H.O.R.A.S

Selamat Datang buat anda yang mengunjungi blog ini, Segala informasi dalam blog ini merupakan bantuan dari buku-buku, majalah, dan lain-lain
Semoga blog ini bermanfaat bagi anda ^^.


Kamis, 11 April 2013

KEEFEKTIVAN PENAMPANG MELINTANG JALAN


PENDAHULUAN

Latar Belakang
Perencanaan trase bertujuan membuat jaringan agar hasil hutan dapat dikelurkan secepat mungkin dengan biaya seminimal mungkin. Trase merupakan garis rencana jalan yang menghubungkan beberapa titik profil dan pada lapangan titik patok-patok. Garis perataan dibutuhkan dalam perencanaan trase yang digunakan oleh kenderaaan yang berada pada keadaan kritis (Elias, 1999).
Tanah merupakan bahan bangunan yang paling berlimpah didunia dan dibeberapa daerah tanah tersebut bahan bangunan pokok yang dapat dipeorleh didaerah setempat sebagai contoh tanah tersebut dapat digunakan sebagai bendubgan. Tanah kecuali berfungsi sebagai bendung pondasi bangunan, juga dapat digunakan sebagai bahan timbunan seperti tanggul, bendungan dan jalan. Untk situasi keadaan lokasi aslinya membutuhkan perbaikan guna mendukung bangunan diatasnya (Muhdi, 2003).
Prosedur yang biasa dilakukan dalam proses pembuatan jalan adalah menentukan lokasi sumber material pembuatan jalan dilakukan bersamaan dengan survey penentuan letak jalan. Hal itu akan mempermudah proses pembuatan jalan apabila pekerjaan tanah telah dimulai sehingga tidak ada kesulitan bahan timbunan pembuatan jalan (Meyer dan Gibson, 1984).
Penampang melintang pada umumnya pengukuran sebagai rencana melintang bangunan dan daerah perluasan bangunan ataupun dapat dilakukan sampai sejauh berapa meter jarak-jarak yang terdapat pada sisi kanan dan sisi kiri, agar nantinya pada akhir pembentukan dan kandungan elemen-elemen berupa bumi cukup tersajikan. Sebagai bagian dari informasi perencanaan peta pengukuran penampang melintang jalan, juga digunakan sebagai bagian dari data penggambaran topografi sepanjang rute. Cara pengukuran penmapang melintang biasanya menggunakan sifat dasar teodolit (Sagala, 1994).
Pembuatan penampang melintang dengan cara memplotkan titik-titik profil ke dalam salib sumbu, dimana untuk sumbu vertikal adalah tinggi pada permukaan laut dan sumbu horizontal menyatakan lebar jalan. Skala untuk sumbu x dan y ini adalah 1 : 200. Profil melintang merupakan irisan melintang dari tempat yang akan dibuat jalan (Soedarsono, 1987).
Bagian-bagian jalan yang dapat terlihat pada penampang melintang adalah selokan (kanan dan kiri) jalur lunak (berm), jalur jalan yang dilalui kendaraan (Muhdi, 2003).
Penentuan kuantitas pekerjaan tanah didasarkan pada penampang melintang di kontur atau di lapangan yang diambil dengan cara tertentu. Pada pekerjaan jalan raya atau jalan baja, penampang melintang adalah vertikal tegak lurus pada garis sumbu survey. Tiap seksi adalah daerah yang dibatasi oleh permukaan asli dan permukaan yang sudah diatur, yang terakhir ditentukan oleh lereng samping, bahu-bahu, jalur menengah lapisan bawah dan selokan - selokan drainase (Sagala, 1994).
Banyaknya galian dan timbunan dapat dilihat melalui penampang melintang jalan. Setiap proses penggalian selalu berhubungan dengan perubahan tegakan pasti akan disertai dengan perubahan bentuk. Pada umumnya hal ini mengakibatkan penurunan disekitar galian dan bawah dasar, strukur yang didukung oleh pondasi yang terletak diatas bahan yang berubah bentuk mengalami pergerakan yang berhubungan dengannya. Pada umumnya akan stabil dan bergerak kearah galian tersebut. Dalam penggambaran ditentukan jarak terdekat tegak lurus kegaris kontur berikutnya.

Tujuan
            Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
  1. Untuk melihat secara menyeluruh badan jalan yang harus dibuat.
  2. Untuk mengetahui besarnya volume tanah yang akan digali atau ditimbun.

TINJAUAN PUSTAKA

Pada kegiatan pembuatan penampang melintang dan memanjang jalan, masalah galian dan timbunan harus diperhatikan. Pada pembuatan galian dan timbunan harus rasional. Galian yang dibuat jangan terlalu curam agar keamanan lalu lintas terjaga. Galian lebih baik daripada timbunan. Pembuatan timbunan banyak memakan biaya dan akan menambah jumlah tenaga kerja (Meyer dan Gibson, 1984).
Secara harfiah, penampang melintang dapat didefenisikan sebagai suatu gambaran irisan yang tegak lurus dan potongan melintang, posisi dari irisan ini adalah tegak. Gambar penampang melintang secara rinci menyajikan dua unsur, yakni unsur alamiah serta unsur rancangan sehingga gabungan dari dua unsur tersebut dapat digunakan sebagai modal dasar dalam kegiatan perhitungan kualitas pekerjaan (Soedarsono, 1987).
Pada umumnya pembangunan jalan di Indonesia, terutama di daerah-daerah, dikerjakan secara sederhana dengan mempergunakan tenaga dan peralatan seadanya, sehingga jalan tersebut tergolong kedalam konstruksi jalan murah. Hal ini  disebabkan  karena  terbatasnya  biaya  yang  tersedia,  peralatan  seadanya, tenaga-tenaga ahli terlatih dan terdidik dan fasilitas laboratorium. Namun  hasilnya cukup memuaskan andaikata diperhatikan hal-hal sebagai berikut: memilih sistem konstruksi yang aman, sistem pelaksanaan yang baik, sehingga dapat mendekati syarat-syarat konstruksi jalan. Selalu mengikuti perkembangan lalu lintas sehingga tidak terlambat mengadakan upgrading, mengadakan pemeliharaan secara intensif dan terus-menerus terutama menghadapi musim hujan (Elias, 1999).
Dalam penggambaran ditentukan jarak terdekat tegak lurus ke garis kontur berikutnya. Untuk mendapatkan jarak datar, jarak ini dikonversi ke skala horizontal. Kemudian dihubungkan dengan garis berikutnya. Lebar jalan lalu lintas 5 meter, bahu jalan 1,5 meter, lebar parit 0,5 meter dan sudut antara as jalan dengan parit sebesar 45°. Pada belokan diberi kemiringan searah dengan tinggi 0,5 meter. Kemiringan ini dilakukan dengan menaikkan salah satu sisi badan jalan. Bila jalan berbelok ke kanan, maka sisi yang dinaikkan adalah sebelah kiri, demikian pula sebaliknya (Sagala, 1994).
Volume galian dan timbunan dapat menentukan keadaan kondisi badan jalan apakah terjal atau tidak. Dari hasil yang diperoleh didapat bahwa volume timbunan lebih besar daripada volume galian. Hal ini berarti kondisi badan jalan terjal sehingga diperlukan timbunan. Dan dari segi biaya akan memerlukan biaya yang cukup besar dan tanah timbunan lebih baik daripada tanah galian        (Meyer dan Gibson, 1984).
Menurut Bowles (1991), pembuatan penampang melintang sangat penting untuk mengetahui daya dukung tanah, karena penentuan daya dukung tanah bukanlah merupakan sesuatu yang sederhana melainkan bahwa daya dukung tanha sangat bergantung pada berbagai faktor antara lain :
1. Sifat tanah
2. Kedalaman, jenis dan ketebalan dari berbagai lapisan tanah
3. Bentuk dan ukuran serta ketebalan pondasi
4. Kadar air dan kedudukan tanah.
Untuk kemudahan hitungan dan pekerjaan lapangan, penampang melintang biasanya diambil pada tiap patok stasion penuh (atau setengah stasion) pad agaris sumbu survey. Juga diambil pada titik-titik kurva dan titik-titik plus tambahan dimana kelinan-kelainan penting dijumpai dalam topografi. Bila grading sangat berat atau harga satuan sangat tinggi, seperti pada galian cadas, penampang melintang diambil dengan selang-selang yang lebih berdekatan (Muhdi, 2003).
Penggunaan dari desain jalan bebas hambatan, dimana jalan-jalan sering terletak pada ketinggian yang berbeda dipisahkan oleh median dengan lebar yang berbeda, akan mempersulit tidak hanya pematokan konstruksi tetapi juga hitungan dari besaran-besaran grading. Hasil yang baik bisa didapat dengan mensubstitusikan rencana grading kontur untuk lembaran-lembaran penampang melintang jalan yang biasanya banyak sekali. Ini adalah cara yang disesuaikan dari landscape grading. Pada dasarnya countur grading terdiri dari menindih garis-garis kontur dari konstruksi yang diusulkan pada peta kontur yang ada, dengan demikian membentuk luas-luas horizontal yang dibatasi oleh kontur-kontur tertutup. Luas-luas ditentukan dengan planimeter, dan volume-volume dari irisan horizontal pekerjaan tanah ditentukan dengan cara luas ujung rata-rata (Soedarsono, 1987).

METODE PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat
Adapun praktikum keteknikan hutan yang berjudul “Penampang Melintang Jalan” ini dilaksanakan pada hari Jumat 26 Oktober 2007 pukul 14.00 Wib sampai dengan selesai. Praktikum ini dilaksanakan di Ruang 304 Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Alat dan Bahan
            Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini :
1.      Penggaris 50 cm dan 30 cm  sebagai alat untuk mengukur jarak pada peta
2.      Penggaris busur, untuk menarik sudut pada peta.
3.      Pensil, untuk menulis data.
4.      Penghapus, untuk menghapus data yang salah.
5.      Meja gambar, sebagai alat/tempat untuk menggambar.
6.      Kalkulator,  untuk menghitung data hasil pengukuran.
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini :
1.      Peta kontur skala 1 : 2000 sebagai bahan praktikum
2.      Kertas mm untuk membuat penampang memanjang jalan
3.      Tally sheet, untuk menulis data
Prosedur Kerja
1.      Dibuat badan jalan melintang sebesar 4 cm pada kertas millimeter.
2.      Didalam penggambaran ditentukan jarak terdekat tegak lurus ke garis kontur berikutnya untuk memperoleh jarak datar. Kemudian jarak datar dikonversi ke skala horizontal yang dihubungkan dengan garis berikutnya.
3.      Letak jalan yang dibuat adalah 4 cm pada gambar.
4.      Bahu jalan dibuat 1,5 m dan pada gambar setelah dikonversi menjadi 0,75 cm pada gambar
5.      Dibuat lebar parit 0,5 m yang telah dikonversi menjadi 0,25 cm pada gambar.
6.      Dibuat lebar bahu jalan pada grafik sepanjang 4cm, kedalamn parit 3 mm, dengan sudut 45°.
7.      Pada trase belokan diberi kemiringan searah dengan tinggi 0,5 m yaitu dengan cara menaikkan badan jalan, bila jalan berbelok kekanan maka sisi sebelah kiri dinaikkan demikian sebaliknya.
8.      Dibuat gambar melintang jalan seperti berikut dikertas millimeter

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Grafik penampang melintang jalan untuk setiap profil terlampir

Pembahasan
Pada hasil diperoleh 13 penampang melintang yang sama dengan 14 titik profil. Pad peta terdapat jalan lurus sebanyak 10 titik profil dan belokan sebanyak 3 titik profil. Khusus pada belokan diberi kemiringan searah dengan tinggi 0,5 m. jika belokan ke kiri maka salah satu sisi badan kanan dinaikkan, begitu juga sebaliknya. Kegunaannya untuk menghindari terjadinya selip pada kenderaan yang melintasi belokan.
Dalam kegiatan pembuatan penampang melintang jalan, dengan cara yang seperti dilakukan yakni menarik garis lurus dari titik profil ketitik kontur, menimbulkan perbedaan yang besar. Dalam menentukan jumlah volume tanah yang ditimbun, jarak antar kontur sangat berpengaruh pad besar volume tanah yang digali. Hal ini dikaitkan denagn hubungan jarak antar garis kontur dengan garis miring yang dibentuk dengan sudut 450. Daya dukung tanah sendiri bergantung dari beberapa faktor seperti sifat tanah, kedalaman, jenis dan ketebalan dari berbagai lapisan tanah, bentuk dan ukuran serta ketebalan pondasi, juga kadar air tanah.
Lebar jalan yang didapat adalah 4 m, bahu jalan 1,5 m, lebar pari 0,5 m dan sudut as jalan dengan parit sebesar 450. pad belokan diberi kemiringan searah dengan tinggi 0,5 m. kemiringan ini dilakukan dengan menaikkan salah satu sisi jalan. Bila jalan berbelok ke kiri,, maka sisi yang dinaikkan adalah sebelah kanan demikian pula sebaliknya. Kegunaan dari menaikkan salah satu badan jalan ini adalah untuk menghindari kejadian selip pada kenderaan yang melintasi belokan.
Pembuatan penampang melintang jalan dilakukan untukj melihat bagin-bagian yang harus ditimbun atau digali. Pada pembuatan galian dan timbunan ini harus diperhatikan dari segi keamanannya. Menurut Muhdi (2003), pada pembuatan galian dan timbunan harus rasional. Terdapatnya perbedaan-perbedaan antara galian  dan timbunan dalam pembuatan jlaan dan parit jalan disebabkan oleh adanya perbedaan-perbedaan struktur tanah dan supaya jalan yang dibuat dapat memenuhi kriteria jalan yang baik dan benar. Menurut Sagala (1994), dalam pembuatan penampang memanjang jalan diperlukan penggalian dan penimbunan. Galian-galian seperti sumur dan alur diberi tanda dengan rambu-rambu.
Jika tanjakan dan turunan terlalu berat, maka dapat ditentukan batas pemotonagan dan penimbunan jalan agar tanjakan dan timbunan saling mengiasi sehingga manjadi datar, tiang-tiang panjang baik pada pusat jalan maupun pada sepanjang rencana parit harus di buat sejelas mungkin untuk memudahlkan para operator dalam membuat jalan mengoperasikan peralatannya pada arah yang benar dan sudah terencana, sehiangga dalam pembuatan penamopang melintang kita harus membuat pancang-pancang ynag jelas disertai rambu pada setiap penampang melintang yang didasarkan pada patok garis sumbu dan untuk memudahkan hitungan dan pekerjaan lapangan, penampang melintang setiap jalan.
Pada pembuatan jalan ini kita tidak bisa menghindari kegiatan penggalian atau penimbunan karena tidak mungkin berjalan pada kondisi tanjakan atau turunan yang terlalu terjal karena akan beresiko terjadi kecelakaan, tetapi dalam penggalian dan penimbunan sering mengalami masalah baiok tingkat kelerengan atau jenis tanah yang digunakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Elias (1999) yang menyatakan bahwa keruntuhan teknis yang paling umum adalah longsornya suatu timbunan atau galian yang telah dilakukan sejumlah besar penelitian untuk mengetahui sebab-sebab keruntuhan ini.
Pada grafik terdapat selokan dan badan jalan. Pada keadaan di lapangan lebar jalan sepanjang 8 m dan tinggi 0,5 m. Kegunaan selokan ini adalah :
1. Untuk mengalirkan aliran air yang disebabkan oleh hujan atau air tanah agar tidak menggenangi badan jalan.
2. Dapat mengurangi gangguan kualitas jalan dari gangguan air.
            Penggalian lebih baik dilakukan daripada penimbunan karena tanah galian akan lebih stabil daripada timbunan. Tanah yang ditimbun kemungkinan akan menyusut dan berubah ukuran dari ketinggian yang semula. Oleh karena itu, meskipun timbunan sudah dipadatkan tanah galian pastilah akan lebih stabil.
           
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1.      Bagian-bagian jalan yang dapat dilihat pada penampang melintang adalah selokan, bahu njalan dan badan jalan.
2.      Jumlah penampang melintang jalan sebanyak jumlah titik profil pada pembuatan trase jalan yaitu sebanyak 13 titik.
3.      Penampang melintang dibuat tegak lurus sumbu jalan yang telah direncanakan.
4.      Kemiringan melintang jalan ada 2 yaitu:
·         Kemiringan melintang bahu (Berm)
·         Kemiringan melintang selokan
5.      Pada belokan dibuat kemiringan searah dengan tujuan agar air yang masuk ke lapisan pengerasan akan segera keluar dari badan jalan.
6.      Kemiringan seasraha di buat untuk penyesuaian terhadap keamanan para pemakai jalan.
7.      Pembuatan penampanga melintang jalan digunakan untuk mengetahui seluruh badan jalan dan mengetahui volume tanah untuk penggalian dan penimbuanan.
Saran
1.       Didalam melakukan pembuatan penampang melintang jalan dibutuhkan kemampuan dan ketepatan dalam pembuatan bahu jalan.
2.       Sebaiknya dalam perhitungan jarak kontur dengan teliti dan millimeter yang tepat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar