H.O.R.A.S

Selamat Datang buat anda yang mengunjungi blog ini, Segala informasi dalam blog ini merupakan bantuan dari buku-buku, majalah, dan lain-lain
Semoga blog ini bermanfaat bagi anda ^^.


Kamis, 11 April 2013

Peranan titik plot lahan


TITIK-TITIK PLOT

Pembuatan penampang melintang dengan cara memplotkan titik-titik profil ke dalam salib sumbu dimana untuk sumbu vertikal adalah tinggi pada  permukaan laut dan sumbu horizontal menyatakan lebar jalan. Skala untuk sumba x dan ini adalah 1:200. Profil melintang merupakan irisan melintang dari tempat yang akan dibuat jalan ( MUHDI, 2002).
Tujuan pembuatan penampang melintang ini adalah untuk melihat secara menyeluruh badan jalan yang harus dibuatdan mengetahui besarnya volume tanah yang akan digali atau ditimbun (MUHDI, 2002).
Dalam penggambaran ditentukan jarak terdekat tegak lurus ke garis kontur berikutnya. Untuk mendapatkan jarak datar, jarak ini dikonfersi ke skala horizontal. Kemudian dihubungkan ke tegak lurus dengan garis berikutnya (MUHDI, 2002).
Lebar jalan lalu lintas 5 meter, bahu jalan 1,5 meter, lebar parit 0,5 meter dan sudut antara as jalandengan parit sebesar 45ΒΊ. Pada belokan diberikan kemiringan searah dengan tinggi 0,5 meter. Kemiringan ini dilakukan dengan menaikkan salah satu sisi badan jalan. Bila jalan berbelok ke kanan, maka sisi yang dinaikkan adalah sebelah kiri, demikian pula sebaliknya (MUHDI, 2002).
            Secara harafiah, penampang melintang dapat didefinisikan sebagai suatu gambaran irisan tegak lurus dari potongan memanjang, posisi dari irisan ini adalah tegak. Gambar penampang melintang secara rinci menyajikan dua unsur, yakni unsur alamiah serta unsur rancangan sehingga gabungan dari kedua unsur tersebut dapat digunakan sebagai media dasar dalam kegiatan perhitungan kualitas pekerjaan (Elias, 1999).
Pembuatan penampang melintang dengan cara memplotkan titik-titik profil kedalam salib sumbu. Tujuan pembuatan penampang melintang ini adalah untuk melihat secara menyeluruh badan jalan yang harus dibuat dan mengetahui besarnya volume tanah yang akan digali atau ditimbun. Pengeplatan titik-titik profil ke dalam salib sumbu, dimana untuk sumbu vertikal adalah tinggi pada permukaan laut dan sumbu horizontal menyatakan lebar jalan. Skala untuk sumbu x dan y ini adalah 1: 2,  profil melintang merupakan irisan melintang dari tempat yang akan dibuat jalan. Dalam penggambaran ditentukan jarak terdekat tegak lurus ke garis kontur berikutnya. Untuk mendapatkan jarak data, jarak ini dikonversikan ke skala horizontal, kemudian dihubungkan dengan garis berikutnya (Elias, 1999).
Perencanaan daftar pekerjaan sangat penting dilakukan sebelumnya secara harafiah penampang melintang jalan dapat di defenisikan sebagai suatu gambaran irisan yang tegak lurus dari potongan memanjang, posisi dan irisan ini adalah tegak, Gambar penampang melintangsecara rinci menyajikan dua unsur yaitu unsur alamiah. Dan unsur rancangan sehinga gabungan kedua ansur tersebut sangat penting untuk pembuatan penampang melintang jalan (Sukirman, 1992).



II. TINJAUAN PUSTAKA

Umumnya pembangunan jalan di Indonesia, terutama di daerah-daerah, dikerjakan secara sederhana dengan mempergunakan tenaga dan peralatannya seadanya, sehingga jalan tersebut tergolong kedalam konstruksi jalan murah. Hal ini disebabkan karena terbatasnya biaya yang tersedia, peralatan yang ada, tenaga-tenaga yang ahli terlatih dan terdidik dan fasilitas laboratorium. Namun hasilnya cukup memuaskan andai kata diperhatikan hal-hal berikut, memilih sistem konstruksi yang aman, sistem pelaksanaan yang baik, sehingga dapat mendekati syarat-syarat konstrusi jalan. Selalu mengikuti perkembangan lalu lintas sehingga
Tidak terlambat mengadakan up grading, mengadakan pemeliharaan secara intensif dan terus-menerus terutama saat menghadapi musim hujan (Elias, 1999).
Penentuan kuantitas pekerjaan tanah di dasarkan pada penampang melintang di kontur atau di lapangan yang diambil dengan cara tertentu. Pada pekerjaan jalan raya atau jalan baja,penampang melintang di kontur. Penampang melintang adalah vertikal tegak lurus pada garis sumbu survey. Tiap seksi adalah daerah yang dibatasi oleh permukaan asli dan permukaan yang sudah diatur, yang terahir ditentukan oleh lereng samping, bahu-bahu,  jalur menengah lapisan bawah dan sistem slokan drainase. Pada setiap penampang melintang bacaan rambu selalu di ambil pada patok garis sumbu. Dua bacaan tambahan biasanya diambil pada perpotongan dari lereng samping dan permukaan tanah (Simon, 1993).
Pada kegiatan pembuatan penampang melintang memanjang dan melintang jalan, masalah galian dan timbunan harus kita perhatikan. Pada pembuatan galian harus rasional. Galian yang dibuat jalan terlalu curam agar keamanan lalu lintas dapat tercipta. Pada kegiatan ini diusahakan agar timbunan yang dibuat lebih sedikit rapi pada pembuatan galian. Galian lebih baik dari timbunan (Muhdi, 2002).
Pembuatan penampang melintang sangat penting untuk mengetahui daya dukung tanah, karena penentuan daya dukung tanah bukanlah merupakan sesuatu yang sederhana melainkan bahwa daya dukung tanah sangat bergantung pada berbagai faktor :
1. Sifat tanah
2. Kedalaman, jenis dan ketebalan dari berbagai jenis tanah
3. Bentuk dan ukuran serta ketebalan pondasi
4. Kadar air dan kedudukan tanah.
Karena itu timbunan dan galian yang dibuat harus memperhatikan daya dukung tanah yaitu berupa takaran vertikal tanah (Sagala, 1994).
Penampang melintang pada umumnya pengukuran sebagai rencana melintang bangunan dan daerah perluasan bangunan ataupun dapat dilakukan sampai sejauh beberapa meter, jarak-jarak terdapat pada sisi kanan dan sisi kiri, agar nantinya pada akhirnya pembentukan dan kandungan-kandungan, elemen-elemen berupa/rupa bumi cukup tersajikan. Sebagai bagian dari informasi perencanaan peta pengukuran penempang melintang jalan, juga digunakan sebagai bagian dari data penggambaran topografi sepanjang rute. Cara pengukuran penampang melintang biasanya menggunakan sifat dasar teodolit (Meyer dan Gidson, 1984).
Dalam pembuatan penampang jalan diperlukan penggalian dan penimbunan galian-galian seperti sumur-sumur dan alur-alur diberi tanda dengan rambu-rambu. Ini disusun dari dua piket atau lebih yang dibagian atasnya dipasang  sepotong papan horizontal. Bagian atas papan tersebut ditempatkan dengan cermat terhadap permukaan atu bagian atas tengah jalan, tergantung situasi setempat. Penempatan rambu-rambu hendaknya diatur sedemikian rupa sewaktu berlangsungnya penggalian tidak menimbulkan getaran dari galian bergantung pada tanah yang akan digali, beban atas, dalamnya galian, kadar air tanah, rendahnya tanah atau tidaknya getaran (Sagara, 1994).
Pembuatan penampang melintang  jalan, di buat sebanyak jumah titik profil yang ada pada perencanaan frase yang dibuat sebelumnya. Kemudahan hitungan dan pekerjaan lapangan, penampang melintang biasanya diambil pada titik-titik plus tambahan dimana kelainan-kelainan penting dijumpai dalam topografi (Sukirman, 1992).

DAFTAR PUSTAKA

Elias, 1999, Buku Saku Pembukaan Wilayah Hutan, Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.
Meyer, C.F dan D. W. Gidson, 1984, Merencanakan Sistem Pengangkutan,          ITB, Bandung.
Muhdi, 2002, Penuntun Praktikum Keteknikan Hutan, USU, Medan.
Sagala, P., 1994, Pengelola Lahan Kehutanan Indonesia,Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.
Simon, H., 1993, Metode Inventore Hutan, Aditya Madia, Yogyakarta.
Sukirman, S., 1992, Perkerasan Lentur Jalan Raya, Bandung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar