10 Realita yang
Membuka Matamu di Usia 25 dan Kamu Harus Bisa Terima
Usia 25 memang berbeda. Di umur yang satu ini semesta
seakan bekerjasama membentukmu jadi pribadi yang lebih dewasa.
Keputusan-keputusan besar harus mulai diambil, tuntutan lebih bertanggung jawab
pada tiap pilihan juga mulai muncul.
Orang bilang saat sudah menginjak usia 25 kamu tak
akan lagi jadi orang yang sama. Ungkapan ini ada benarnya. Sebab, selepas
memasuki usia 25 kita akan dihadapkan dengan banyak realita — yang kadang harus
diterima saja.
1. 25 tahun ternyata tidak selalu
sepaket dengan keberhasilan. Hati yang lapang dan hati yang mau berdamai dengan
keadaan amat kamu butuhkan
Seni hidup adalah berdamai dengan keadaan, dalam hati
yang lapang , Saat masih berada di usia
20-an awal, usia 25 seakan jadi penanda pintu gerbang keberhasilan. Di usia ini
kita sering berharap sudah bisa mendapatkan semua yang menjadi mimpi. Bekerja
di perusahaan ternama dengan gaji tinggi, mendapatkan pasangan yang menenangkan
hati, sampai membahagiakan orangtua yang berjasa selama ini.
Tapi hidup selalu punya plot twist yang
harus dinikmati.
Menjadi 25 tidak selalu sepaket dengan keberhasilan.
Di usia seperempat abad ini bisa jadi kamu masih berjuang dalam pekerjaan yang
gajinya tak sebanyak yang dibayangkan sebelumnya. Tinggal di kost sederhana
sembari menyimpan keinginan menggebu untuk membahagiakan orangtua.
Umur memang tidak selalu sejalan dengan
berjalannya rencana, dan tidak ada yang salah karenanya.
2. Di usia ini pertemanan mulai naik
kelas. Ikatan yang bertahan adalah ikatan yang mampu menembus batas
Ikatan yang mampu bertahan adalah ikatan yang mampu
menembus batas
Satu realita yang harus bisa diterima di umur satu ini
adalah kenyataan bahwa kamu dan rekan-rekan seperjuangan sudah mulai menjalani
hidup sendiri. Kalian tidak lagi bisa bertemu sesering dulu
sebab kesibukan dan tanggung jawab sebagai orang dewasa mengakuisisi
hari-harimu.
Tapi bukan berarti pertemanan berakhir. Hanya saja
definisi perkawanan di usia ini mulai naik kelas. Ikatan pertemanan yang mampu
bertahan adalah ikatan yang kuat menembus batas. Dihadapkan pada terbatasnya
waktu, kesibukan masing-masing yang tak menentu, mereka yang tetap terhubung
memang layak mendapat tempat khusus di hatimu.
3. Kesuksesan kini berubah jadi
lebih sederhana. Ini bukan cuma soal uang saja. Tapi mendapatkan hidup yang
benar-benar bahagia
Hidup bukan cuma soal uang. Tapi bagaimana jadi
bahagia seutuhnya
Transfer gaji setiap tanggal 25 memang membuatmu
merasa lebih berguna sebagai manusia. Bisa memenuhi kebutuhan sendiri
menciptakan rasa bangga di hati. Tapi seiring berjalannya waktu, hidup bukan
cuma soal itu. Ada hal-hal yang lebih penting diperjuangkan demi rasa tenang di
hatimu.
Definisi sukses di usia ini mulai bertransformasi.
Gaji tinggi, tunjangan yang memudahkan hidup tidak langsung menambal lubang
kosong di hatimu. Kebahagiaan (ternyata) tidak selalu datang dari perhitungan
matematis macam itu.
Perlahan kamu akan menyadari. Kesuksesan ternyata
datang dari hal-hal yang lebih sederhana. Seperti punya cukup waktu
untuk menyeimbangkan kesibukan kerja dan waktu bersama orangtua, membangun
keluarga dengan pasangan yang punya visi masa depan serupa, atau sesederhana
bisa naik gunung setiap kepenatan melanda.
4. Hedon seenaknya buatmu sudah lewat
masanya. Menambah tabungan dan memutar penghasilan kini jadi fokus utama
Hedon seenaknya kini sudah lewat masanya
Selepas memasuki usia 25, bekerja, berusaha memenuhi
kebutuhan sendiri — mengeluarkan uang jadi tak sesederhana dulu lagi. Setiap
pengeluaran terjadi, seakan ada kalkulator yang otomatis bekerja di kepalamu.
“Njir, kopi 45 ribu bisa buat makan 2 kali nih!”
“Pasta begini sih gue bisa buat sendiri. 50 ribu bisa
buat beli krim muka, huhu.”
Bukan berarti kamu berubah jadi pribadi yang pelit. Hanya
saja kini sebisa mungkin hidup harus dijalankan dengan lebih irit. Melihat
kawan-kawan yang mulai berkeluarga, kamu pun mulai sadar bahwa beban finansial
akan makin berat di depan sana. Menambah tabungan dan memutar penghasilan harus
dilakukan agar bisa
Di usia ini, beberapa darimu akan iseng-iseng mulai
mencoba usaha. Berjualan di waktu senggang, menjajal
peruntungan dengan menjual barang yang sedang tren di kalangan teman-teman tidak
ogah lagi dilakukan. Tidak ada lagi rasa rikuh mulai mencoba usaha, sebab kamu
mengerti hidup harus diperjuangkan dengan upaya.
5. Ada rasa hormat yang muncul di
hatimu pada mereka yang mau berusaha. Apapun upayanya, mereka jauh lebih
terhormat dari yang tidak melakukan apa-apa
Mereka yang mau berusaha kini jadi lebih terhormat
dari yang tak mau melakukan apa-apa
Semasa kuliah dulu sempat ada pikiran aneh terhadap
mereka yang sibuk mencari uang tambahan di luar kewajiban sebagai mahasiswa.
Mereka yang tanpa malu jualan pulsa, buka pre order hoodie,
sampai menawarkan jasa bikin cupcake dengan frosting warna-warni.
“Apaan sih? Kenapa gak kuliah aja?”, begitu pikirmu saat itu. Baru
setelah mengalami momen membuka mata di usia seperempat abad ini justru kamu
ingin mengangkat topi. Mereka yang punya usaha sampingan dan tidak hanya hidup mengandalkan
gaji adalah pejuang gigih yang harus dihormati.
Hidup di usia ini ternyata harus diperjuangkan segigih
martir yang tak kenal kata nyeri.
6. Di beberapa momen kamu akan
mengikik geli. Semua masalah yang dihadapi saat kuliah tak ada apa-apanya jika
dibandingkan tantanganmu saat ini
Semua masalah yang dihadapi saat kuliah tak ada
apa-apanya jika dibandingkan yang dihadapi saat ini
Saat pekerjaan sedang berat-beratnya, waktu usahamu sedang mengalami momen penurunan
penjualan, ketika dihadapkan pada kewajiban merawat orangtua yang sakit-sakitan
— kamu akan menyadari betapa berat tanggung jawab jadi orang dewasa.
Malu rasanya jika ingat dulu timeline media
sosialmu dipenuhi keluhan. Semua masalah yang dihadapi saat kuliah dulu
ternyata tak ada apa-apanya. Kehidupan nyata lebih keras dari sekadar skripsi,
lebih menantang dari killernya dosen pembimbing skripsi yang
mesti kamu temui seminggu sekali.
7. Hubungan berjalan, cinta selesai,
keputusan diambil. Semenyakitkan apapun rasanya hati — di umur ini kamu
mengerti bahwa hidup hanya harus dijalani
Hubungan berakhir, hidup berjalan, perasaan berubah
Akan ada beberapa momen yang membuatmu enggan beranjak
dari tempat tidur di pagi hari. Putus dari hubungan yang sudah bertahun-tahun
dijalani, mengakhiri impian bersama yang selama ini dicanangkan tinggi —
membuatmu merasa jadi pesakitan yang tak lagi puny ahati.
Tapi di usia ini pula, saat kewajiban sebagai orang
dewasa sudah terpampang di depan mata, akan ada kekuatan yang memaksamu
mengalahkan semua perasaan yang ada. Meski untuk sekian waktu menjalani hari
seperti zombie, langkahmu tak akan berhenti. Di usia ini kamu mengerti bahwa
hidup hanya harus dijalani.
8. Menikah dan berhenti pada
seseorang memang terasa menjanjikan. Tapi kamu tidak HARUS menikah hanya
karena merasa ketinggalan
Sebab pernikahan bukan lomba lari
“Gila ah, pusing banget sama tugas kuliah. Pengen
nikah aja.”
“Kerjaan gue lagi ribet banget. Rasanya pengen resign terus
nikah aja deh.”
Menikah, sempat dipahami oleh dirimu yang lalu
sebagai safe haven yang bisa memberikan solusi bagi semua
permasalahan. Seakan dengan menikah semua kegalauan menemui jalan keluar, tidak
ada lagi masalah yang membuat dahi berkerut dan jantung berdebar.
Berhenti pada seseorang, menetap dan membangun masa
depan bersama memang terasa menjanjikan. Tapi ini bukan keharusan. Toh
pernikahan bukan lomba lari yang mengharuskan adu kecepatan. Jika memang belum
siap dan belum menemukan seseorang yang klik tak perlu memaksakan diri. Masih
ada kebahagiaan dan pemenuhan diri lain yang bisa dilakoni.
9. Mengikuti kata hati atau
membahagiakan orangtua sebenarnya bukan pilihan. Jika diusahakan, keduanya bisa
dicapai bersamaan
Mengikuti kata hati dan membahagiakan orangtua selalu
bisa dijalankan bersamaan
Berontak pada orangtua telah lewat masanya. Di usia
ini emosimu sudah lebih stabil untuk mengerti, mereka hanya ingin kebaikan
mendatangi sang buah hati. Jika dulu mengikuti kata hati atau membahagiakan
orangtua rasanya tak mungkin dilakukan bersamaan, kini hal ini nampak bisa
dijalankan.
Kompartemen dalam otakmu sudah mulai tak lagi terbagi
dalam warna hitam putih. Kebahagiaan pribadi bisa tercapai dengan mengikuti
kebahagiaan orangtua. Melihat wajah bangga mereka, mendengar betapa mereka puas
atas pencapaianmu sebagai manusia .
Orangtua pun ternyata tak sekaku yang kita kira.
Melihat kita mengikuti jalan yang paling menarik hati diam-diam mereka pun
mengerti. Ini adalah hidup yang pada akhirnya berhak kita pilih sendiri.
10. Dalam hati kamu merasa sudah
dewasa. Tapi anehnya di usia seperempat abad ini sesungguhnya kamu belum tahu
apa-apa….
Sebenarnya di usia ini kamu belum tahu apa-apa. And
that’s fine!
Setiap pagi, kamu masih bangun lalu berpikir:
“What am I gonna do with my life? Is this the life I
really want to pursue?”
Pertanyaan soal passion, pekerjaan,
kemapanan, serta misteri pendamping di masa depan tidak serta merta selesai
setelah ulang tahun yang ke 25 datang. Dulu kamu berharap di usia ini seluruh
kegalauan sudah ditemukan seluruh jawabannya. Tapi justru sebaliknya.
Ini baru awal dari perjalanan panjang di etape
selanjutnya. Masih banyak yang harus diusahakan selepas 25, impian tak lunas
dengan sendirinya walau umurmu sudah seperempat abad lamanya. Sesungguhnya kam
belum tahu apa-apa…
Usia 25 memang berbeda, Namun di akhir hari, usia ini
tidak semagis yang selama ini kamu kira. Masih banyak perjuangan yang harus
dilanjutkan setelahnya. Banyak impian yang harus diperjuangkan sekuat yang
dibisa. Dan kadang kamu harus menerima realita saja, tanpa banyak bertanya…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar