(AMSAL 23 : 18)
Jembatan Brooklyn di New York, USA
merupakan bukti nyata dari sebuah kegigihan dan ketekunan menggapai mimpi.
Jembatan tersebut dibangun selama 13 tahun, dari tahun 1870-1883. Waktu itu
seorang bernama John Roebling mendapat ide untuk membangun sebuah jembatan
spektakuler yang menghubungkan New York dengan long Island. Para ahli jembatan
di seluruh dunia mengatakan kepadanya bahwa itu adalah ide yang tidak mungkin.
Mereka menyuruhnya melupakan impiannya tersebut, karena itu tidak mungkin
dilakukan. Namun Roebling tidak bisa mengabaikan visi mengenai jembatan
tersebut. Ia memikirkan hal itu sepanjang waktu dan dia tahu dalam hatinya
bahwa hal itu bisa dilakukan. Ia hanya perlu berbagi mimpi dengan orang lain.
Setelah banyak berdiskusi, ia berhasil
meyakinkan anaknya Washington yang adalah seorang insinyur, bahwa jembatan itu
dapat dibangun. Dengan tekad dan semangat yang besar mereka mulai menyewa para
pekerja untuk mengerjakannya. Proyek berjalan dengan baik, tapi hanya beberapa
bulan berlangsung, kecelakaan tragis merenggut nyawa John Roebling, Washington
juga terluka dan menyebabkan kerusakan otak. Dia tidak mampu berbicara ataupun
berjalan. Semua orang yang mendengar kejadian tersebut melontarkan komentar
negative, “ Sudah dikatakan dari awal bahwa pekerjaan itu pekerjaan yang tidak
mungkin, apalagi kini pencetus ide tersebut telah tiada. Sudahlah.. tidak perlu
diteruskan”. Tetapi Washington tidak patah semangat meskipun ia terbaring di
rumah sakit dan tidak bisa berbuat apa-apa. Di dalam hatinya ia tetap yakin
bahwa mimpi ayahnya bisa terwujud. Dengan kemampuannya yang hanya bisa
mengerjakan dengan satu jari, ia mengembangkan cara berkomunikasinya dengan
istrinya. Istrinya meneruskan pesan suaminya kepada para pekerja dan
pembangunan terus berjalan. Komunikasi dengan cara tersebut terus dilakukan
selama hamper 13 tahun pembangunan jembatan berjalan. Singkat cerita, sebuah
jembatan spektakuler berdiri sebagai monument mengenai kegigihan dan ketekunan
seorang pria dalam mengejar impiannya.
Segala sesuatunya dimulai dari mimpi.
Mimpi disini dapat diartikan sebagai impian atau target. Pegang teguh impian
tersebut, bawa di dalam DOA, dan tekunlah mengejarnya. Kisah diatas tidak
mengajarkan mengenai kekuatan pikiran, tetapi lebih pada keyakinan, kegigihan,
dan ketekunan. Orang Kristen seharusnya mempunyai keyakinan yang lebih terhadap
pencapaian sesuatu, apalagi jika impian itu bertujuan untuk perluasan kerajaan
Tuhan di bumi ini. Apapun yang menjadi impian ataupun target anda, bawa itu di
dalam DOA, yakini bahwa Tuhan mampu bekerja mengatasi keterbatasan kita.
Mungkin kita belum melihatnya sekarang, maka Tuhan sendiri akan menuntun dan
bekerja membawa kita pada sebuah pencapaian. Jalanilah hidup yang mempunyai
tujuan atau impian.
Bermimpilah
seolah anda akan hidup selamanya, hiduplah seolah anda akan mati hari ini By :
James dean
Sumber :
Mansor Mei 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar