Penetapan
Bahan Organik
Tanah
yang banyak mengandung humus atau bahan organik adalah tanah-tanah lapisan atas
atau top soil. Semakin kelapisan bawah tanah maka kandungan bahan organik
semakin berkurang, sehingaga tanah menjadi kurus. Oleh karena itu, top soil
perlu di pertahankan. Di daerah rawa-rawa, seperti daerah rawa-rawa pasang
surut sering dijumpai tanah-tanah dengan kandungan bahan organik yang sangat
tinggi dan tebal. Apabila tanah tersebut mengandung bahan organik lebih dari 20
persen (untuk tanah pasir) atau lebih dari 30 persen (untuk tanah liat) dan
tebalnya lebih dari 40 cm maka tanah tersebut disebut tanah organik atau tanah
gambut (Hardjowigeno, 2007).
Pengaruh
bahan organik tidak dapat disangkal terhadap kesuburan tanah. Pada bagian
terdahulu telah diketemukan bahwa bahan organik mempunyai daya serap kation
yang lebih besar daripada koloid liat berarti semakin tinggi kandungan bahan
organik suatu tanah makin tinggi pulalah KTKnya. Ketentuan ini berlaku apabila
faktor-faktor lainnya relatif sama (Hakim, dkk, 1986).
Kadar
C organik tanah bervariasi, tanah mineral biasanya mengandung C organik antara 1 hingga 9%, sedangkan
tanah gambut dan lapisan organik tanah
hutan dapat mengandung 40 sampai 50% C organik dan biasanya < 1% di tanah
gurun pasir. Karbon adalah komponen utama bahan organik. Pengukuran
pada C-organik secara tidak langsung dapat menentukan bahan
organik melalui penggunaan faktor
koreksi tertentu. Faktor yang
selama beberapa tahun ini telah
digunakan adalah faktor benmelen yaitu 1,724 dan didasarkan pada asumsi bahwa
bahan organik mengandung 58% karbon. Beberapa studi menunjukkan bahwa kandungan
C organik dalam bahan organik cukup bervariasi di dalam tanah. Suatu penelitian
menemukan bahwa lapisan tanah bawah (sub soil) memmiliki faktor yang lebih
besar dari permukaan tanah. Permukaan tanah biasanya memiliki faktor 1,8 hingga
2,0. Lapisan tanah bawah sekitar 2,5. Soil
Survey Laboratory menetapkan untuk menggunakan kadar C-organik dalam tanah
lebih baik daripada penggunaan kadar bahan organik (Muklis, 2007).
Kandungan bahan
organik tanah menentukan kepekaaan tanah terhadap erosi karena bahan organik
dapat meningkatkan kemantapan struktur tanah. Tanah-tanah yang cukup mengandung
bahan organik umumnya mempunyai stuktur yang mantap sehingga tahan terhadap
erosi (Hasibuan, 2006).
Penetapan
pH Tanah
Dari
pelajaran kimia umum telah kita ketahui, bahwa benda-benda masam adalah benda
yang mengandung H (kat-ion H+) yang dapat ditentukan dengan kat-ion
mineral ( Ca++, dan K+). Pengertian dari kimia umum ini
berlaku pula untuk tanah, maka bila tanah banyak mengandung ion H+
dalam larutan tanah atau terikat dalam kompleks liat humus, maka tanah itu
adalah masam. Reaksi kemasaman tanah tidaklah selalu , ada yang sangat masam,
masam, agak masam, netral, alkalis, agak alkalis, dan sangat alkalis (basis).
Hanya pH-lah yang dapat menentukan taraf keasaman dan kebasisan tanah, yang
biasa dinyatakan dengan angka 0-14. Yakni yang menunjukkan angka-angka 1-3,5
adalah sangat masam, 3,5-5,5 masam 5,5- 6,5 agak masam, 6,5-7,5 adalah netral.
Sedangkan angka yang
menunjukkan 7,5-8,5 adalah agak
basis, 8,5-10,5 adalah basis, dan 10,5-14 adalah sangat alkalis (basis)
(Suhardi, 1983).
Keasaman
tanah (pH) juga mempengaruhi pertumbuhan akar. pH tanah dengan kisaran 5,0-8,0
berpengaruh langsung pada pertumbuhan akar. Meskipun masing-masing tanaman
menghendaki kisaran pH tertentu, tetapi kebanyakan tanaman tidak dapat hidup
pada pH yang sangat rendah (di bawah 4,0) dan sangat tinggi (di atas 9,0).
Karena pada pH tersebut merupakan kondisi yang beracun bagi pertumbuhan akar
tanaman. Pada pH kurang dari 6,0 kelarutan aluminium, mangan dan besi meningkat
sehingga dapat bersifat meracun yang akan menghambat pertumbuhan akar. Pada
tanaman citrus, pada pH di sekitar netral (7,0) didapatkan pertumbuhan akar
yang baik dan pertumbuhan akan menurun pada pH 4,0 dan pH 9,0. Akar tanaman
yang tumbuh pada tanah masam dengan kelarutn Al yang tinggi akan berhenti
pertumbuhannya, ujung akar menumpul. Jika keracunan Al terjadi pada tingkat
yang tinggi akar tanaman akan mati. Keasaman tanah (pH) dapat juga menentukan
kelakuan dari unsur-unsur hara tertentu karena pH dapat mengendapkan atau
membuatnya tersedia. Misalnya, gejala klorosis pada tanaman didapatkan pada
tanaman dengan pH tinggi. Sehingga tanaman kekurangan besi (Fe) yang disebabkan
karena terjadinya pengendapan besi,yang tidak dapat diisap oleh tanaman
(Islami, 1995).
Pengujian
pH dengan kertas lakmus sudah biasa dilakukan untuk mengetahui apakah tanah
termasuk asam atau basa; tapi sayang tidak mampu menunjukkan derajat keasaman
atau kebasaannya, sehingga sekarang tidak dipakai lagi. Di lapangan, penggunaan
kertas indikator universal lebih praktis. Tanah yang dibasahi disentuhkan
dengan kertas pH, dan perubahan warna kertas dicocokkan dengan warna standard
pada kertas yang menunjukkan pH tanah bersangkutan. Kelemahannya, kertas ini
mudah dipengaruhi keadaan, warna mudah luntur dan tidak dapat disimpan lama.
Penggunaan alat “pH stick” yang dilengkapi batere dapat menunjukkan angka-angka
yang tepat. Setelah tanah dibasahi pada kapasitas lapang, bagian elektroda dari
alat ini ditancapkan (Kuswandi, 1993).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar