H.O.R.A.S

Selamat Datang buat anda yang mengunjungi blog ini, Segala informasi dalam blog ini merupakan bantuan dari buku-buku, majalah, dan lain-lain
Semoga blog ini bermanfaat bagi anda ^^.


Kamis, 11 April 2013

PEKERJAAN BAGIAN TANAH


PENDAHULUAN

Latar Belakang
Perencanaan daftar pekerjaan tanah sangat penting dalam sustu pembangunan jalan yang terkait denagn jalan timbunan yang dikenakan pada permukaan tanah. Perubahan-perubahan volume tanah pada galian-galian atau pada pekerjaan tanah dapat diakibatkan oleh pemadatan tanah dari beban statis yang bekerja diatasnya. Konsolidasi yaitu pengurangan volume pori sehingga mengakibatkan bertambahnya tanah pada pekerjaan penggalian dan penimbunan yang dilakukan (Meyer dan David, 1984).
Seluruh pekerjaan berada dalam alur galian, alur galian ini dibuat jika badan jalan telah cukup kuat atau tidak lagi menyusut atau berubah bentuk. Sebelum lapisan dasar dimulai, alur galian lebih dahulu digali, didalamnya tidak perlu dikorek penuh, tapi kira-kira setengah dari yang diperlukan. Tanah dan korekan galian dapat digunakan untuk meratakan. Setelah pekerjaan siamaka letak pengerasan harus sama tinggi dengan ketinggian yang telah ditetapkan. Pengerasan dari kelas-kelas jalan yang berat dan konstruksi tetap. Lapisan atas disebut juga pedoman serta konstruksi penahan disebut juga lapisan penahan lapisan dasar ini mempunyai fungsi selain untuk memikul dan menyalurkan berat kendaraan kebumi juga untuk membuang air yang masuk kebadan jalan oleh sebab itu lapisan kuat (Sagala, 1994).
Keadaan normal pada tanah sangat menentukan pekerjaan tanah dilapangan keadaan normal tanah seperti :
  1. Tidak tergenang air atas dan air bawah.
  2. Hampir tidak ada beban atas.
  3. Tanah tidak diturunkan
  4. Tidak terjadi getaran kuat.
  5. Sifat-sifat tanah tidak menurun selama terbentuknya galian.
Dari penampang melintang didapatkan luas galian dan timbunan dari masing-masing titik profil. Luas penampang rata-rata galian dapat ditentukan dengan menjumlahkan luas penampang galian dan timbunan. Volume galian dan timbunan dapat menentukan keadaan kondisi badan jalan apakah terjal atau tidak (Elias, 1999).
Penentuan kuantitas pekerjaan tanah pada penampang melintang yang diambil dengan metode tertentu merupakan dasarnya. Pada pekerjaan jalan raya atau jalan baja, penampang melintang adalah vertikal dan tegak lurus garis sumbu survei. Tiap seksi adalah daerah yang dibatasi oleh permukaan asli dan permukaan yang sudah teratur yang terakhir ditentukan oleh lorong samping, bahu-bahu lapisan bawah, jalur penengah dan selokan-selokan drainase, untuk kemudahan perhitungan dan pekerjaan penampang melintang biasnya diambil tiap patok stasion penuh (Brinker, 1987).
Pada kegiatan pembuatan penampang melintang dan memanjang jalan, masalah galian dan timbunan harus diperhatikan. Pada pembuatan galian dan timbunan harus rasional. Galian yang dibuat jangan terlalu curam agar keamanan lalu lintas terjaga. Galian lebih baik daripada timbunan. Pembuatan timbunan banyak memakan biaya dan akan menambah jumlah tenaga kerja            (Rachman, 1979).           

Tujuan
            Adapun dari praktikum ini adalah :
  1. Untuk mengetahui luas penampang galian dan timbunan.
  2. Untuk mengetahui luas penampang rata-rata galian dan timbunan yang ada.  
  3. Untuk mengetahui volume galian dan timbunan yang ada

TINJAUAN PUSTAKA

Penentuan kuantitas pekerjaan tanah didasarkan pada penampang melintang di kontur atau di lapangan yang diambil dengan cara tertentu. Pada pekerjaan jalan raya atau jalan baja, landasan jalan baja pada kontur biasanya dapat dinaikkan atau ditimbun, supermasi disesuaikan dengan balance cadas. Volume pekerjaan tanah dalam selokan-selokan drainase biasanya dihitung secara terpisah. Pada kondisi jalan raya subgrade dapat ditimbun, pada tangen-tangen dan biasanya ditumbuk secara sejajar dengan permukaan pada permukaan kurva. Lagi pula selokan-selokan drainase dan bahu jalan biasanya dianggap bagian-bagian dari luas penampang melintang pada perencanaan jalan                      (Meyer dan David, 1984).
Perubahan bentuk dari setiap jenis tanah tertentu akibat beban lalu lintas. Perubahan bentukyang besar akan mengakibatkan jalan tersebut rusak. Tanah tanah plastisitas tinggi akan cenderung untuk mengalami hal tersebut. Lapisan tanah rusak yang terdapat dibawah tanah dasar harus diperhatikan. Daya dukung tanah dasar yang tidak akan merata pada daerah yang bahan tanah berbeda. Penelian secara seksama atas jenis tanah dan sifat tanah dasar sepanjang jalan dapat mengurangi akibat tidak meratanya daya dukung tanah dasr pada perencanaan tebal pekerjaan dapat dibuat berbeda-beda dengan menggali jalan menjadi segmen yang berlainan (Elias, 1999).
Hasil yang tidak teratur (irreguler) bisa didapat dengan bantuan koordinat atau dengan cara grafik. Luas masing-masing ujung bagaimanapun tidak teraturnya didapat dengan mudah dengan mengeploatkan sesuai skala dan menentukannya dengan planimeter. Cara ini dikerjakan secara luas pada pekerjaan jalan raya terutama pada belokan-belokan dan bahu-bahu jalan adalah bagian pada penampang melintang jalan. Dalam konstruksi jalan raya modern, kecenderungan adalah untuk menyatakan semua galian sebagai yang tidak dapat diklasifikasikan,  luas-luas ditentukan dengan planimeter dan volume-volume dari irisan horizontal dan pekerjaan dengan cara luas ujung rata-rata (Rachman, 1979).
Pengukuran volume secara langsung, jarak yang dapat dikerjakan dalam pengukuran tanah, karena sulit untuk menerapkan dengan sebenarnya sebuah satuan terhadap material yang terlibat sebagai gantinya dilakukan pengukuran tak langsung. Untuk memperolehnya dilakukan pengukuran garis dan luas yang mempunyai kaitan dengan volume yang diijinkan. Ada tiga sistem utama yang dipakai, yaitu :
  1. Metode tampang melintang
  2. Metode luas satuan atau lubang galian sumbang.
  3. Metode luas garis tinggi.
Metode tampang melintang dipakai hampir khusus untuk menghitung volume baja , kanal (saluran), luas ujung yang dapat ditentukan dengan grafik (Elias, 1999).
Tanah dapat digunakan dalam rancang bangun jalan dengan fungsi utamanya untuk menyebarkan beban roda pada permukaan tanah fondasi sehingga terlindung dari perubahan bentuk dan beban lebih. Permukaan jalan harus diratakan sehingga air hujan dapat mengalir dengan cepat. Apabila muka tanah tidak horizontal pada komponen gaya berat yang cenderung melongsorkan tanah tersebut. Apabila tahanan geser tidak cukup besar untuk memelihara keseimbangan, maka tanah yang ada diatas bidang gelincir akan mengelincir. Keadaan demikian disebut tanah longsor (Sagala, 1994).
Secara harfiah, penampang melintang dapat didefenisikan sebagai suatu gambaran irisan yang tegak lurus dan potongan melintang, posisi dari irisan ini adalah tegak. Gambar penampang melintang secara rinci menyajikan dua unsur, yakni unsur alamiah serta unsur rancangan sehingga gabungan dari dua unsur tersebut dapat digunakan sebagai modal dasar dalam kegiatan perhitungan kualitas pekerjaan (Brinker, 1987).
Pada umumnya pembangunan jalan di Indonesia, terutama di daerah-daerah, dikerjakan secara sederhana dengan mempergunakan tenaga dan peralatan seadanya, sehingga jalan tersebut tergolong kedalam konstruksi jalan murah. Hal ini  disebabkan  karena  terbatasnya  biaya  yang  tersedia,  peralatan  seadanya, tenaga-tenaga ahli terlatih dan terdidik dan fasilitas laboratorium. Namun  hasilnya cukup memuaskan andaikata diperhatikan hal-hal sebagai berikut: memilih sistem konstruksi yang aman, sistem pelaksanaan yang baik, sehingga dapat mendekati syarat-syarat konstruksi jalan. Selalu mengikuti perkembangan lalu lintas sehingga tidak terlambat mengadakan upgrading, mengadakan pemeliharaan secara intensif dan terus-menerus terutama menghadapi musim hujan. Dalam pembuatan daftar pekerjaan tanah, penampang melintang dan memanjang jalan, masalah galian dan timbunan harus kita perhatikan. Pada pembuatan galian dan timbunan haurs rasional, galian yang dibuat harus tidak terlalu curam (Elias, 1999).

METODE PRAKTIKUM

 Waktu dan Tempat
Adapun praktikum keteknikan hutan yang berjudul “Daftar Pekerjaan Tanah” ini dilaksanakan pada hari Jumat 02 November 2007 pukul 14.00 Wib sampai dengan selesai. Praktikum ini dilaksanakan di Ruang 304 Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Alat dan Bahan
            Adapun alat yangb digunakan dalam praktikum ini :
1.      Penggaris 50 cm dan 30 cm  sebagai alat untuk mengukur jarak pada peta
2.      Penggaris busur, untuk menarik sudut pada peta.
3.      Pensil, untuk menulis data.
4.      Penghapus, untuk menghapus data yang salah.
5.      Meja gambar, sebagai alat/tempat untuk menggambar.
  1. Kalkulator,  untuk menghitung
  2. Dot grid, untuk emngitung luas.

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini :
1.      Peta kontur skala 1 : 2000 sebagai bahan praktikum
2.      Tally sheet, untuk menulis data.

Prosedur Kerja
  1. Dihitung luas galian dan timbunan dengan menggunakan dot grid dari penampang melintang dan pada masing-masing titik profil.
  2. Dihitung luas penampang rata-rata dan volume galian dan timbunan dengan menjumlahkan luas penampang atau galian dan timbunan titik profil yang berurutan dan dibagi dua.
  3. Dihitung volume pekerjaan berdasarkan trase yang telah dibuat
Dengan Rumus:
a.  Volume galian A – 1 = (LG A + LG 1)  x jarak A – 1
                                                                  2
b.  Volume timbunan A – 1 = (LT A + LT 1)  x jarak A – 1
                                                                       2
  1. Dimasukkan dalam tabel daftar pekerjaan tanah dari hasil perhitungan
  2. Dimasukkan data dari hasil kedalam tabel
Contoh Tabel 6. Daftar Pekerjaan Tanah
No.
Profil
Jarak antar
Profil (m)
Luas Penampang (m2)
L P rata-rata (m2)
Volume (m3)
Galian
Timbunan
Galian
Timbunan
Galian
Timbunan













HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
            Dari penghitungan yang dilakukan, didapat hasil sebagai berikut :
Tabel 7. Daftar Pekerjaan Tanah
No.
Profil
Jarak antar
Profil (m)
Luas Penampang (m2)
L P rata-rata (m2)
Volume (m3)
Galian
Timbunan
Galian
Timbunan
Galian
Timbunan
A

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

B

100

100

100

100

96

122,11

122,11

100

100

100

100

52


2,16

2,40

2,20

1,88

1,80

1,72

1,76

1,56

2,48

2,12

2,08

2,48

2,52
1,6

1,56

1,12

1,96

1,28

1,40

1,24

1,40

1,68

1,64

1,68

1,72

1,80


2,28

2,30

2,04

1,84

1,76

1,74

1,66

2,02

2,30

2,10

2,28

2,50



1,58

1,34

1,54

1,62

1,34

1,32

1,32

1,54

1,66

1,66

1,70

1,76



228

230

204

176,64

214,91

212,47

166

202

230

210

228

130



 158

 134

 154

155,52

163,63

161,18

132

151

166

166

170

91,52


Total

27,16
20,08
24,82
18,38
2.432,02
1.805,85

Pembahasan
Dari perhitungan yang dilakukan maka didapatkan volume galian dan timbunan. Volume galian terbesar adalah 228 m3 terletak pada titik profil 10 – 11, sedangkan volume galian terkecil adalah 130 m3 ada pada titik profil 11 – B. volume timbunan yang terbesar adalah 170 m3 yang terletak pada titik profil 10 – 11, sedangkan volume timbunan terkecil adalah 91,52 m3 yang terdapat pada titik profil 11 – B.
Dari data hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa luas penampang rata-rata galian sebesar 24,82 m2 dan rata-rata timbunan sebesar 18,38 m2 dari hasil permukaan ini dapat menghasilkan volume galian dan timbunan. Volume galian total didapatkan sebesar 2.432,02 m3, sedangkan untuk timbnan didapatkan sebesar 1.805,85 m3. perbedaan volume ini menunjukkan bahwa volume galian lebih besar dari volume timbunan. Volume ini secara galian lebih mudah dilakukan daripada melakukan timbunan.
Perbedaan volume ini juga dapat dikatakan bahwa tidak terjadi keseimbangan dalam jumlah volume galian dan timbunan. Sehingga dari data ini menunjukan bahwa galian melebihi dari jumlah timbunan yang diharapkan. Namun disisi lain mempunyai keuntungan yaitu sebagian besar jalan yang direncanakan merupakan profil tanah yang sama atau alami. Karena pada daerah galian tanah yang akn ditinggalkan masih sama dengan tanah sebelumnya terhadap tanah dalam perencanaan jalan bahwa tanah yang mempunyai komposisi yang berbeda dengan tanah sebelumnya maka secara langsung akan menurunkan kekuatan tanah dibanding dengan tanah yang alami atau komposisi sama sebelumnya.
Berdasarkan volume yang lebih besar dari volume galian yang lebih besar dari volume timbunan yang diharapkan maka dapat dikatakan bahwa pengerjaan tanah yang dilakukan adalah baik, karena lebih banyak penggalian daripada timbunan, dimana volume timbunan yang lebih kecil akan mengurangi resiko kerusakn  tanah dan mengurangi resiko biaya dalam pembangunan jalan. Menurut Meyer dan Gibson 1984, menyatakan bahwa pembangunan suatu jalan diusahakan seoptimal mungkin dalam arti secara teknis memenuhi persyaratan dan secara ekonomi biaya pembangunannya, termasuk biaya pemeliharaan dan pengoperasiananya, biaya pembangunannya serendah mungkin paling tidak dapat mengimbangi keuntungan akibat adanya jalan yang direncanakan. Biaya pengoperasian pada penggalian sangat mudah daripada timbunan karena dari segi peralatan yang dibutuhkan dan proses kegiatan yang dilakukan sangat singkat dibandingkan dengan penimbunan. Selain itu jika terjadi penimbunan yang banyak maka dapat membahayakan kendaraan yang lintas dijalan tersebut karena tanah yang ditimbun lebih mudah runtuh atau hancur akibat berat kendaraan yang tinggi.
Secara teknis bila hasil galian dijadikan untuk penimbunan dari tempat lain maka perlu diperhatikan mengenai kadar air tanah yaitu : jika permukaan tanah terlalu basah maka tanah menjadi plastis dan bahkan hampir cair. Jika permukaan tanah terlalu kering tanah dapat retak-retak dan mudah hancur. Contoh tanah jika diremas dengan tangan, harus tetap dapat bersatu dalam satu gumpalan. Kalau tanah kohesif terurai ketika genggaman tangan dibuka berarti tanah terlalu kering, tanah nonkohesi atau selalu teruai.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
  1. Volume galian untuk jalan A ke B adalah sebesar 2.432,02 m3.
  2. Volume timbunan untuk jalan A ke B adalah sebesar 1.805,85 m3.
3.      Volume galian terbesar terdapat pada profil 10 – 11 yaitu 228 m3 sedangkan untuk volume galian terkecil terdapat pada profil 11 – B yaitu sebesar 91,52 m3.
4.      Volume timbunan terbesar terdapat pada profil 10 – 11 yaitu 170 m3 sedangkan untuk volume timbunan terkecil terdapat pada profil 11 – B yaitu sebesar 170 m3.
  1. Luas penampang rata-rata galian seluruhnya yaitu 24,82 m2 dan timbunan sebesar 18,38 m2.
  2. Perencanaan jalan dari A ke B secara teknis dapat dilaksanakan seoptimal mungkin dan dapat dibiayai serta layak untuk dikerjakan.
  3. Penggalian lebih mudah dilakukan daripada timbunan jalan secara teknis.

Saran
1.       Dalam praktikum ini sebaiknya praktikan lebih teliti dan serius dalam melakukan pengukuran, pembuatan gambar atau profil penampang sehingga data yang dihasilkan lebih akurat dan dapat dipergunakan dikemudian hari.
2.       Agar dalam menghitung data supaya lebih baik dan teliti agar hasilnya bagus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar