PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perencanaan
trase bertujuan membuat jaringan agar hasil hutan dapat dikelurkan secepat
mungkin dengan biaya seminimal mungkin. Trase merupakan garis rencana jalan
yang menghubungkan beberapa titik profil dan pada lapangan titik patok-patok.
Garis perataan dibutuhkan dalam perencanaan trase yang digunakan oleh
kenderaaan yang berada pada keadaan kritis (Elias, 1999).
Tanah
merupakan bahan bangunan yang paling berlimpah didunia dan dibeberapa daerah
tanah tersebut bahan bangunan pokok yang dapat dipeorleh didaerah setempat
sebagai contoh tanah tersebut dapat digunakan sebagai bendubgan. Tanah kecuali
berfungsi sebagai bendung pondasi bangunan, juga dapat digunakan sebagai bahan
timbunan seperti tanggul, bendungan dan jalan. Untk situasi keadaan lokasi
aslinya membutuhkan perbaikan guna mendukung bangunan diatasnya (Muhdi, 2003).
Prosedur
yang biasa dilakukan dalam proses pembuatan jalan adalah menentukan lokasi
sumber material pembuatan jalan dilakukan bersamaan dengan survey penentuan
letak jalan. Hal itu akan mempermudah proses pembuatan jalan apabila pekerjaan
tanah telah dimulai sehingga tidak ada kesulitan bahan timbunan pembuatan jalan
(Meyer dan Gibson, 1984).
Penampang
melintang pada umumnya pengukuran sebagai rencana melintang bangunan dan daerah
perluasan bangunan ataupun dapat dilakukan sampai sejauh berapa meter
jarak-jarak yang terdapat pada sisi kanan dan sisi kiri, agar nantinya pada
akhir pembentukan dan kandungan elemen-elemen berupa bumi cukup tersajikan.
Sebagai bagian dari informasi perencanaan peta pengukuran penampang melintang
jalan, juga digunakan sebagai bagian dari data penggambaran topografi sepanjang
rute. Cara pengukuran penmapang
melintang biasanya menggunakan sifat dasar teodolit (Sagala, 1994).
Pembuatan
penampang melintang dengan cara memplotkan titik-titik profil ke dalam salib
sumbu, dimana untuk sumbu vertikal adalah tinggi pada permukaan laut dan sumbu
horizontal menyatakan lebar jalan. Skala untuk sumbu x dan y ini adalah 1 : 200.
Profil melintang merupakan irisan melintang dari tempat yang akan dibuat jalan
(Soedarsono, 1987).
Bagian-bagian
jalan yang dapat terlihat pada penampang melintang adalah selokan (kanan dan
kiri) jalur lunak (berm), jalur jalan yang dilalui kendaraan (Muhdi, 2003).
Penentuan kuantitas pekerjaan tanah didasarkan
pada penampang melintang di kontur atau di lapangan yang diambil dengan cara
tertentu. Pada pekerjaan jalan raya atau jalan baja, penampang melintang adalah
vertikal tegak lurus pada garis sumbu survey. Tiap seksi adalah daerah yang
dibatasi oleh permukaan asli dan permukaan yang sudah diatur, yang terakhir
ditentukan oleh lereng samping, bahu-bahu, jalur menengah lapisan bawah dan selokan
- selokan drainase (Sagala, 1994).
Banyaknya
galian dan timbunan dapat dilihat melalui penampang melintang jalan. Setiap
proses penggalian selalu berhubungan dengan perubahan tegakan pasti akan
disertai dengan perubahan bentuk. Pada umumnya hal ini mengakibatkan penurunan
disekitar galian dan bawah dasar, strukur yang didukung oleh pondasi yang
terletak diatas bahan yang berubah bentuk mengalami pergerakan yang berhubungan
dengannya. Pada umumnya akan stabil dan bergerak kearah galian tersebut. Dalam
penggambaran ditentukan jarak terdekat tegak lurus kegaris kontur berikutnya.
Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini
adalah :
- Untuk melihat secara menyeluruh badan jalan yang harus dibuat.
- Untuk mengetahui besarnya volume tanah yang akan digali atau ditimbun.
TINJAUAN PUSTAKA
Pada kegiatan pembuatan penampang
melintang dan memanjang jalan, masalah galian dan timbunan harus diperhatikan.
Pada pembuatan galian dan timbunan harus rasional. Galian yang dibuat jangan
terlalu curam agar keamanan lalu lintas terjaga. Galian lebih baik daripada
timbunan. Pembuatan timbunan banyak memakan biaya dan akan menambah jumlah
tenaga kerja (Meyer dan Gibson, 1984).
Secara
harfiah, penampang melintang dapat didefenisikan sebagai suatu gambaran irisan
yang tegak lurus dan potongan melintang, posisi dari irisan ini adalah tegak.
Gambar penampang melintang secara rinci menyajikan dua unsur, yakni unsur
alamiah serta unsur rancangan sehingga gabungan dari dua unsur tersebut dapat
digunakan sebagai modal dasar dalam kegiatan perhitungan kualitas pekerjaan
(Soedarsono, 1987).
Pada
umumnya pembangunan jalan di Indonesia,
terutama di daerah-daerah, dikerjakan secara sederhana dengan mempergunakan
tenaga dan peralatan seadanya, sehingga jalan tersebut tergolong kedalam
konstruksi jalan murah. Hal ini
disebabkan karena terbatasnya
biaya yang tersedia,
peralatan seadanya, tenaga-tenaga
ahli terlatih dan terdidik dan fasilitas laboratorium. Namun hasilnya cukup memuaskan andaikata
diperhatikan hal-hal sebagai berikut: memilih sistem konstruksi yang aman,
sistem pelaksanaan yang baik, sehingga dapat mendekati syarat-syarat konstruksi
jalan. Selalu mengikuti perkembangan lalu lintas sehingga tidak terlambat
mengadakan upgrading, mengadakan
pemeliharaan secara intensif dan terus-menerus terutama menghadapi musim hujan
(Elias, 1999).
Dalam penggambaran ditentukan jarak
terdekat tegak lurus ke garis kontur berikutnya. Untuk mendapatkan jarak datar,
jarak ini dikonversi ke skala horizontal. Kemudian dihubungkan dengan garis
berikutnya. Lebar jalan lalu lintas 5 meter, bahu jalan 1,5 meter, lebar parit
0,5 meter dan sudut antara as jalan dengan parit sebesar 45°. Pada belokan diberi kemiringan searah
dengan tinggi 0,5 meter. Kemiringan ini dilakukan dengan menaikkan salah satu
sisi badan jalan. Bila jalan berbelok ke kanan, maka sisi yang dinaikkan adalah
sebelah kiri, demikian pula sebaliknya (Sagala, 1994).
Volume
galian dan timbunan dapat menentukan keadaan kondisi badan jalan apakah terjal
atau tidak. Dari hasil yang diperoleh didapat bahwa volume timbunan lebih besar
daripada volume galian. Hal ini berarti kondisi badan jalan terjal sehingga
diperlukan timbunan. Dan dari segi biaya akan memerlukan biaya yang cukup besar
dan tanah timbunan lebih baik daripada tanah galian (Meyer dan Gibson, 1984).
Menurut Bowles (1991), pembuatan penampang
melintang sangat penting untuk mengetahui daya dukung tanah, karena penentuan
daya dukung tanah bukanlah merupakan sesuatu yang sederhana melainkan bahwa
daya dukung tanha sangat bergantung pada berbagai faktor antara lain :
1. Sifat tanah
2. Kedalaman, jenis dan ketebalan dari berbagai
lapisan tanah
3. Bentuk dan ukuran serta ketebalan pondasi
4. Kadar air dan
kedudukan tanah.
Untuk
kemudahan hitungan dan pekerjaan lapangan, penampang melintang biasanya diambil
pada tiap patok stasion penuh (atau setengah stasion) pad agaris sumbu survey.
Juga diambil pada titik-titik kurva dan titik-titik plus tambahan dimana
kelinan-kelainan penting dijumpai dalam topografi. Bila grading sangat berat
atau harga satuan sangat tinggi, seperti pada galian cadas, penampang melintang
diambil dengan selang-selang yang lebih berdekatan (Muhdi, 2003).
Penggunaan
dari desain jalan bebas hambatan, dimana jalan-jalan sering terletak pada
ketinggian yang berbeda dipisahkan oleh median dengan lebar yang berbeda, akan
mempersulit tidak hanya pematokan konstruksi tetapi juga hitungan dari
besaran-besaran grading. Hasil yang baik bisa didapat dengan mensubstitusikan
rencana grading kontur untuk lembaran-lembaran penampang melintang jalan yang
biasanya banyak sekali. Ini adalah cara yang disesuaikan dari landscape grading. Pada dasarnya countur grading terdiri dari menindih
garis-garis kontur dari konstruksi yang diusulkan pada peta kontur yang ada,
dengan demikian membentuk luas-luas horizontal yang dibatasi oleh kontur-kontur
tertutup. Luas-luas ditentukan dengan planimeter, dan volume-volume dari irisan
horizontal pekerjaan tanah ditentukan dengan cara luas ujung rata-rata
(Soedarsono, 1987).
METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat
Adapun
praktikum keteknikan hutan yang berjudul “Penampang Melintang Jalan” ini
dilaksanakan pada hari Jumat 26 Oktober 2007 pukul 14.00 Wib sampai dengan
selesai. Praktikum ini dilaksanakan di Ruang 304 Departemen Kehutanan Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam
praktikum ini :
1.
Penggaris 50 cm dan 30 cm sebagai alat untuk mengukur jarak pada peta
2.
Penggaris busur, untuk menarik sudut pada peta.
3.
Pensil, untuk menulis data.
4.
Penghapus, untuk menghapus data yang salah.
5.
Meja gambar, sebagai alat/tempat untuk menggambar.
6.
Kalkulator,
untuk menghitung data hasil pengukuran.
Adapun
bahan yang digunakan dalam praktikum ini :
1.
Peta kontur skala 1 : 2000 sebagai bahan praktikum
2.
Kertas mm untuk membuat penampang memanjang jalan
3.
Tally sheet, untuk menulis data
Prosedur Kerja
1.
Dibuat badan jalan melintang sebesar 4 cm pada kertas
millimeter.
2.
Didalam penggambaran ditentukan jarak terdekat tegak
lurus ke garis kontur berikutnya untuk memperoleh jarak datar. Kemudian jarak
datar dikonversi ke skala horizontal yang dihubungkan dengan garis berikutnya.
3.
Letak jalan yang dibuat adalah 4 cm pada gambar.
4.
Bahu jalan dibuat 1,5 m dan pada gambar setelah
dikonversi menjadi 0,75 cm pada gambar
5.
Dibuat lebar parit 0,5 m yang telah dikonversi menjadi
0,25 cm pada gambar.
6.
Dibuat lebar bahu jalan pada grafik sepanjang 4cm,
kedalamn parit 3 mm, dengan sudut 45°.
7.
Pada trase belokan diberi kemiringan searah dengan
tinggi 0,5 m yaitu dengan cara menaikkan badan jalan, bila jalan berbelok
kekanan maka sisi sebelah kiri dinaikkan demikian sebaliknya.
8. Dibuat
gambar melintang jalan seperti berikut dikertas millimeter
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Grafik
penampang melintang jalan untuk setiap profil terlampir
Pembahasan
Pada
hasil diperoleh 13 penampang melintang yang sama dengan 14 titik profil. Pad
peta terdapat jalan lurus sebanyak 10 titik profil dan belokan sebanyak 3 titik
profil. Khusus pada belokan diberi kemiringan searah dengan tinggi 0,5 m. jika
belokan ke kiri maka salah satu sisi badan kanan dinaikkan, begitu juga
sebaliknya. Kegunaannya untuk menghindari terjadinya selip pada kenderaan yang
melintasi belokan.
Dalam
kegiatan pembuatan penampang melintang jalan, dengan cara yang seperti
dilakukan yakni menarik garis lurus dari titik profil ketitik kontur,
menimbulkan perbedaan yang besar. Dalam menentukan jumlah volume tanah yang
ditimbun, jarak antar kontur sangat berpengaruh pad besar volume tanah yang
digali. Hal ini dikaitkan denagn hubungan jarak antar garis kontur dengan garis
miring yang dibentuk dengan sudut 450. Daya dukung tanah sendiri
bergantung dari beberapa faktor seperti sifat tanah, kedalaman, jenis dan
ketebalan dari berbagai lapisan tanah, bentuk dan ukuran serta ketebalan
pondasi, juga kadar air tanah.
Lebar
jalan yang didapat adalah 4 m, bahu jalan 1,5 m, lebar pari 0,5 m dan sudut as
jalan dengan parit sebesar 450. pad belokan diberi kemiringan searah
dengan tinggi 0,5 m. kemiringan ini dilakukan dengan menaikkan salah satu sisi
jalan. Bila jalan berbelok ke kiri,,
maka sisi yang dinaikkan adalah sebelah kanan demikian pula sebaliknya.
Kegunaan dari menaikkan salah satu badan jalan ini adalah untuk menghindari
kejadian selip pada kenderaan yang melintasi belokan.
Pembuatan penampang melintang jalan
dilakukan untukj melihat bagin-bagian yang harus ditimbun atau digali. Pada
pembuatan galian dan timbunan ini harus diperhatikan dari segi keamanannya.
Menurut Muhdi (2003), pada pembuatan galian dan timbunan harus rasional.
Terdapatnya perbedaan-perbedaan antara galian
dan timbunan dalam pembuatan jlaan dan parit jalan disebabkan oleh
adanya perbedaan-perbedaan struktur tanah dan supaya jalan yang dibuat dapat
memenuhi kriteria jalan yang baik dan benar. Menurut Sagala (1994), dalam
pembuatan penampang memanjang jalan diperlukan penggalian dan penimbunan.
Galian-galian seperti sumur dan alur diberi tanda dengan rambu-rambu.
Jika tanjakan dan turunan terlalu berat,
maka dapat ditentukan batas pemotonagan dan penimbunan jalan agar tanjakan dan
timbunan saling mengiasi sehingga manjadi datar, tiang-tiang panjang baik pada
pusat jalan maupun pada sepanjang rencana parit harus di buat sejelas mungkin
untuk memudahlkan para operator dalam membuat jalan mengoperasikan peralatannya
pada arah yang benar dan sudah terencana, sehiangga dalam pembuatan penamopang
melintang kita harus membuat pancang-pancang ynag jelas disertai rambu pada
setiap penampang melintang yang didasarkan pada patok garis sumbu dan untuk
memudahkan hitungan dan pekerjaan lapangan, penampang melintang setiap jalan.
Pada pembuatan jalan ini kita tidak bisa
menghindari kegiatan penggalian atau penimbunan karena tidak mungkin berjalan
pada kondisi tanjakan atau turunan yang terlalu terjal karena akan beresiko
terjadi kecelakaan, tetapi dalam penggalian dan penimbunan sering mengalami
masalah baiok tingkat kelerengan atau jenis tanah yang digunakan. Hal ini
sesuai dengan pendapat Elias (1999) yang menyatakan bahwa keruntuhan teknis
yang paling umum adalah longsornya suatu timbunan atau galian yang telah
dilakukan sejumlah besar penelitian untuk mengetahui sebab-sebab keruntuhan
ini.
Pada grafik terdapat selokan dan badan
jalan. Pada keadaan di lapangan lebar jalan sepanjang 8 m dan tinggi 0,5 m.
Kegunaan selokan ini adalah :
1. Untuk mengalirkan aliran air yang
disebabkan oleh hujan atau air tanah agar tidak menggenangi badan jalan.
2. Dapat mengurangi gangguan kualitas jalan dari
gangguan air.
Penggalian lebih baik dilakukan daripada penimbunan karena tanah galian
akan lebih stabil daripada timbunan. Tanah yang ditimbun kemungkinan akan
menyusut dan berubah ukuran dari ketinggian yang semula. Oleh karena itu,
meskipun timbunan sudah dipadatkan tanah galian pastilah akan lebih stabil.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.
Bagian-bagian jalan yang dapat dilihat pada penampang
melintang adalah selokan, bahu njalan dan badan jalan.
2.
Jumlah penampang melintang jalan sebanyak jumlah titik
profil pada pembuatan trase jalan yaitu sebanyak 13 titik.
3.
Penampang melintang dibuat tegak lurus sumbu jalan yang
telah direncanakan.
4.
Kemiringan melintang jalan ada 2 yaitu:
·
Kemiringan melintang bahu (Berm)
·
Kemiringan melintang selokan
5.
Pada belokan dibuat kemiringan searah dengan tujuan
agar air yang masuk ke lapisan pengerasan akan segera keluar dari badan jalan.
6.
Kemiringan seasraha di buat untuk penyesuaian terhadap
keamanan para pemakai jalan.
7.
Pembuatan penampanga melintang jalan digunakan untuk
mengetahui seluruh badan jalan dan mengetahui volume tanah untuk penggalian dan
penimbuanan.
Saran
1.
Didalam melakukan pembuatan penampang melintang jalan
dibutuhkan kemampuan dan ketepatan dalam pembuatan bahu jalan.
2.
Sebaiknya dalam perhitungan jarak kontur dengan teliti
dan millimeter yang tepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar