Konstruksi Jalan
Umumnya pembangunan jalan di Indonesia, terutama di
daerah-daerah, dikerjakan secara sederhana dengan mempergunakan tenaga dan
peralatannya seadanya, sehingga jalan tersebut tergolong kedalam konstruksi
jalan murah. Hal ini disebabkan karena terbatasnya biaya yang tersedia, peralatan
yang ada, tenaga-tenaga yang ahli terlatih dan terdidik dan fasilitas
laboratorium. Namun hasilnya cukup memuaskan andai kata diperhatikan hal-hal
berikut, memilih sistem konstruksi yang aman, sistem pelaksanaan yang baik,
sehingga dapat mendekati syarat-syarat konstrusi jalan. Selalu mengikuti
perkembangan lalu lintas sehingga. Tidak terlambat mengadakan up grading,
mengadakan pemeliharaan secara intensif dan terus-menerus terutama saat
menghadapi musim hujan (Elias, 1999).
Penentuan kuantitas pekerjaan tanah di dasarkan pada
penampang melintang di kontur atau di lapangan yang diambil dengan cara
tertentu. Pada pekerjaan jalan raya atau jalan baja,penampang melintang di
kontur. Penampang melintang adalah vertikal tegak lurus pada garis sumbu
survey. Tiap seksi adalah daerah yang dibatasi oleh permukaan asli dan
permukaan yang sudah diatur, yang terahir ditentukan oleh lereng samping,
bahu-bahu, jalur menengah lapisan bawah
dan sistem slokan drainase. Pada setiap penampang melintang bacaan rambu selalu
di ambil pada patok garis sumbu. Dua bacaan tambahan biasanya diambil pada
perpotongan dari lereng samping dan permukaan tanah (Simon,1993).
Pada kegiatan pembuatan penampang melintang memanjang
dan melintang jalan, masalah galian dan timbunan harus kita perhatikan. Pada
pembuatan galian harus rasional. Galian yang dibuat jalan terlalu curam agar
keamanan lalu lintas dapat tercipta. Pada kegiatan ini diusahakan agar timbunan
yang dibuat lebih sedikit rapi pada pembuatan galian. Galian lebih baik dari
timbunan (Muhdi, 2002).
Pembuatan penampang melintang sangat penting untuk
mengetahui daya dukung tanah, karena penentuan daya dukung tanah bukanlah
merupakan sesuatu yang sederhana melainkan bahwa daya dukung tanah sangat
bergantung pada berbagai faktor :
1. Sifat tanah
2. Kedalaman, jenis dan ketebalan dari berbagai jenis tanah
3. Bentuk dan ukuran serta ketebalan pondasi
4. Kadar air dan kedudukan tanah.
Karena itu timbunan dan galian yang dibuat harus memperhatikan daya
dukung tanah yaitu berupa takaran vertikal tanah (Sagala, 1994).
Penampang melintang pada umumnya pengukuran sebagai
rencana melintang bangunan dan daerah perluasan bangunan ataupun dapat
dilakukan sampai sejauh beberapa meter, jarak-jarak terdapat pada sisi kanan
dan sisi kiri, agar nantinya pada akhirnya pembentukan dan kandungan-kandungan,
elemen-elemen berupa/rupa bumi cukup tersajikan. Sebagai bagian dari informasi
perencanaan peta pengukuran penempang melintang jalan, juga digunakan sebagai
bagian dari data penggambaran topografi sepanjang rute. Cara pengukuran
penampang melintang biasanya menggunakan sifat dasar teodolit (Meyer dan
Gidson, 1984).
Dalam pembuatan penampang jalan diperlukan penggalian
dan penimbunan galian-galian seperti sumur-sumur dan alur-alur diberi tanda
dengan rambu-rambu. Ini disusun dari dua piket atau lebih yang dibagian atasnya
dipasang sepotong papan horizontal.
Bagian atas papan tersebut ditempatkan dengan cermat terhadap permukaan atu
bagian atas tengah jalan, tergantung situasi setempat. Penempatan rambu-rambu
hendaknya diatur sedemikian rupa sewaktu berlangsungnya penggalian tidak
menimbulkan getaran dari galian bergantung pada tanah yang akan digali, beban
atas, dalamnya galian, kadar air tanah, rendahnya tanah atau tidaknya getaran
(Sagara, 1994).
Pembuatan penampang melintang jalan, di buat sebanyak jumah titik profil
yang ada pada perencanaan frase yang dibuat sebelumnya. Kemudahan hitungan dan
pekerjaan lapangan, penampang melintang biasanya diambil pada titik-titik plus
tambahan dimana kelainan-kelainan penting dijumpai dalam topografi (Sukirman,
1992).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar