PENENTUAN KELAS DAN
PEWARNAAN TANAH
A. Latar Belakang
Klasifikasi
lapangan di bidang kehutanan adalah penggambaran dan pengelompokan areal hutan
berdasarkan sifat-sifat dapat tidaknya diterapkan sistem kerja atau mesin-mesin
tertentu di areal tersebut adan kepekaan
lapangan terutama terhadap kerusakan tanah dan erosi yang disebabkan oleh
tindakan-tindakan dalam kegiatan pengelolaan hutan (Muhdi, 2002).
Klasifikasi lapngan
dibidang kehutanan dapat dibedakan atas klasifikasi primer dan sekunder.
Klasifikasi primer menggambarkan dan mengelompokkan areal hutan berdasarkan
sifat-sifat lapangan yang tidak berubah, sedangkan klasifikasi sekunder
mengelompkkkan areal hutan berdasarkan kemungkinan terbaik aplikasi sistem
kerja/mesin di areal tersebut.
Pada praktikum kali
sebagai bahan praktikum utamanya adalah peta kontur. Pembuatan peta kontur
dilakukan untuk membuat gambar di atas kertas yaitu gambar permukaan bumi yang
memiliki beda tinggi yang berbeda di atas permukaan laut.adapun yang diperlukan
dalam pembuatan kontur ini adalah kita harus mengeetahui sudut azimuth dari
setiap titik, dan kemudian kita juga harus mengetahui beda tinggi, jarak yang
sudah dihitung (jarak pada peta). Hal ini dilakukan untuk memeprmudah kita
dalam melakukan pembuatan peta kontur (Muhdi, 2002).
Dengan mempelajari
cara pembuatan kontur kita dapat mengetahui keadaan wilayah hutan yang ingin
kita pelajari yaitu dengan melihat peta dan mengetahuai tinggi rendahnya
permukaan tanah sebuah hutan. Ilmu ukur ini adalah atau sudah benyak berkembang
apalagi pada zaman modern seperti saat ini, karena pada zaman ini sudah banyak
teori yang sudah mendukung dan dilengkapi dengans arena-sarana yang dibutuhkan.
Jika kita benar-benar ingin mampu mengukur tanah, maka kita perlu mempelajari
ilmu ini dengan seksama. Ilmu ini sangat berguna bagi sarjana kehutanan maupun
masyarakat lainnya yang nantinya diharapkan ilmu ini dapat menyelesaikan tugas
dan pelajaran (Muhdi,2002).
Garis kontur
merupakan garis kontinu dan tidak dapat bertemu atau berpotongan dengan garis
kontur yang lain. Demikian juga garis kontur tidak dapat membelah atau
bergabung dengan garis kontur lain. Kecuali pada batu karang atau tanah yang
menganjur. Adapun pengertian garis kontur ialah sebuah garis yang digambarkan
atau banyak garis yang digambarkan di atas sebuah kertas, yang menghubungkan
semua titik yang ketinggiannya sama.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari
praktikum ini adalah :
1.
Untuk mengetahui persen
kemiringan lapangan
2.
Penentuan kelas dan pewarnaan
3.
Untuk mengetahui tata guna
lahan
II. TINJAUAN PUSTAKA
Bila suatu daerah
yang fibatasi oleh garis-garis lurus tertutup dan diukur dengans alah satu cara
pengukutan yang telah dibicarakan sebelumnya. Penentuan luas tergantung pada
cara pengukuran daerah itu dan pada ketelitian yang dikehendaki. Cara grafis
akan digunakan untuk menentukan luas suatu daerah, bila penentuan luas tidak
dapat dilakukan dengan penggunakan jarak-jarak yang diukur atau dengan
menggunakan koordinat-koordinat seperti pada pengukuran daerah dengan B.T.M
atau planchet. Maka untuk pengukuran luas dengan cara grafis, ada beberapa cara
yan semuanya akan menggunakan alat pengukur luas (planimeter) yang dibuat dari
gelas, pada gelas mana digores garis-garis yang merupakan skala tertentu
(William, 1995).
Garis kontur adalah
sebuah garis yang digambarkan pada daerah yang menghubungkan semua titik yang
ketinggiannya sama, diatas atau di bawah datum tertentu. Garis kontur merupakan
garis kontinu dan tidak dapat bertemu atau berpotongan dengan jenis kontur yang
lain. Demikian juga garis kontur yang lain. Demikian juga garis kontur tidak
dapat membelah atau bergabung dengan kontur lain, kecuali pada batu karang atau
tanah yang menganjur (Irvine, 1995).
Tidaklah mudah
memetakan kawasan hutan yang meliputi tajuk yang lekat tanpa dibekali dengan
peta-peta yang dimaksud adalah, peta tematik, dimana peta tematik merupakan
peta yang menyajikan kenampakan nyata di muka bumi terhadap skala yang sesuai
dengan pekerjaan kartogrqafi melalui peta
dasar bumi yang cocok. Sebuah peta matik merupakan sebuah gambaran
grafis sejumlah kemampuan terpilih di dalam suatu daerah yang telah dibatasi,
dimana penampilannya dikaitkan dengan permukaan bumi (Wongsotjitro, 1980)
Bentuk permukaan
tanah dapat dibedakan dinyatakan dengan susunan garis kontur atau susunan
garis-garis lengkung horizontal dengan interval tinggi tertentu. Flevasi
lapangan atau sudut kemitingan dapat diukur dari gari-garis lengkung horizontal
yang sama. (Sasrodarsono, 1992).
Peta topografi
berisikan garis kontur yang membedakan ketinggian permukaan sebagian bumi. Jadi
topografi berarti penjelsan tertulis dengan keadaan lapangan. Sedangkan peta
topografi adalah suatu yang terdiri dari garis-garis kontur yang berfungsi
untuk mengetahui kondisi dari suatu bagian dan permukaan rupa bumi (Brinker,
1987).
Garis kontur
disebut juga dengan garis tinggi atau garis ketinggian. dua garis kontur tidak
dapat berpotongan satu sama lain. Beberapa bentuk garis kontur antara lain :
a)
Daerah dengan kemiringan
teratur
b)
Daerah dengan kemiringan
cembung
c)
Daerah dengan kemiringan cekung
Garis kontur dalam topgrafi membedakan ketinggian permukaan sebagian
bumi. Garis kontur ini menghubungkan titik-titik dengan ketinggian yang sama
yang diukur terhadap permukaan laut atau bidang regenerasi tertentu.
(Sastrodarsono,1992).
Dalam peta
topografi dan peta-peta umum yang serbaguna. Penyajian relief dari permukaan
bumi sangat penting, karena dapat memberikan gambaran yang lebih tepat tentang
bentuk permukaan bumi tersebut. Untuk peta-peta teknis, keakuratan dalam
penyajian data relief sangat penting, karena dari peta tersebut dapat
diperkirakan volume seluruh pekerjaan fisik. Relief permukaan bumi dapat digambarkan
pada peta dengan berbagai bentuk/simbol. Seperti kontur, warna ketinggian dan
bayangan gunung
(Sastrodarsono dan Takasaki,1983).
III. BAHAN DAN METODE
A. Waktu dan Tempat
Waktu percobaan
dilakukan pada hari Kamis, 31 Agustus 2006, mulai dari jam 14.00 sampai dengan
selesai.
Tempat percobaan
yang dilakukan adalah di ruang 202 di kampus Kehutanan USU, lantai 2, Medan.
B. Bahan dan Akat
1.
Bahan
Adapun bahan yang digunakan adalah :
- Peta kontur, sebagai objek yang diteliti
2.
Alat
Adapun alat yang digunakan adalah :
-
Penggaris, untuk mengukur jarak
datar
-
Penggaris busur, untuk
menentukan garis tegak lurus
-
Pinsil, untuk menggaris garis
pada peta
-
Pinsil warna, untuk mewarnai
peta
-
Penghapus, untuk menghapus
tulisan yang salah
-
Kalkulator, untuk menghitung perhitungan
seperti kemiringan
-
Jangka, untuk membuat garis
tegak lurus
-
Dotgrid, untuk menghitung luas
peta
C. Metode
Adapun metode/prosedur praktikum yang dilakukan adalah :
1.
Disediakan peta kontur
2.
Ditentukan titik pasti, dibuat
garis tegak lurus dan ditentukan garis x dan y serta dibagibagi dalam kotak,
ditarik garis tegak lurus terhadap garis kontur dari titik tengah ke garis
kontur yang terdapat dan terjauh.
3.
Dicari beda tinggi
4.
Dicari panjang jarak pada peta
5.
Dihitung kemiringan lapangan
6.
Diwarnai sesuai dengan keras
kemiringannya
7.
Dihitung luas peta keseluruhan
8.
Hasil dimasukkan dalam tabel.
Tabel 1. contoh tabel hasil kelas kemiringan lapangan :
No
|
Kelas
Lereng
|
Kemiringan
(%)
|
Keterangan
|
Luas
(ha)
|
Luas
(%)
|
1
2
3
4
5
|
|
-
|
|
|
|
|
|
|
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 2. Tabel Hasil Klasifikasi Kemiringan Lapangan
No
|
Kelas
Lereng
|
Kemiringan
(%)
|
Keterangan
|
Luas
(ha)
|
Luas
(%)
|
1
2
3
4
5
|
1
2
3
4
5
|
0 - 10
10 - 20
20 - 33
33 - 40
≥ 40
|
Datar
landai
Sedang
curam
Sangat Curam
|
0,16
4,3676
7,9352
6,0864
7,7672
|
0,61
16,60
30,15
23,13
29,51
|
|
26,3164
|
100
|
B. Pembahasan
Dari hasil
percobaan yang dilakukan diperoleh bahwa luas peta kontur seluruhnya adalah
26,3164 ha. Dimana dalam mencari luasnya diperoleh dari rumus Y = ∆H/M X
1/x X 100% dan dengan menggunakan dotgrid. sesuai
dengan pernyataan Wongsotjitro (1992) yang menyatakan bahwa bila suatu daerah
yang dibatasi oleh garis-garis lurus tertutup dan diukur dengan salah satu pengukuran
yang telah dibicarakan sebelumnya. Penentuan luas tergantung pada cara
pengukuran daerah itu dan pada ketelitian yang dikehendaki.
Pada hasil
percobaan yang telah dilakukan diketahui bahwa kelas kemiringan 1 (datar)
memiliki lias 0,16 ha, landai adalah 4,3676 ha, sedang adalah 7,9352, curam
adalah 6,0864, dan sangat curam adalah 7,7672 ha.
Pada praktikum yang
dilakukan diketahui bahwa kelas kelerengan yang paling sedikit luasnya adalah
kelas 1 yaitu sebesar 0,16 ha, dan yang terbesar luasnya adalah kelas
kemiringan 3 (sedang) dengan luas sebesar 7,9352 ha. Dan dalam penentuan kelas
kemiringan peta kontur ini dibedakan atas keetrangannya kelas lereng 1 (datar)
diwarnai dengan warna hijau, kelas 2 (landai) diwarnai dengan kuning, kelas 3
(datar) diwarnai dengan warna biru, kelas 4 (curam) diwarnai dengan merah muda,
kelas 5 (sangat curam) diwarnai dengan merah tua. sesuai dengan pendapat Irvine
(1995) yang menyatakan bahwa garis kontur adalah sebuah garis yang digambarkan
pada daerah yang menghubungkan semua titik yang ketinggiannya sama, diatas atau
dibawah datum tertentu.
Pada praktikum yang
dilakukan diketahui bahwa sebagian besar daerah pada peta kontur adalah daerah
sedang dengan persen kemiringan berkisar 20 - 33% dimana luasnya 30,15% dari
luas keseluruhan areal tersebut. Dalam penentuan persen kemiringannya diketahui
bahwa setiap kemiringan tanah/topografi tempat atau tanah maka tata guna
lahannya juga pasti berbeda pula. Hal ini sesuai dengan pernyataan Brinker
(1987) yang menyatakan bahwa peta topografi berisikan garis kontur yang
membedakan ketingian permukaan sebagian bumi. Jadi topgrafi berarti penjelasan
tertuis dengan keadaan lapangan dan untuk mengetahui kondisi dari suatu
permukaan rupa bumi.
Bila diketahui jarak pada peta 0,8 cm dan beda
tinggi yang diketahui 0,8 m, maka kemiringan lapangan (%) yang diperoleh dengan
rumus : ∆H/M x 1/x x
100% = 80/200 x 1/0,8 x 100 = 5,
maka warna lerengnya adalah warna hijau dengan kelas lereng datar 91).
Warna ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh William (1995) bahwa warna untuk
kelas lereng datar 0 - 8 adalah hijau. Untuk kemiringan 8 -15 (landa) diberi
warna kuning, untuk kemiringan 15 - 25 (sedang) diberi warna biru. Untuk
kemiringan 15 - 25 (sedang) diberi warna merah muda. Untuk kemiringan ≥ 40%
diberi warna merah tua.
Peta yang digunakan
merupakan peta topgrafi karean menyajikan relief permukaan bumi berupa konturm
dan warna ketinggian. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh sastrodarsono
dan Takasiki (1983) bahwa dalam peta topografi dan peta-peta umum, penyajian
relief dari permukaan bumi dapat digambarkan pada peta dengan simbol seperti
kontur, warna ketinggian dan bayangan gunung.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan
yang diperoleh dari praktikum ini adalah :
1.
Kawasan pada peta kontur yang
paling dominan adalah kawasan dengan topografi sedang yaitu sebesar 30,15 %.
2.
Kawasan pada peta kontur yang
paling kecil adalah kawasan dengan topografi datar yaitu sebesar 0,16%.
3.
Luas kawasan seluruh pada peta
kontur adalah 26,3164 ha.
4.
Pada setiap kelas lereng maka
tata guna lahannya juga berbeda.
5.
Pada setiap kelas lelreng
diberi tanda pewranaan yang berbeda yaitu datar adalah hijau, landai adalah
kuning, sedang adalah biru, curam adalah merah muda, dan sangat curam adalah
merah tua.
6.
Luas kelas 1 (datar) adalah
0,16 ha, kelas 2 (landai) adalah 4,3676 ha, luas kelas 3 (sedang) adalah 7,9352
ha, luas kelas 4 adalah 6,0864 ha, dan luas kelas 5 (sangat curam) adalah
7,7672 ha.
B. Saran
Sebaiknya praktikan
dalam perhitungan persen kemiringan dan luas kawasan peta kontur lebih teliti
agar hasil yang diperoleh lebih akurat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar