H.O.R.A.S

Selamat Datang buat anda yang mengunjungi blog ini, Segala informasi dalam blog ini merupakan bantuan dari buku-buku, majalah, dan lain-lain
Semoga blog ini bermanfaat bagi anda ^^.


Minggu, 06 Januari 2013

Renungan Melayani Bersama


PERJUANGAN KITA BERSAMA
2 Timotius 2:1-13
By : Benyaris A Pardosi

Seiring usia bertambah, manusia akan terus berpikir untuk keberlanjutan setiap cita-cita yang sudah, sedang dan akan dikerjakan di kemudian hari. Tidak sedikit yang menghitung-hitung apa yang sudah dicapai, apa yang sudah dimiliki. Sebuah perjuangan keras tentu akan sangat terasa berharga apabila hal tersebut dapat diwariskan dengan baik kepada orang yang tepat. Terpercaya dalam hal kemampuan untuk melanjutkan perjuangan yang sudah kita lakukan, terpercaya akan tanggung jawab dapat menjaga keberlanjutan apa yang kita wariskan dengan baik. Orang Batak banyak mewariskan tanah yang luas kepada anak cucunya, jika pewaris dapat mengembangkan warisan ini dengan baik, disitulah kepuasan dan kebanggaan orang tua yang mewariskannya.  

Injil_ sesuatu yang sangat berharga yang untuknya Paulus telah berjuang keras. Inilah yang telah dikerjakan Paulus selama hidupnya, dan selama mengerjakan bagiannya sebagai hamba Kristus, Paulus mengalami banyak tantangan yang siap mengancam nyawanya. Sebuah warisan berharga yang harus dipelihara oleh penerusnya dikemudian hari. Situasi jemaat yang tidak menentu karena pemerintahan Romawi telah menangkap dan menghukum para pemimpin jemaat termasuk Paulus. Munculnya ajaran-ajaran baru yang berbeda dengan berita kematian dan kebangkitan Kristus membingungkan jemaat. Dalam usianya yang semakin senja, Paulus menuliskan suratnya yang terakhir untuk anaknya dalam Kristus, Timotius (1:2). Paulus mau supaya Injil tidak berhenti, melainkan supaya semakin banyak orang yang mendengar berita itu serta menghidupinya. Paulus sadar bahwa usianya tidak lama lagi, hanya waktu untuk kematianlah yang dinantikannya dalam penjara Romawi.

Ia menyebut dirinya “seorang hukuman karena Dia” (1:8). Kini ia dipenjarakan dalam ruangan bawah tanah dengan sebuah lubang diatasnya untuk cahaya dan udara. Onesiforus dapat menemukannya setelah mencarinya dengan susah payah (1:17), ia terbelenggu (2:9), ia menderita amat sangat karena kehidupan yang sepi, membosankan dan dingin dalam penjara (4:9-13), pemeriksaan pendahuluan perkaranya telah berlangsung (4:16-17). Sekarang ia menunggu perkaranya kan diajukan ke pengadilan, namun ia tidak lagi berharap akan dibebaskan. Hukuman mati dianggapnya tak terelakkan lagi (4:6-8). Timotius, kepada siapa surat itu dialamatkan, dipercayakan tugas kepemimpinan Kristiani, yang tanggung jawabnya jauh diatas kemampuan yang dimilikinya. Paulus menyebut Timotius “anakku yang terkasih dan yang setia dalam Tuhan”, bukan saja karena kasihnya yang besar karena ia berhasil membimbing Timotius menjadi murid Kristus, tetapi juga karena kepercayaannya kepada Timotius sebagai rekan sekerjanya (Roma 16:21) dan saudara seiman kita dan rekan sekerja Allah dalam pemberitaan Injil Kristus.  (1 Tesalonika 3:2). Karena kesetiaannya, dan ketulusannya, Paulus bahkan menyebut  “tidak ada seorangpun padaku seperti dia (Timotius)” (Filipi 2:19-22).
Teruskanlah kebenaran (1-2)
Sebab itu, hai anakku, jadilah kuat oleh kasih karunia dalam Kristus Yesus. Apa yang telah engkau dengar dari padaku di depan banyak saksi, percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain

Pasal 1 berakhir dengan pernyataan Paulus yang penuh dukacita, karena kemurtadan yang meluas di antara umat Kristen di salah satu profinsi Roma, yaitu Asia Kecil (1:15). Kecuali Onesiforus dan keluarganya. Pasal 2 dimulai dengan sebuah desakan supaya Timotius menjadi kuat, tetapi bukan menjadi kuat dengan mengandalkan kekuatan sendiri, namun Timotius supaya kuat oleh anugerah Kristus Yesus. Artinya bergantunglah kepada anugerah Allah, jangan pandang bahwa dirimu lemah, pemalu.  Dalam pasal 1, Paulus mendorong Timotius supaya ia memiliki iman yang teguh dan memlihara Injil sebagai hartanya (1:13-14). Kini ia didesak bukan saja untuk itu, ia juga harus meneruskannya. Ketidaksetiaan jemaat di Asia Kecil mengharuskan Timotius untuk berdiri teguh, maka sekarang ajal Paulus yang sudah mendekat mengharuskan Timotius untuk meneruskan kebenaran itu kepada generasi yang berikut. Dalam penerusan kebenaran ini, Paulus membedakan empat tahap: pertama, bahwa iman adalah sesuatu yang dipercayakan kepadanya oleh Kristus. Itu sebabnya ia menyebutnya “hartaku” (1:12). Kedua, apa yang dipercayakan Kristus kepada Paulus, sekarang dipercayakan kepada Timotius, “apa yang dipercayakan-Nya kepadaku” (1:12), sekarang menjadi apa yang dipercayakan-Nya kepadamu (1:14). Guard the good deposit that was entrusted to you--guard it with the help of the Holy Spirit who lives in us (NIV). Ketiga, apa yang didengarnya dari Paulus, sekarang harus dipercayakan kepada orang-orang yang dapat dipercaya, yang mungkin masih tersisa diantara orang-orang di Asia yang telah meninggalkan Paulus. Keempat, orang-orang yang demikian harus orang-orang yang mampu mengajar orang lain. Inilah keempat tahapan injil yang dibayangkan oleh Paulus, yaitu: dari Kristus kepada Paulus, oleh Allah dari Paulus kepada Timotius, oleh Allah dari Timotius kepada orang-orang yang setia, dan oleh Allah dari orang-orang yang setia kepada orang-orang lain yang belum mendengar Injil.
Dalam bagian pasal ini, Paulus menggunakan kiasan untuk menggambarkan seorang murid Kristus, yaitu: prajurit yang setia, olahragawan yang patuh pada peraturan, dan petani yang bekerja keras.

Kiasan I: Prajurit yang setia
Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus.
Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya
Pengalaman Paulus dalam penjara memberi banyak waktu baginya untuk mengamati prajurit Roma, dan merenungkan persamaan prajurit dengan orang Kristen. Tugas sebagai seorang prajurit tidak lepas dari perjuangan untuk menghadapi resiko, penderitaan. Memusatkan seluruh perhatian untuk berjuang dalam medan peperangan tanpa memusingkan urusan-urusan dalam dirinya, siap siaga menantikan perintah dari komandannya.  Orang Kristen adalah prajurit yang juga terus berjuang dalam peperangan melawan dunia untuk pemberitaan Injil Kristus. Kerealaan untuk meninggalkan kenyamanan, meninggalkan kepentingan keluarga, pekerjaan, perkara-perkara pribadi adalah resikonya. Perjuangan mengerjakan pelayanan bukanlah karena adanya waktu luang yang tersisa, namun karena benar-benar mengorbankan waktu yang seharusnya cukup penting untuk pribadi kita, namun harus mengorbankannya untuk memimpin kelompok selama 2,5 jam. Seoarang prajurit jauh dari kemewahan, kehidupan yang sederhana bahkan berkekurangan sudah biasa baginya. Terus berjuang dalam kondisi baik atau tidak baik, nyaman atau tidak nyaman, seorang prajurit tidaklah sempat memusingkan hal-hal tersebut.

Kiasan II: Olahragawan yang patuh pada peraturan
Seorang olahragawan hanya dapat memperoleh mahkota sebagai juara, apabila ia bertanding menurut peraturan-peraturan olahraga
Kini Paulus beralih dari prajurit kepada gambaran  olah ragawan Yunani. Tidak ada pertandingan dalam olah raga, dimana atlet bisa semaunya menunjukkan keterampilan dan kekuatan masing-masing. Tiap cabang olahraga memiliki aturan mainnya. Tiap pertandingan juga tidak lepas dai hadiah yang diperebutkan. Sehebat apa pun seorang atlet, jika ia tidak mengikuti peraturan yang berlaku dalam pertandingan, mustahil ia bisa mendapatkan hadiah. Seorang atlet melindungi dirinya dari hal-hal yang dapat mengganggu kesehatannya, ia memperhatikan makanan yang baik untuknya. Ia melindungi dirinya dari serangan penyakit yang akhirnya dapat menghalangi dia untuk bertanding. Kehidupan orang Kristen adalah sebuah perjuangan untuk taat pada peraturan, melatih diri untuk disiplin (1 Kor 9:24-27). Perjuangan untuk meninggalkan hal-hal yang tidak berkenan kepada Allah, seperti dosa-dosa yang ada dalam diri kita. Allah sendiri membuat sebuah aturan dalam kehidupan Kristiani yaitu supaya kita hidup kudus. Tujuan akhir dari sebuah perjuangan bukanlah masalah hasil yang didapat, namun yang jauh lebih penting adalah bagaimana kita taat pada aturan ketika berusahan mencapainya. 

Kiasan III: Petani yang bekerja keras
Seorang petani yang bekerja keras haruslah yang pertama menikmati hasil usahanya
Jika ingin memperoleh hasil yang baik, maka petani haruslah bekerja keras tentunya. Kerja keras yang dilakukan akan mempengaruhi hasil yang diperoleh setelah panen. Kehidupan petani biasanya jauh dari keramaian, tidak ada tepukan tangan dari penonton biar sehebat apapun atau setangkas apapun dia mengerjakan bagiannya sebagai seorang petani. Namun ketika panen tiba, maka petani akan menikmati hasilnya dengan kepuasan atas kerja keras selama merawat tanaman sejak mengolah tanah hingga panen. Pekerjaan pemberitaan Injil membutuhkan kerja keras. Kita perlu mengelola hidup kita sehingga menghasilkan buah-buah yang baik yang dapat digunakan lagi untuk melayani orang lain. Tidaklah cukup bagi seorang petani hanya menabur benih, lalu membiarkannya begitu saja tanpa memeriksa kebutuhan air, pupuk, hama, gulma dll. Iman orang Kristen membutuhkan perawatan, pemupukan dengan Firman, siraman dengan doa, penangkalan hama dan gulma dengan persekutuan sesama orang percaya dll. Pelayan Tuhan nerupakan pekerjaan yang tidak mudah, tidak memiliki keinginan untuk menjadi populer, atau mendapat pujian dari orang lain, kita akan menjadi letih, membanting tulang, dan berjuang. Namun ketika harinya tiba untuk menuai, kita akan menikmati sukacita karena Allah sang pemilik ladang akan memberi kita kesempatan pertama untuk menikmati hasil tuaian tersebut bersama sama dengan Dia.
Demikianlah Paulus menjabarkan tiga hal yang harus dimiliki oleh seorang pelayan Kristus, yaitu dedikasi seorang prajurit, kepatuhan seorang atlet kepada peraturan, dan juga kerja keras seorang petani. Tidak ada kemenangan dari seorang prajurit jika ia tidak menyerahkan diri secara total kepada keprajuritannya, tidak ada mahkota yang diperoleh oleh seorang olahragawan jika ia tidak mematuhi aturan pertandingan, dan mustahillah seorang petani akan menikmati hasil yang memuaskan jika ia tidak bekerja keras.

Allah memberi pengertian
7 Perhatikanlah apa yang kukatakan; Tuhan akan memberi kepadamu pengertian dalam segala sesuatu.

Satu hal yang sangat penting untuk dimiliki oleh Timotius adalah pengertian, hikmat. Tentu sumber daripada hikmat dan pengerian ini adalah pengajaran yang disampaikan oleh Paulus dan juga tentunya Tuhan sebagai sumber utama pengajaran tersebut. Dalam bagian ini ada dua proses yang diperlukan untuk memperoleh pengertian tersebut, yaitu proses manusiawi dan proses Ilahi. Pengertian akan Firman Allah tidak hadir dengan sendirinya tanpa mendengarkan atau membaca Alkitab. Mendengarkan atau membaca Alkitab juga tidak secara otomatis membuat kita langsung mengerti akan Firman Tuhan. Dibutuhkan kerendahan hati untuk diajar serta ketekunan untuk mendalaminya, namun juga dibutuhkan penyerahan diri kepada Allah yang memberi Firman untuk pengertian akan apa yang disampaikan-Nya kepada kita.

Penderitaan tak terelakkan
8-13 Ingatlah ini: Yesus Kristus, yang telah bangkit dari antara orang mati, yang telah dilahirkan sebagai keturunan Daud, itulah yang kuberitakan dalam Injilku. Karena pemberitaan Injil inilah aku menderita, malah dibelenggu seperti seorang penjahat, tetapi firman Allah tidak terbelenggu. Karena itu aku sabar menanggung semuanya itu bagi orang-orang pilihan Allah, supaya mereka juga mendapat keselamatan dalam Kristus Yesus dengan kemuliaan yang kekal. Benarlah perkataan ini: "Jika kita mati dengan Dia, kita pun akan hidup dengan Dia; jika kita bertekun, kita pun akan ikut memerintah dengan Dia; jika kita menyangkal Dia, Dia pun akan menyangkal kita;jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya.
Setelah Paulus menyampaikan tiga kiasan yang menjadi contoh bagi seorang murid Kristus, kini ia menunjukkan beberapa pengalaman yang telah dialami Kristus sendiri sebagai hamba Allah (8), kemudian pengalamannya sendiri sebagai rasul Kristus (9-10), dan juga pengalaman semua orang yang memiliki visi yang sama sebagai murid Kristus (11-13). Ayat 8 merupakan bagian dimana Paulus mengingatkan lagi akan penderitaan penyaliban yang dialami Kristus untuk penyelamatan manusia. Paulus seolah menyampaikan kepada Timotius supaya ia tidak malu atau takut menderita, sebab Kristus sendiri sudah mengalaminya. Ayat 9-10 kembali dilanjutkan dengan memberitahukan kepada Timotius penderitaan-penderitaan yang juga dialami Paulus dalam hidupnya sebagai rasul Allah.  Namun dalam penderitaan yang dialami oleh Paulus terkhusus dalam pemenjaraannya, Injil tidaklah mengalami kemunduran. Justru dalam pemenjaraan itu dia memiliki kesempatan untuk meberitakan Firman Tuhan kepada majelis hakim (4:16-17). Sekalipun dia dibelenggu, namun Firman Tuhan tidak terbelenggu. Bagian yang ketiga ayat 11-13, Paulus menegaskan bahwa semua orang percaya juga mengalami hal yang sama, bahwa mereka juga harus menderita untuk Kristus. Bukankah Stefanus juga adalah orang yang martir, bukankah Petrus juga mengalami hal yang sama? Dan banyak orang-orang percaya lainnya yang juga mengalami hal yang sama. Penderitaan di dunia dalam pemberitaan Injil, akhirnya mereka memperoleh mahkota kemuliaan dari Raja yang memiliki pelayanan.

Kita melayani Allah yang sama
Allah yang kini memprcayakan pelayanan ini untuk kita kerjakan bersama adalah Allah yang sama yang juga telah memanggi Paulus untuk menuliskan surat 2 Timotius. Hamba yang juga sudah menderita bagi injil, hamba yang telah mendedikasikan hidupnya untuk kemajuan Injil. Teladan telah ditinggalkannya, melalui dia Allah telah berbicara kepada umat-Nya dari generasi ke generasi. Maka kini bagian kita adalah meresponi panggilan Allah. Perjuangan untuk taat akan hukum-hukum Allah dan melatih diri beribadah, berdoa, bergantung kepada Tuhan seperti seorang atlet. Membayar harga untuk tidak memusingkan kepentingan diri sendiri, dengan siap bertempur bagi kemajuan Injil baik atau tidak baik waktunya seperti seorang prajurit. Bekerja keras seperti petani untuk menghasilkan buah yang manis, tanpa mengharapkan penghargaan atau pujian dari siapapun. Dengan demikian kita ini adalah murid Kristus yang sejati yang kepadanya Allah berjanji akan memberikan mahkota kemuliaan di dalam kerajaan-Nya.
Pelayanan tidak maju oleh karena perjuangan satu orang, pelayanan tidak menjadi berkat jika orang-orang di dalamnya tidak memiliki semangat yang sama, perjuangan yang sama, dan terlebih jika tidak digerakkan oleh satu Visi yang sama. 12 Jika kita betekun, kita pun akan ikut memerintah dengan Dia, jika kita menyangkal Dia, Dia pun akan menyangkal kita. Bertekun menyaksikan Kristus, bertekun memikul salib, bertekun belajar untuk semakin serupa Kristus, itulah perjuangan bersama. Tidak ada satu orangpun yang telah menjadi sempurna atau telah memberi lebih banyak dalam pelayanan ini sehingga ia akan berkata “sudah cukup bagianku”. Tidak ada seorangpun yang lebih berjasa dalam pelayanan ini, sehingga ia akan mengatakan “sekarang bagian kalian melanjutkan”. Tidak ada seorangpun dalam pelayanan ini yang berkata “aku tidak mampu, aku tidak berbakat, kalianlah yang memiliki kemampuan itu disitu”. Jadilah kuat oleh kasih karunia dalam Kristus Yesus. Biar sekeras apapun kita telah berjuang, biar sebanyak apapun kita sudah memberi, jika tidak diserahkan kepada Allah, maka sia-sialah semua yang kita lakukan. Biarlah Allah pemilik pelayanan ini dipermuliakan untuk setiap hal yang kita lakukan bagi Dia dalam pelayanan ini.

Sebab segala sesuatu dalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya (Roma 11:36)

Menyambut Tahun 2013 ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar