H.O.R.A.S

Selamat Datang buat anda yang mengunjungi blog ini, Segala informasi dalam blog ini merupakan bantuan dari buku-buku, majalah, dan lain-lain
Semoga blog ini bermanfaat bagi anda ^^.


Rabu, 03 April 2013

Perubahan bentuk dan jenis tanah


Penentuan Kualitas Pekerjaan Tanah

Perubahan bentuk tetap dari jenis tanah tertentu akibat beban lalu lintas. Perubahan  bentuk yang besar akan mengakibatkan jalan tersebut rusak. Tanah-tanah dengan  plastisitas tinggi cenderung untuk mengalami hal tersebut. Lapisan-lapisan tanah rusak yang terdapat dibawah tanah oleh nilai CBR-nya dapat merusak indikasi dari perubahan bentuk yang dapat terjadi. Daya dukung  tanah dasar yang tidak merata pada daerah dengan bahan tanah berbeda. Penilaian seksama atas jenis dan sifat tanah dasar sepanjang jalan dapat mengurangi akibat tidak meratanya daya dukung tanah dasar, perencanaan tebal pekerjaan dapat dibuat berbeda-beda dengan membagi jalan menjadi segmen-segmen yang berlainan (Sukirman, 1992).
Penentuan kualitas pekerjaan tanah pada penampang melintang kontur atau dilapangan yang diambil dengan cara tertentu, pada pekerjaan jalan raya atau jalan baja, landasan jalan baja pada kontur biasanya tidak dinaikkan atau ditimbun, superilevasi disesuaikan dengan ballas cadas. Volume pekerjaan dalam selokan-selokan drainase biasanya dihitung dengan secara terpisah. Pada pondasi jalan raya sub grade dapat ditimbun, pada tangen-tangen dan biasanya ditumbuk secara sejajar dengan permukaan kurva. Lagipula selokan-selokan drainase dan bahu-bahu jalan tanah biasanya dianggap bagian dari luas penampang melintang. Hasil luas yang tak teratur (irreguler) bisa didapat dengan bantuan koordinat atau dengan cara grafik. Luas ujung-ujung bagaimanapun tidak teraturnya didapat dengan mudah dengan mengeplotkannya sesuai skala dan menentukan dengan planimeter. Cara ini dikerjakan secara luas pada pekerjaan jalan raya, terutama jika selokan-selokan dan bahu-baju adalah bagian dari penampang melintang. Dalam konstruksi jalan raya modern, kecendrungannya adalah untuk menyatakan semua galian tidak dapat diklasifikasikan. Irisan horizontal dari pekerjaan  ditentukan dengan cara luas ujung rata-rata (Meyer dan Gibson, 1984).
Pengukuran volume secara langsung jarang dikerjakan dalam pengukuran tanah, karena sulit untuk menerapkan dengan sebenarnya sebuah satuan terhadap material yang terlibat sebagai gantinya dilakukan pengukuran tak langsung, untuk memperolehnya dilakukan pengukuran garis dan luas yang mempunyai kaitan dengan volume yang diizinkan. Ada 3 sistem utama yang dipakai, yaitu :
1.      Metode tampang melintang
2.      Metode luas satuan atau lubang galian sumbang
3.      Metode luas garis tinggi
Metode tampang melintang hampir khusus untuk menghitung volume baja, kanal (saluran), luas ujung dapat ditentukan dengan cara grafik dan hitungan. Dalam metode grafik dengan skala pada kertas (Kertas kisi) mal-mal aluran dibuat untuk galian dan timbunan, untuk dipakai untuk membantu (Brinker dan Wolf, 1997).
            Pekerjaan daftar pekerjaan tanah sangat penting dalam suatu pembangunan jalan yang terkait dengan galian atau timbunan yang dikenakan pada permukaan tanah. Perubahan-perubahan volume tanah pada galian-galian atau pada pekerjaan tanah dapat diakibatkan oleh pemadatan tanah dari beban statis yang bekerja diatasnya. Konsolidasi tanah yaitu pengurangan volume pori sehingga mengakibatkan bertambahnya tanah pada pekerjaan penggalian atau penimbunan (Sagala, 1994).
            Dari penampang melintang didapatkan luas galian dan timbunan dari masing-masing titik profil. Uas penampang rata-rata galian dapat ditentukan dengan menjumlahkan luas penampang galian atau timbunan atau timbunan titik profil yang berurutan dan diabagi dua. Demikian juga untuk luas penampang rata-rata dan timbunan (Simon, 1993).
            Penampang melintang dilapangan yang diambil dengan cara tertentu merupakan dasar dalam penentuan kuantitas pekerjaan tanah. Pada pekerjaan jalan-jalan raya atau jalan baja. Penampang  melintang adalah vertikal dan tegak lurus pada garis sumbu survei. Tiap deteksi adalah daerah yang dibatasi oleh permukaan asli dari permukaan tanah yang sudah teratur, yang terakhir ditentukan oleh lereng samping, batu-batu, lapisan bawah, jalur penengah dan selokan-selokan drainase. Untuk kemudahan pekerjaan lapangan dan perhitungan, penampang melintang biasanya diambil tiap petak stasiun penuh pada garis sumbu survei (Meyer dan David, 1984).


DAFTAR PUSTAKA

Brinker, R. 1987. Dasar-Fasar Pengukuran Tanah. Erlangga, Jakarta.

Elias, 1999, Buku Saku Pembukaan Wilayah Hutan, Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.
Heinrick, T. 1995. Ilmu Ukur Tanah dan Penerapan Dalam bidang-Bidangnya. Yayasan Kanisius, Yogyakarta.
Irvine, W. 1995. Penyisian Untuk Kontruksi. Edisi ke-2. ITB Bandung.

Muhdi, 2002. Buku Panduan Praktikum Keteknikan Hutan. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Meyer, C.F. dan David W.G. 1984. Survei dan Perencanaan Lintas Jalur. Erlangga, Jakarta.

Purwhardjo, 1986. Merencanakan Sistem Pengangkutan. ITB. Bandung.

Rachman, 1979. Pemetaan. Erlangga, Jakarta

Sagala, P., 1994, Pengelola Lahan Kehutanan Indonesia,Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.
Sasrodarsono, S dan Takasaki, M. 1983. Pengukuran Topografi dan Teknik Pemetaan. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.

Setiawan, 2000. Analisis Jalanan. Jilid II. Erlangga, Jakarta.

Setyarso, A. 1987. Perencanaan Inventarisasi Hytan. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

Simon, H., 1993, Metode Inventore Hutan, Aditya Madia, Yogyakarta.
Soetomo.W. 1989. Ilmu Ukur Tanah. Kanisius. Yogyakarta.

Sukirman, S., 1992, Perkerasan Lentur Jalan Raya, Bandung.
Wongsotjitro, S. 1980. Ilmu Ukur Tanah. Edisi Kelima. Kanisius, Yogyakarta.

William, I. 1995. Penyigian Untuk Konstruksi. ITB. Bandung.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar