Bersifat Emosional
Selain
sikap Abisai yang terlihat tangguh, ternyata tersimpan di dalam dirinya sifat
emosional, walau sebenarnya semua yang hendak dilakukannya murni untuk
melindungi raja. Abisai seprtinya hanya belajar tentang bagaimana berperang
dari Daud, tetapi ia tidak belajar bagaimana Daud menebarkan kasih kepada
musuhnya. Kasihnya kepada raja dan tanggung jawab yang besar akan keselamatan
raja ternyata membuatnya menjadi orang yang bersifat emosional. Sebenarnya dia
bisa belajar tentang kasih dari orang lain, sebab ia begitu dekat dan selalu
menyertai Daud kemanapun dan dalam keadaan apapun.
Karena
sudah dikuasai oleh sifat emosional, abisai kehilangan kasih dan pengampunan.
Didasarkan pada posisinya sebagai seorang panglima, yang bertugas melindungi
negeri dan juga rajanya, ia berusaha untuk sebisa mungkin menghabisi setiap
orang yang bersikap anarkis kepada rajanya. Menghujat seorang raja, tentunya
merupakan penghinaan yang sangat memalukan. Atas penghujatan ini, bagi Abisai
hanyalah hukuman mati yang layak diterima orang itu, yaitu dengan memenggal
lehernya. Wycliffe berkata ,”memenggal leher sebagai hukuman, sebab menghujat
raja merupakan sebuah kesalahan yang mendatangkan hukuman mati.” Sepertinya
jiwa kesatrianya yang terlampau tinggi membuatnya tidak mengenal arti
pengampunan. Ia juga masih belum memahami kata-kata Daud pada saat pertama kali
bertemu dengan saul, sehingga ketika mendengar Simei mengutuk Daud, ia pun
meminta izin untuk membunuh Simei. Hatinya hanya dipenuhi dengan semangat untuk
menghilangkan siapa saja yang mengganggu dan dianggap musuh.
Memegang
tanggung jawab yang besar akan keselamatan seseorang yang sedang terancam
bahaya memang sulit. Itulah sebabnya ketika musuh ada di depan mata, yang
dipikirkan Abisai hanya membunuhnya. Berbeda dengan apa yang ada di pikiran
Daud, ia tidak ingin terbawa arus kemarahan saul. Daud membiarkan Tuhan yang
membalaskan kejahatan. Baginya, walau secara tidak secara gamblang dikatakan,
pembalasan adalah hak Tuhan. Hal ini pula yang tidak diketahui oleh abisai atau
mungkin tahu tetapi tidak mau tahu. Ia hanya ingin melakukan pembalasan dengan
tangannya sebagaimana yang sudah dilakukan oleh Yoab saat membalaskan darah
Asael kepada Abner.
Penguasaan
diri sangat penting untuk bisa menjaga emosi dan sikap kita tetap stabil dalam
kondisi apapun. Penguasaan diri juga sangat penting untuk menghindarkan diri
kita dari kesalahan yang mengantarkan kita ke jalan yang salah. Ambillah
pelajaran dari kisah Abisai yang selalu emosional dan hampir membawanya ke
jalan yang salah. Mintalah hati dan pikiran yang bijaksana kepada Tuhan agar
setiap keputusan yang kita buat dan langkah yang kita ambil, tetap berada pada
jalur kebenaran Tuhan.
“Sifat
emosional seseorang akan dengan mudah, menggerus sikap kesatria yang sudah
dikagumi banyak orang”
Sumber :
Mansor 2015
one day |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar