A. Latar Belakang
Pengukuran volume secara langsung
jarang dikerjakan dalam pengukuran tanah karena sulit untuk menetapkan dengan
sebenarnya sebuah satuan terbesar material yang terlibat. Sebagian penggantinya
dilakukan pengukuran tidak langsung.
Untuk memperolehnya dilakukan pengukuran garis dan luas yang mempunyai
kaitan dengan volume yang diinginkan.
Seluruh pengerjaan jalan berada dalam alur galian, alur
galian ini dibuat jika badan jalan telah cukup kuat atau tidak lagi menyusut atau
berubah bentuk. Sebelum lapisan dasar dimulai, alur galian lebih dahulu di
gali, dalamnya tidak dikorek penuh, tapi kira-kira setengah dari dalam yang
diperlukan. Tanah dari korekan galian dapat dipergunakan untuk meratakan.
Setelah pekerjaan siap maka letak pengerasan harus sama tinggi dengan
ketinggian yang telah ditetapkan. Pengerasan dari kelas-kelas jalan yang berat
dari kontruksi tetap. Lapisan atas disebut juga pondamen serta kontruksi
penahan disebut juga lapisan penahan. Lapisan dasar ini mempunyai fungsi selain
untuk memikul dan menyalurkan berat kendaraan ke bumi juga untuk membuang air
yang masuk kebadan jalan. Sebab itu lapisan harus kuat (Husni, 1974).
Penentuan kuantitas pekerjaan tanah pada penampang
melintang di kantor atau lapangan yang diambil dengan metode tertentu merupakan
dasarnya. Pada pekerjaan jalan raya atau jalan baja, penampang melintang adalah
vertikal dan tegak lurus garis sumbu survei. Tiap seksi adalah daerah yang
dibatasi oleh permukan sli dan permukaan yang sudah tertur, yang terakhir di
tentukanoleh lereng samping, bahu-bahu lapisan bawah, jalur penengah dan
selokan-selokan drainase. Untuk kemudahan perhitungannya dan pekerjaan
lapangan, penampang melintang biasanya diambil tiap patok statiun penuh (
setengah statiun) pada garis sumbu survei (Meyer dan David, 1984).
Dari penampang melintang di dapatkan luas galian dan
timbunan dari masing-masing titik profil. Luas penampang rata-rata galian dapat
ditentukan dengan menjumlahkan luas penampang galian atau timbunan titik profil
yang berurutan dan dibagi dua. Demikian juga untuk luas penampang rata-rata dan
timbunan.
Keadaan normal pada tanah sangat menentukan pekerjaan
tanah di lapangan, keadaan normal tanah seperti:
1.
tidak tergenang oleh air atas dan air
bawah
2.
hampir tidak ada beban atas
3.
tanah tidak diturunkan
4.
tidak terjadi getaran-getaran kuat
5.
sifat-sifat tanah tidak menurun selama
terbentuknya galian.
Perencanaan
daftar pekerjaan tanah sangat penting dalam suatu pembangunan jalan yang
terkait dengan galian atau timbunan yang dikenakan pada permukaan
tanah.perubahan-perubahan volume tanah pada galian-galian atau pada pekerjaan
tanah dapat diakibatkan oleh pemadatan tanah dari beban statis yang bekerja
diatasnya., konsolidasi tanah yaitu penguranagan volume pori sehingga mengakibatkan
bertamabahnya tanah pada pekerjaan penggalian atau penimbunan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Perubahan bentuk tetap dari
jenis tanah tertentu akibat beban lalu lintas. Perubahan bentuk yang besar akan
mengakibatkan jalan tersebut rusak. Tanah- tanah dengan plastisitas tinggi
cenderung untuk mengalami hal tersebut. Lapisan-lapisan tanah rusak yang
terdapat dibawah tanah dasar harus diperhatikan. Daya dukung tanah dasar yang
ditujukan oleh nilai CBR nya dapat merupakan indikasi dari perubahan bentuk yang
dapat terjadi. Daya dukung tanah dasar yang tidak merata pada daerah dengan
bahan tanah yang berbeda. Penilaian seksama atas jenis dan sifa tanah dasar
sepanjang jalan dapat mengurangi akibat tidak meratanya daya dukung tanah
dasar, perencanaan tebal pekerjaan dapat dibuat berbeda-beda dengan membagi
jalan menjdi segmen-segmen yang berlainan (Sokirman, 1992).
Penentuan kualitas pekerjaan tanah
pada penampang melintang kontur atau dilapangan yang diambil dengan cara
tertetu, pada pekerjaan jalan raya atau jalan baja, landasan jalan baja pada
kontur biasanya tidak dinaikan atau ditimbun, superilevasi disesuaikan dengan
ballas cadas. Volume pekerjaan tanah dalam selokan-selokan drainase biasanya
dihitung secara terpisah. Pada pondasi jalan raya sub grade dapat ditimbun,
pada tangen-tangen dan biasanya ditumbuk secara sejajardengan permukaan pada
kurva, lagi pula selokan-selokan drinase dan bahu-bahu jalan tanah biasanya
dianggab bagian dari luas penampang melintang. Hasil luas yang tak teratur
(irreguler) bisa di dapat dengan bantuan koordinatatau dengan cara grafik. Luas
ujung-ujung bagaimanapun tidak teraturnya didapat dengan mudah dengan
mengeplotkanya sesuai skla dan menentukan dengan planimeter. Cara ini
dikerjakan secara luas pada pekerjaan jalan raya, terutama jika selokan-selokan
dan bahu- bahu adalah bagian dari penampang melintang. Dalam kontruksi jalan
raya modern, kecenderungannya adalah untuk menyatakan semua galian sebagai
“Unclassified” (tidak dapat di klasifikasikan). Luas-luas ditentukan dengan
planimeter dan volume-volume dari irisan horizontal dari pekerjaan ditentukan
dengan cara luas ujung rata-rata (Meyer dan Gibson, 1984).
Pengukuran volume secara langsung
jarang di kerjakan dalam pengukuran tanah, karena sulit untuk menerapakan
dengan sebenarnya sebuah satuan terhadap material yang terlibat sebagai
gantinya dilakukan pengukuran tak langsung, untuk memperolehnya dilakukan
pengukuran garis dan luas yang mempunyai kaitan dengan volume yang diizinkan.
Ada 3 sistem utama yang dipakai yaitu:
- metode tampang melintang
- metode luas satuan atau lubang galian sumbang (barrow –pit) dan
- metode luas garis tinggi
metode tampang melintang hampir khusus
untuk mengjhitung volume baja, kanal (saluran), luas ujung dapat di tentukan
dengan cara grafik dan hitungan. Dalam metode grafik dengan skala pad kertas
(kertas kisi) mal-mal aluran di buat untuk galian dan timbunan, dapat dipakai
untuk membantu (Brinker dan Wolf,1997).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar