H.O.R.A.S

Selamat Datang buat anda yang mengunjungi blog ini, Segala informasi dalam blog ini merupakan bantuan dari buku-buku, majalah, dan lain-lain
Semoga blog ini bermanfaat bagi anda ^^.


Senin, 05 November 2012

Surat Kakakku


Surat Kakakku


Keep Pray :)

Yeremia 29:11 “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada padaKu mengenai kamu, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.

Gedebuk!, bunyi itu terdengar begitu keras sehingga mengagetkan setiap orang yang ada pada sebuah daerah pinggiran Jakarta yang kumuh pada suatu pagi. Saat itu baru pukul lima.
        Budi rupanya, dia terjatuh! Andi terkejut dan semua orang yang ada disitu langsung membopongnya. “Kak, bangun ! bangun !” katanya sambil menggoyang-goyangkan tubuh kakaknya. Budi pingsan. Semua orang panik. Andi berteriak sambil menangis melihat keadaan kakaknya yang tiba-tiba menjadi seperti itu. “Kak, Bangun! “ katanya terus menerus.
        Semua orang panik. Mereka bingung. Mereka tidak tahu harus berbuat apa. Matahari sudah terbit dan budi masih belum terjaga dari pingsannya.
“Ayo kita bawa ke rumah sakit saja !” kata pak joko. Pak Joko adalah ketua pemulung warga Sukasari. Tiga orang anak muda segera bergegas pergi untuk mencari taksi. Pagi itu juga, Budi, anak yang masih pingsan itu dibawa oleh serombongan pemulung untuk pergi ke rumah sakit. Mereka semua memang orang-orang yang sangat solider.
        Budi segera diperiksa di UGD dan setelah itu diinfus dan harus dirawat di Rumah Sakit. Siang hari, ia mulai sedikit sadar. Andi selalu disampingnya dan menjaganya hingga malam menjelang. Malam itu, ketika kesadaran Budi mulai membaik ia bertanya pada Andi, apa yang terjadi.
        “Lho, kok aku ada di rumah sakit?” Tanya Budi
        “Tadi pagi kakak jatuh dan pingsan, lalu sama pak Joko dan beberapa tetangga kakak langsung dibawa ke rumah sakit” Jawab Andi
“kayaknya kakak kecapean ya? Soalnya beberapa hari ini Andi liat kakak kerja terus, tapi jarang istirahat, emang ada apa sih kak ? Tanya andi sedikit penasaran.
“beberapa hari ini kakak memang kerja keras. Kakak harus mencari uang tambahan soalnya uang pendaftaran sekolahmu masih kurang lima puluh ribu rupiah sedangkan waktu pelunasan tinggal tiga hari lagi. Sampai kemarin, kakak baru dapat dua puluh ribu sedangkan uang tabungan kitapun masih belum bias menutupi tambahan kekurangannya. Padahal sebentar lagi kamu sekolah” katanya lirih.
“udahlah kak, jangan pikirin andi. Andi bisa kerja sendiri kok,” kata andi menenangkan, padahal dalam hati, Andi bingung untuk mencari tambahan uang biaya perawatan kakaknya sekarang ini, tapi ia tidak mau membebani pikiran kakaknya.
“Ya an, tapi kamu tetap harus sekolah. Pokoknya jangan seperti kakak.”
        Andi terharu dan dia berkata,”udahlah,kak, jangan terlalu dipikirkan, yang penting kakak istirahat biar cepat sehat ya.”
Mereka berdua terdiam. Hari kian malam, bulan terus berjalan, cahaya bintang-bintang yang kelap-kelip membawa mereka berdua tidur dengan tenang pada malam itu. Mereka berdua adalah kakak-adik pemulung. Mereka tidak mempunyai ayah dan ibu seperti anak-anak lainnya. Kedua orangtua mereka tewas saat banjir melanda kota itu. Saat itu Budi masih berumur 9 tahun. Rumah dan harta mereka semuanya lenyap karena banjir. Saat itu mereka bergelantungan pada sebuah pohon, saling berpegangan, berteriak dan menangis memohon pertolongan. Mereka berdua selamat karena ditolong oleh seorang pria yang melihat mereka. Tuhan memang baik..
        Budi, kini berumur 15 tahun. Dia adalah anak yang bertanggung jawab. Dia telah meninggalkan bangku sekolahnya dua tahun yang lalu. Saat itu, ia memutuskan untuk bekerja menjadi pemulung supaya dapat membiayai hidup mereka berdua. Untunglah, ia bertemu dengan pak Joko, seorang bapak yang baik hati yang mau menolong mereka mendapatkan kerja.
        Andi berumur 11 tahun, kadang-kadang, ia membantu kakaknya mencari barang-barang bekas. Kerasnya kehidupan yang mereka hadapi membuat mereka hidup tidak seperti layaknya seorang remaja yang biasa bermain, berjalan-jalan atau sekolah. Budi dan Andi menjalani hidupnya dengan bekerja, bekerja, dan bekerja. Mereka selalu bersama dan selalu saling mendukung karena mereka tidak mempunyai siapapun sekarang.
        Pagi tiba, matahari, seperti biasanya bersinar kembali membawa hari yang baru. Andi terjaga. Didekatinya Budi dan dibangunkannya “Kak, bangun kak ! sudah pagi kak..” tapi tak ada sahutan yang keluar dari mulut kakaknya. Tubuh kakaknyapun tak bergeming. Andi melihat wajah kakak yang pucat, lemah dan sangat kaku. Tubuhnya juga dingin sekali.

Kaka..bangun kakak..!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar