H.O.R.A.S

Selamat Datang buat anda yang mengunjungi blog ini, Segala informasi dalam blog ini merupakan bantuan dari buku-buku, majalah, dan lain-lain
Semoga blog ini bermanfaat bagi anda ^^.


Rabu, 03 April 2013

PENGUKURAN TANAH


A. Latar Belakang

            Pengukuran volume secara langsung jarang dikerjakan dalam pengukuran tanah karena sulit untuk menetapkan dengan sebenarnya sebuah satuan terbesar material yang terlibat. Sebagian penggantinya dilakukan pengukuran tidak langsung.  Untuk memperolehnya dilakukan pengukuran garis dan luas yang mempunyai kaitan dengan volume yang diinginkan.
            Seluruh pengerjaan jalan berada dalam alur galian, alur galian ini dibuat jika badan jalan telah cukup kuat atau tidak lagi menyusut atau berubah bentuk. Sebelum lapisan dasar dimulai, alur galian lebih dahulu di gali, dalamnya tidak dikorek penuh, tapi kira-kira setengah dari dalam yang diperlukan. Tanah dari korekan galian dapat dipergunakan untuk meratakan. Setelah pekerjaan siap maka letak pengerasan harus sama tinggi dengan ketinggian yang telah ditetapkan. Pengerasan dari kelas-kelas jalan yang berat dari kontruksi tetap. Lapisan atas disebut juga pondamen serta kontruksi penahan disebut juga lapisan penahan. Lapisan dasar ini mempunyai fungsi selain untuk memikul dan menyalurkan berat kendaraan ke bumi juga untuk membuang air yang masuk kebadan jalan. Sebab itu lapisan harus kuat (Husni, 1974).
            Penentuan kuantitas pekerjaan tanah pada penampang melintang di kantor atau lapangan yang diambil dengan metode tertentu merupakan dasarnya. Pada pekerjaan jalan raya atau jalan baja, penampang melintang adalah vertikal dan tegak lurus garis sumbu survei. Tiap seksi adalah daerah yang dibatasi oleh permukan sli dan permukaan yang sudah tertur, yang terakhir di tentukanoleh lereng samping, bahu-bahu lapisan bawah, jalur penengah dan selokan-selokan drainase. Untuk kemudahan perhitungannya dan pekerjaan lapangan, penampang melintang biasanya diambil tiap patok statiun penuh ( setengah statiun) pada garis sumbu survei (Meyer dan David, 1984).
            Dari penampang melintang di dapatkan luas galian dan timbunan dari masing-masing titik profil. Luas penampang rata-rata galian dapat ditentukan dengan menjumlahkan luas penampang galian atau timbunan titik profil yang berurutan dan dibagi dua. Demikian juga untuk luas penampang rata-rata dan timbunan.
            Keadaan normal pada tanah sangat menentukan pekerjaan tanah di lapangan, keadaan normal tanah seperti:
1.     tidak tergenang oleh air atas dan air bawah
2.     hampir tidak ada beban atas
3.     tanah tidak diturunkan
4.     tidak terjadi getaran-getaran kuat
5.     sifat-sifat tanah tidak menurun selama terbentuknya galian.
Perencanaan “Daftar Pekerjaan Tanah” sangat penting dalam suatu pembangunan jalan yang terkait dengan galian atau timbunan yang dikenakan pada permukaan tanah.perubahan-perubahan volume tanah pada galian-galian atau pada pekerjaan tanah dapat diakibatkan oleh pemadatan tanah dari beban statis yang bekerja diatasnya., konsolidasi tanah yaitu penguranagan volume pori sehingga mengakibatkan bertamabahnya tanah pada pekerjaan penggalian atau penimbunan.

B. Tujuan
            Adapun tujuan dari praktikum ini adalah:
1.     mengetahui luas penampang galian dan timbunan
2.     mengetahui luas penampang rata-rata galian dan timbunan yang ada
3.     mengetahui volume galian dan timbunan yang ada



 II. TINJAUAN PUSTAKA

            Perataan adalah istilah untuk menjelaskan semua pekerjaan konstruksi antara pembersihan dan pembuatan pengerasan. Seluruh kegiatan pengangkutan, penyebaran dan pamadatan termasuk didalamnya. Yang mendahului atau bersamaan dengan perataan adalah pemasangan saluran air hujan, gorong-gorong dan jembatan       (Conica, 1991)
            Perubahan bentuk tetap dari jenis tanah tertentu akibat beban lalu lintas. Perubahan bentuk yang besar akan mengakibatkan jalan tersebut rusak. Tanah- tanah dengan plastisitas tinggi cenderung untuk mengalami hal tersebut. Lapisan-lapisan tanah rusak yang terdapat dibawah tanah dasar harus diperhatikan. Daya dukung tanah dasar yang ditujukan oleh nilai CBR nya dapat merupakan indikasi dari perubahan bentuk yang dapat terjadi. Daya dukung tanah dasar yang tidak merata pada daerah dengan bahan tanah yang berbeda. Penilaian seksama atas jenis dan sifa tanah dasar sepanjang jalan dapat mengurangi akibat tidak meratanya daya dukung tanah dasar, perencanaan tebal pekerjaan dapat dibuat berbeda-beda dengan membagi jalan menjdi segmen-segmen yang berlainan (Sokirman, 1992).
            Penentuan kualitas pekerjaan tanah pada penampang melintang kontur atau dilapangan yang diambil dengan cara tertetu, pada pekerjaan jalan raya atau jalan baja, landasan jalan baja pada kontur biasanya tidak dinaikan atau ditimbun, superilevasi disesuaikan dengan ballas cadas. Volume pekerjaan tanah dalam selokan-selokan drainase biasanya dihitung secara terpisah. Pada pondasi jalan raya sub grade dapat ditimbun, pada tangen-tangen dan biasanya ditumbuk secara sejajardengan permukaan pada kurva, lagi pula selokan-selokan drinase dan bahu-bahu jalan tanah biasanya dianggab bagian dari luas penampang melintang. Hasil luas yang tak teratur (irreguler) bisa di dapat dengan bantuan koordinatatau dengan cara grafik. Luas ujung-ujung bagaimanapun tidak teraturnya didapat dengan mudah dengan mengeplotkanya sesuai skla dan menentukan dengan planimeter. Cara ini dikerjakan secara luas pada pekerjaan jalan raya, terutama jika selokan-selokan dan bahu- bahu adalah bagian dari penampang melintang. Dalam kontruksi jalan raya modern, kecenderungannya adalah untuk menyatakan semua galian sebagai “Unclassified” (tidak dapat di klasifikasikan). Luas-luas ditentukan dengan planimeter dan volume-volume dari irisan horizontal dari pekerjaan ditentukan dengan cara luas ujung rata-rata (Meyer dan Gibson, 1984).
            Penentuan kuantitas pekerjaan tanah pada penampang melintang di kantor atau lapangan yang diambil dengan metode tertentu merupakan dasarnya. Pada pekerjaan jalan raya atau jalan baja, penampang melintang adalah vertikal dan tegak lurus garis sumbu survei. Tiap seksi adalah daerah yang dibatasi oleh permukan sli dan permukaan yang sudah tertur, yang terakhir di tentukanoleh lereng samping, bahu-bahu lapisan bawah, jalur penengah dan selokan-selokan drainase. Untuk kemudahan perhitungannya dan pekerjaan lapangan, penampang melintang biasanya diambil tiap patok statiun penuh ( setengah statiun) pada garis sumbu survei (Meyer dan David, 1984).
            Pengukuran volume secara langsung jarang di kerjakan dalam pengukuran tanah, karena sulit untuk menerapakan dengan sebenarnya sebuah satuan terhadap material yang terlibat sebagai gantinya dilakukan pengukuran tak langsung, untuk memperolehnya dilakukan pengukuran garis dan luas yang mempunyai kaitan dengan volume yang diizinkan. Ada 3 sistem utama yang dipakai yaitu:
  1. metode tampang melintang
  2. metode luas satuan atau lubang galian sumbang (barrow –pit) dan
  3. metode luas garis tinggi
metode tampang melintang hampir khusus untuk mengjhitung volume baja, kanal (saluran), luas ujung dapat di tentukan dengan cara grafik dan hitungan. Dalam metode grafik dengan skala pad kertas (kertas kisi) mal-mal aluran di buat untuk galian dan timbunan, dapat dipakai untuk membantu (Brinker dan Wolf,1997).





III. METODOLOGI

A. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah:
1.     Pensil,
2.     Kalkulator,
3.     Pensil warna,
4.     Penghapus,
5.     Penggaris,
 Bahan yang digunakan:
1.     Peta kontur 1:2000
2.     Transparansi kertas milimeter blok
3.     Tally sheet

B. Metode Praktikum

  1. di hitung volume pekerjaan tanah berdasarkan trase yang dibuat
ü  volume galian A-1
(LGA + LG1)  x jalan A-1
          2
ü  volume timbunan A-1
(LTA + LT1) x jalan A-1
          2
            Keterangan: LG = luas galian
                                LT = luas timbunan
  1. hasil perhitungan dimasukan dalam pekerjaan tanah
  2. dimasukan hasil data perhitungan kedalam table
Tabel 12. Contoh Tabel Daftar Pekerjaan Tanah

Nomor
 Profil

Jarak
(m)
Luas penampang (m²)
Luas penampang
rata-rata (m2)
Volume
(m3)

Galian

Timbunan

Galian

timbunan

Galian

Timbunan

A








1







2 dst.








IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

  
            Tabel 4. Hasil perhitungan pekerjaan tanah

Nomor profil
Jarak
Luas penampang (m²)
Luas penampang rata-rata
volume
Galian
Timbunan
Galian
timbunan
Galian
Timbunan


A

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

B


60

60

60

60

57.07

57.07

40

40

77.45

77.45

80

90

6.8

4.78

7.02

3.06

2.94

2.28

2.77

3.63

1.56

5.07

3.5

6.44

0.84

13.18

5.78

3.18

1.76

2.76

1.47

1.38

1.22

1.12

6.74

6.99

5.21

0.62


5.79

5.9

5.04

3

2.61

2.525

3.2

2.595

3.315

4.285

4.97

3.64



9.48

4.48

2.47

2.26

2.115

1.425

1.3

1.17

3.795

6.865

6.1

2.915



347.4

354

302.4

180

148.9

144.1

128

103.8

256.74

331.8

397.6

327.6


568.8

268.8

148.2

135.6

120.7

81.32

52

46.8

293.9

531.6

488

262.35

Total

759,04

50,69

51,41

46,87

44,375

3022,34

2998,7


B. Pembahasan

           
            Dari hasil diperoleh bahwa besarnya volume galian total sebesar 3022,34 m3 sedangkan untuk timbunan sebesar 2998,7 m³ hal ini menunjukan bahwa volume timbunan lebih kecil dari volume galian
            Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa pekerjan tanah yang dilakukan adalah baik, karena lebih banyak penggalian daripada timbunan, dimana dengan volume timbunan yang lebih kecil akan mengurangi resiko kerusakan tanah dan mengurangi resiko biaya dalam proyek pembangunan.
            Kegiatan pekerjaan tanah pada akhirnya akan dihubungkan dengan pembiayaan untuk grading pada kontruksi jalan raya yang menyangkut penafsiran biaya yang akan dilakukan / dikeluarkan pada kegiatan pengerjaan tanah. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Meyer (1994) yang menyatakan bahwa pembayaran untuk grading pada suatu kontruksi jalan raya biasanya didasarkan pada harga penawaran perkubik untuk galian yang dikur ditempat yang di hitung dari catatan survei. Harga satuan biasanya termasuk bahan-bahan yang digali atau memasukan bahn lain dari aerah lain: membangn timbunan menjadi bentuk tertentu, membuang bahan suplus dan melaksanakan operasi seperti membentuk bahan baku tanah, membuat tebing-tebing, meratakanlereng-lereng dan mempersiapkan lapisan bawah untuk dasar jalan raya atau meratakan permukaan tanah.
Kegiatanpengerjaan tanah sangat berkaitan dengan pnggalian dan penimbunan yang pada akhirnya bertujuan untuk membuat perataan terhadap tanah tersebut. Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Oglesby (1996) bahwa pekerjaan tanah berhubungan dengan pengertian galian dan timbunan yang bertujuan akhirnya sangat berkaitan dengan kegiatan perencanaan tanah.
            Pekerjaan tanah pada akhirnya akan dihubungkan dengan pembiayaan untuk grading pada kontruksi jalan raya yang menyangkut penafsiran biaya yang akan dikeluarkan pada kegiatan pekerjaan tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat Meyer (1984) yang menyatakan bahwa pembayaran untuk grading pada suatu kontruksi jalan raya biasanya didasarkan pada harga penawaran perkubik yard untuk salinan diukur dengan tempat yang dihitung dari catatan survei. Harga satuan biasanya termasuk bahan-bahan yang digali atau memasukan bahan lain.


V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1.     Dari pengukuran diperoleh volume galian total sebesar 3022,34 m³ dan volume timbunan 2998,07 m³.
2.     Luas penampang rata-rata terbesar pada galian yaitu 46,87 m2  sedangkan yang terkecil pada timbunan sebesar 44,375 m2.
3.     Luas penampang terbesar pada galian yaitu 51,41 m2 sedangkan yang terkecil pada timbunan yaitu sebesar 50,69 m2.
4.     Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa volume galian lebih besar dari volume timbunan.
5.     Semakin kecil volume timbunan maka jaringan jalan akan semakin baik karena tanah timbunan lebih kecil bila dibandingkan dengan pekerjaan galian.

B. Saran

Dalam perhitungan pekerjaan tanah diperlukan ketelitian agar diperoleh hasil yang akurat dan sesuai dengan tujuan.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar