H.O.R.A.S

Selamat Datang buat anda yang mengunjungi blog ini, Segala informasi dalam blog ini merupakan bantuan dari buku-buku, majalah, dan lain-lain
Semoga blog ini bermanfaat bagi anda ^^.


Kamis, 09 Januari 2025

Renungan Budaya Tepat Waktu

 

BUDAYA TEPAT WAKTU 

Lukas 9:28-62, 9 Januari 2025

Culture atau budaya adalah cara hidup (the way of life) masyarakat. Budaya terbentuk dalam waktu yang lama dan bukan seketika. Budaya sebuah bangsa terbentuk karena kultus atau penyembahan atau agama. Dalam masa modern budaya yang baru bisa dibentuk dan dipraktekkan dalam sebuah perusahaan atau institusi. Sebagai contoh, budaya KAIZEN adalah prinsip di Jepang yang sangat menekankan pentingnya tepat waktu atau sesuai jadwal dalam bekerja. KAIZEN termasuk prinsip kerja yang kuat dan dipegang teguh oleh masyarakat Jepang. Budaya tepat waktu dapat mengoptimalkan biaya didalam proses produksi ataupun jasa disebuah perusahaan.

Di Indonesia budaya tepat waktu tidak secara kuat dipraktekkan sehingga muncul istilah “jam karet”. Bahkan untuk hadir dikebaktian gereja banyak jemaat datang terlambat. Dan seringkali walau terlambat tidaklah merasa bersalah. Sehingga muncul lagi istilah “lebih baik terlambat daripada tidak hadir”. Budaya permisif atau mudah memaklumi dan mudah memaafkan yang ada di masyarakat berakibat terlambat bukanlah masalah yang besar. Itu sebabnya budaya KAIZEN seharusnya dipraktekkan di Gereja, dan itu bisa dimulai dari para pemimpin dan para pelayan Tuhan di Gereja. Walau tidak digaji para pelayan Tuhan harusnya datang lebih awal.

Didalam Kitab Pengkhotbah memang ditulis “Untuk apapun dibawah kolong langit ada waktunya” yang sering diartikan bahwa kita tidak berkuasa mengatur waktu di dalam kehidupan kita. Atau hidup kita tergantung penuh pada nasib. Ada istilah dalam bahasa Jawa “nrima ing pandum” yang artinya kita pasif dan menerima apa saja yang terjadi. Rupanya prinsip menerima nasib inilah yang mempengaruhi budaya kerja termasuk juga di dalam menyikapi memakai waktu yang telah diberikan Tuhan. Peribahasa Jawa “alon-alon waton kelakon” yang artinya lambat asal terlaksana adalah bukti bahwa kita lemah dalam manajemen waktu.

Sekarang perlukah kita merubah “kesadaran budaya lama” yang lambat asal selamat dengan “kesadaran budaya baru” yaitu budaya tepat waktu dan juga kerja cepat dan efektif ? Karena walau tidak berkuasa atas lamanya kita hidup, namun kita tetap bertanggung jawab untuk mengatur dan mengefektifkan jatah waktu yang ada. Hanya Anda yang berhak menjawab. (DD)

 

Questions :

1. Apakah Anda termasuk orang yang terbiasa terlambat ?

2. Apakah Anda berniat berubah ? Mungkinkah Anda bisa berubah ? Bagaimana caranya ?

 

Values :

Sang Raja adalah Raja atas semesta, namun saat ada di dunia Ia terikat ruang dan waktu.

 

 

“Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun dibawah langit ada waktunya (Pengkhotbah 3:1)”

 

 

Di dalam dunia kerja ada istilah waktu adalah uang; namun waktu sebenarnya tak bisa dibeli dengan uang, artinya waktu lebih berharga dari apapun.