H.O.R.A.S

Selamat Datang buat anda yang mengunjungi blog ini, Segala informasi dalam blog ini merupakan bantuan dari buku-buku, majalah, dan lain-lain
Semoga blog ini bermanfaat bagi anda ^^.


Senin, 03 Oktober 2016

SEMINGGU BERSAMA ABISAI – II




Bersifat Emosional

Selain sikap Abisai yang terlihat tangguh, ternyata tersimpan di dalam dirinya sifat emosional, walau sebenarnya semua yang hendak dilakukannya murni untuk melindungi raja. Abisai seprtinya hanya belajar tentang bagaimana berperang dari Daud, tetapi ia tidak belajar bagaimana Daud menebarkan kasih kepada musuhnya. Kasihnya kepada raja dan tanggung jawab yang besar akan keselamatan raja ternyata membuatnya menjadi orang yang bersifat emosional. Sebenarnya dia bisa belajar tentang kasih dari orang lain, sebab ia begitu dekat dan selalu menyertai Daud kemanapun dan dalam keadaan apapun.

Karena sudah dikuasai oleh sifat emosional, abisai kehilangan kasih dan pengampunan. Didasarkan pada posisinya sebagai seorang panglima, yang bertugas melindungi negeri dan juga rajanya, ia berusaha untuk sebisa mungkin menghabisi setiap orang yang bersikap anarkis kepada rajanya. Menghujat seorang raja, tentunya merupakan penghinaan yang sangat memalukan. Atas penghujatan ini, bagi Abisai hanyalah hukuman mati yang layak diterima orang itu, yaitu dengan memenggal lehernya. Wycliffe berkata ,”memenggal leher sebagai hukuman, sebab menghujat raja merupakan sebuah kesalahan yang mendatangkan hukuman mati.” Sepertinya jiwa kesatrianya yang terlampau tinggi membuatnya tidak mengenal arti pengampunan. Ia juga masih belum memahami kata-kata Daud pada saat pertama kali bertemu dengan saul, sehingga ketika mendengar Simei mengutuk Daud, ia pun meminta izin untuk membunuh Simei. Hatinya hanya dipenuhi dengan semangat untuk menghilangkan siapa saja yang mengganggu dan dianggap musuh.

Memegang tanggung jawab yang besar akan keselamatan seseorang yang sedang terancam bahaya memang sulit. Itulah sebabnya ketika musuh ada di depan mata, yang dipikirkan Abisai hanya membunuhnya. Berbeda dengan apa yang ada di pikiran Daud, ia tidak ingin terbawa arus kemarahan saul. Daud membiarkan Tuhan yang membalaskan kejahatan. Baginya, walau secara tidak secara gamblang dikatakan, pembalasan adalah hak Tuhan. Hal ini pula yang tidak diketahui oleh abisai atau mungkin tahu tetapi tidak mau tahu. Ia hanya ingin melakukan pembalasan dengan tangannya sebagaimana yang sudah dilakukan oleh Yoab saat membalaskan darah Asael kepada Abner.

Penguasaan diri sangat penting untuk bisa menjaga emosi dan sikap kita tetap stabil dalam kondisi apapun. Penguasaan diri juga sangat penting untuk menghindarkan diri kita dari kesalahan yang mengantarkan kita ke jalan yang salah. Ambillah pelajaran dari kisah Abisai yang selalu emosional dan hampir membawanya ke jalan yang salah. Mintalah hati dan pikiran yang bijaksana kepada Tuhan agar setiap keputusan yang kita buat dan langkah yang kita ambil, tetap berada pada jalur kebenaran Tuhan.

“Sifat emosional seseorang akan dengan mudah, menggerus sikap kesatria yang sudah dikagumi banyak orang”

Sumber : Mansor 2015




one day

Tidak ada komentar:

Posting Komentar