak saya tidak makan,
sehingga saya tidak jadi makan. Namun kalau semua diajak makan mie itu, maka
besok tidak ada lagi uang untuk membeli makanan.”
Mama saya hanya
bergantung pada Tuhan saja – Puji Tuhan.
Adelaide Pollard
adalah seorang wanita yang keras. Dia berbagian dalam berbagai kegiatan
penginjilan. Dia berharap dapat segera pergi ke Afrika untuk memberitakan
injil, tetapi belum ada kesempatan dan dia begitu kecewa. Di tengah rasa
kecewanya, dia menghadiri sebuah pertemuan doa. Seorang tua yang hadir disana
tidak meminta apapun dalam doanya kecuali : “apapun yang Tuhan berikan,
kehendak Tuhan jadilah...” kata-kata orang tua itu begitu mempengaruhinya.
Malamnya dia merenungkan Kitab Nabi Jeremia 18 dan dia berpikir, tentu Tuhan
sedang memproses ulang aku, membentuk aku seturut rencanaNya. Maka dengan damai
yang dalam dia menuliskan syair lagu ini : Have Thine Own Way, Lord. Kehendak
Tuhan jadikanlah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar