H.O.R.A.S

Selamat Datang buat anda yang mengunjungi blog ini, Segala informasi dalam blog ini merupakan bantuan dari buku-buku, majalah, dan lain-lain
Semoga blog ini bermanfaat bagi anda ^^.


Kamis, 06 September 2012

Komikus


BANYAK CARA BELAJAR

          Untuk belajar membuat komik, banyak cara yang bias kita lakukan. Beragam workshop tentang komik sering diadakan di beberapa lembaga. Kita juga bias belajar otodidak dan mengasah kemampuan menggambar sendiri. Kita pun bisa bergabung dengan komunitas atau kursus-kursus membuat komik.

          Salah satu tempat yang bisa menjadi pilihan adalah Akademi Samali. Komunitas ini didirikan komikus Beng Rahadian, Hikmat Darmawan, dan Zarki pada tahun 2005.
          Di Akademi Samali, siapa saja bisa belajar membuat komik. Beng mengatakan, siswa yang belajar membuat komik bisa mengambil program satu sesi selama tiga bulan atau 12 kali pertemuan. Biaya untuk dewasa Rp. 900.000 dan anak-anak Rp. 750.000. biasanya satu kelas hanya dibatasi 5 peserta.
          “Dengan catatan, mereka juga harus mengerjakan PR (pekerjaan rumah) yang diberikan oleh mereka. Di satu sesi itu diajarkan mengenai Story telling dan menyusun gambar komik” katanya.
          Sayang, saat ini Akademi Samali sedang tak menerima murid karena kekurangan tenaga pengajar. Selain membuka kursus membuat komik, Akademi Samali juga menerima siswa SMA dan mahasiswa yang ingin magang. Les privat membuat komik juga bisa dilakukan di tempat ini. Setiap bulan Akademi Samali mengeluarkan majalah gratis, Comical Magz.
Mampu bercerita
       Untuk mengembangkan kemajuan komik di Indonesia, Akademi Samali menggandeng beberapa pihak guna melakukan pelatihan. Misalnya dnegan pusat kebudayaan perancis (CCF) dan bentara budaya Jakarta, yang tak memungut biaya apapun untuk peserta yang ikut pelatihan komik.
          Menurut Beng, perkembangan komik di Indonesia kurang bagus karena tak banyak orang yang mempunyai kemampuan bercerita (story telling). Padahal salah satu kekuatan membuat komik adalah mampu bercerita.
          “Bagaimana pembaca tertarik untuk menyelesaikan membaca komik, tergantung dari gambar dan cerita dalam kotak terakhir di setiap halaman. Kalau tertarik, pembaca pasti membalik kertas ke halaman berikutnya,” katanya.
          Bidang komik bukan hanya milik komikus, melainkan juga pihak lain yang berkontribusi membuat komik. Dia mencontohkan orang yang punya keahlian mewarnai bisa terlibat dalam pembuatan komik.
          “Kalau ada orang yang bilang bekerja di bidang komik, kita bisa Tanya apa tugasnya ? apakah menggambar, menyusun cerita, atau mewarnai ?” katanya.
          Bagaimanapun Beng yakin suatu saat komik di Indonesia akan mengalami kemajuan pesat. Apalagi didukung oleh mereka yang mempunyai bakat dan minat menggambar, serta kaya ide.
          Buat MudDaers yang suka menggambar dan senang membuat komik, jangan khawatir dengan perkembangan perkomikan Tanah Air. Teruslah membuat karya yang membanggakan (SIE/BEE).
Sumber : Koran Kompas Edisi Juni 2012


Tidak ada komentar:

Posting Komentar