H.O.R.A.S

Selamat Datang buat anda yang mengunjungi blog ini, Segala informasi dalam blog ini merupakan bantuan dari buku-buku, majalah, dan lain-lain
Semoga blog ini bermanfaat bagi anda ^^.


Senin, 07 September 2015

Realita



10 Realita yang Membuka Matamu di Usia 25 dan Kamu Harus Bisa Terima

Usia 25 memang berbeda. Di umur yang satu ini semesta seakan bekerjasama membentukmu jadi pribadi yang lebih dewasa. Keputusan-keputusan besar harus mulai diambil, tuntutan lebih bertanggung jawab pada tiap pilihan juga mulai muncul.

Orang bilang saat sudah menginjak usia 25 kamu tak akan lagi jadi orang yang sama. Ungkapan ini ada benarnya. Sebab, selepas memasuki usia 25 kita akan dihadapkan dengan banyak realita — yang kadang harus diterima saja. 

1.    25 tahun ternyata tidak selalu sepaket dengan keberhasilan. Hati yang lapang dan hati yang mau berdamai dengan keadaan amat kamu butuhkan

Seni hidup adalah berdamai dengan keadaan, dalam hati yang lapang , Saat masih berada di usia 20-an awal, usia 25 seakan jadi penanda pintu gerbang keberhasilan. Di usia ini kita sering berharap sudah bisa mendapatkan semua yang menjadi mimpi. Bekerja di perusahaan ternama dengan gaji tinggi, mendapatkan pasangan yang menenangkan hati, sampai membahagiakan orangtua yang berjasa selama ini.

Tapi hidup selalu punya plot twist yang harus dinikmati.
Menjadi 25 tidak selalu sepaket dengan keberhasilan. Di usia seperempat abad ini bisa jadi kamu masih berjuang dalam pekerjaan yang gajinya tak sebanyak yang dibayangkan sebelumnya. Tinggal di kost sederhana sembari menyimpan keinginan menggebu untuk membahagiakan orangtua.
Umur memang tidak selalu sejalan dengan berjalannya rencana, dan tidak ada yang salah karenanya.

2. Di usia ini pertemanan mulai naik kelas. Ikatan yang bertahan adalah ikatan yang mampu menembus batas
Ikatan yang mampu bertahan adalah ikatan yang mampu menembus batas
Satu realita yang harus bisa diterima di umur satu ini adalah kenyataan bahwa kamu dan rekan-rekan seperjuangan sudah mulai menjalani hidup sendiri. Kalian tidak lagi bisa bertemu sesering dulu sebab kesibukan dan tanggung jawab sebagai orang dewasa mengakuisisi hari-harimu.
Tapi bukan berarti pertemanan berakhir. Hanya saja definisi perkawanan di usia ini mulai naik kelas. Ikatan pertemanan yang mampu bertahan adalah ikatan yang kuat menembus batas. Dihadapkan pada terbatasnya waktu, kesibukan masing-masing yang tak menentu, mereka yang tetap terhubung memang layak mendapat tempat khusus di hatimu.

3. Kesuksesan kini berubah jadi lebih sederhana. Ini bukan cuma soal uang saja. Tapi mendapatkan hidup yang benar-benar bahagia
Hidup bukan cuma soal uang. Tapi bagaimana jadi bahagia seutuhnya  
Transfer gaji setiap tanggal 25 memang membuatmu merasa lebih berguna sebagai manusia. Bisa memenuhi kebutuhan sendiri menciptakan rasa bangga di hati. Tapi seiring berjalannya waktu, hidup bukan cuma soal itu. Ada hal-hal yang lebih penting diperjuangkan demi rasa tenang di hatimu.
Definisi sukses di usia ini mulai bertransformasi. Gaji tinggi, tunjangan yang memudahkan hidup tidak langsung menambal lubang kosong di hatimu. Kebahagiaan (ternyata) tidak selalu datang dari perhitungan matematis macam itu.
Perlahan kamu akan menyadari. Kesuksesan ternyata datang dari hal-hal yang lebih sederhana. Seperti punya cukup waktu untuk menyeimbangkan kesibukan kerja dan waktu bersama orangtua, membangun keluarga dengan pasangan yang punya visi masa depan serupa, atau sesederhana bisa naik gunung setiap kepenatan melanda.

4. Hedon seenaknya buatmu sudah lewat masanya. Menambah tabungan dan memutar penghasilan kini jadi fokus utama
Hedon seenaknya kini sudah lewat masanya
Selepas memasuki usia 25, bekerja, berusaha memenuhi kebutuhan sendiri — mengeluarkan uang jadi tak sesederhana dulu lagi. Setiap pengeluaran terjadi, seakan ada kalkulator yang otomatis bekerja di kepalamu.
“Njir, kopi 45 ribu bisa buat makan 2 kali nih!”
“Pasta begini sih gue bisa buat sendiri. 50 ribu bisa buat beli krim muka, huhu.”
Bukan berarti kamu berubah jadi pribadi yang pelit. Hanya saja kini sebisa mungkin hidup harus dijalankan dengan lebih irit. Melihat kawan-kawan yang mulai berkeluarga, kamu pun mulai sadar bahwa beban finansial akan makin berat di depan sana. Menambah tabungan dan memutar penghasilan harus dilakukan agar bisa  
Di usia ini, beberapa darimu akan iseng-iseng mulai mencoba usaha. Berjualan di waktu senggang, menjajal peruntungan dengan menjual barang yang sedang tren di kalangan teman-teman tidak ogah lagi dilakukan. Tidak ada lagi rasa rikuh mulai mencoba usaha, sebab kamu mengerti hidup harus diperjuangkan dengan upaya.

5. Ada rasa hormat yang muncul di hatimu pada mereka yang mau berusaha. Apapun upayanya, mereka jauh lebih terhormat dari yang tidak melakukan apa-apa
Mereka yang mau berusaha kini jadi lebih terhormat dari yang tak mau melakukan apa-apa
Semasa kuliah dulu sempat ada pikiran aneh terhadap mereka yang sibuk mencari uang tambahan di luar kewajiban sebagai mahasiswa. Mereka yang tanpa malu jualan pulsa, buka pre order hoodie, sampai menawarkan jasa bikin cupcake dengan frosting warna-warni.
“Apaan sih? Kenapa gak kuliah aja?”, begitu pikirmu saat itu. Baru setelah mengalami momen membuka mata di usia seperempat abad ini justru kamu ingin mengangkat topi. Mereka yang punya usaha sampingan dan tidak hanya hidup mengandalkan gaji adalah pejuang gigih yang harus dihormati.
Hidup di usia ini ternyata harus diperjuangkan segigih martir yang tak kenal kata nyeri.

6. Di beberapa momen kamu akan mengikik geli. Semua masalah yang dihadapi saat kuliah tak ada apa-apanya jika dibandingkan tantanganmu saat ini
Semua masalah yang dihadapi saat kuliah tak ada apa-apanya jika dibandingkan yang dihadapi saat ini  
Saat pekerjaan sedang berat-beratnya, waktu usahamu sedang mengalami momen penurunan penjualan, ketika dihadapkan pada kewajiban merawat orangtua yang sakit-sakitan — kamu akan menyadari betapa berat tanggung jawab jadi orang dewasa.
Malu rasanya jika ingat dulu timeline media sosialmu dipenuhi keluhan. Semua masalah yang dihadapi saat kuliah dulu ternyata tak ada apa-apanya. Kehidupan nyata lebih keras dari sekadar skripsi, lebih menantang dari killernya dosen pembimbing skripsi yang mesti kamu temui seminggu sekali.

7. Hubungan berjalan, cinta selesai, keputusan diambil. Semenyakitkan apapun rasanya hati — di umur ini kamu mengerti bahwa hidup hanya harus dijalani
Hubungan berakhir, hidup berjalan, perasaan berubah
Akan ada beberapa momen yang membuatmu enggan beranjak dari tempat tidur di pagi hari. Putus dari hubungan yang sudah bertahun-tahun dijalani, mengakhiri impian bersama yang selama ini dicanangkan tinggi — membuatmu merasa jadi pesakitan yang tak lagi puny ahati.
Tapi di usia ini pula, saat kewajiban sebagai orang dewasa sudah terpampang di depan mata, akan ada kekuatan yang memaksamu mengalahkan semua perasaan yang ada. Meski untuk sekian waktu menjalani hari seperti zombie, langkahmu tak akan berhenti. Di usia ini kamu mengerti bahwa hidup hanya harus dijalani. 

8. Menikah dan berhenti pada seseorang memang terasa menjanjikan. Tapi kamu tidak HARUS menikah hanya karena merasa ketinggalan
Sebab pernikahan bukan lomba lari  
“Gila ah, pusing banget sama tugas kuliah. Pengen nikah aja.”
“Kerjaan gue lagi ribet banget. Rasanya pengen resign terus nikah aja deh.”
Menikah, sempat dipahami oleh dirimu yang lalu sebagai safe haven yang bisa memberikan solusi bagi semua permasalahan. Seakan dengan menikah semua kegalauan menemui jalan keluar, tidak ada lagi masalah yang membuat dahi berkerut dan jantung berdebar.
Berhenti pada seseorang, menetap dan membangun masa depan bersama memang terasa menjanjikan. Tapi ini bukan keharusan. Toh pernikahan bukan lomba lari yang mengharuskan adu kecepatan. Jika memang belum siap dan belum menemukan seseorang yang klik tak perlu memaksakan diri. Masih ada kebahagiaan dan pemenuhan diri lain yang bisa dilakoni.

9. Mengikuti kata hati atau membahagiakan orangtua sebenarnya bukan pilihan. Jika diusahakan, keduanya bisa dicapai bersamaan
Mengikuti kata hati dan membahagiakan orangtua selalu bisa dijalankan bersamaan
Berontak pada orangtua telah lewat masanya. Di usia ini emosimu sudah lebih stabil untuk mengerti, mereka hanya ingin kebaikan mendatangi sang buah hati. Jika dulu mengikuti kata hati atau membahagiakan orangtua rasanya tak mungkin dilakukan bersamaan, kini hal ini nampak bisa dijalankan.
Kompartemen dalam otakmu sudah mulai tak lagi terbagi dalam warna hitam putih. Kebahagiaan pribadi bisa tercapai dengan mengikuti kebahagiaan orangtua. Melihat wajah bangga mereka, mendengar betapa mereka puas atas pencapaianmu sebagai manusia .
Orangtua pun ternyata tak sekaku yang kita kira. Melihat kita mengikuti jalan yang paling menarik hati diam-diam mereka pun mengerti. Ini adalah hidup yang pada akhirnya berhak kita pilih sendiri.

10. Dalam hati kamu merasa sudah dewasa. Tapi anehnya di usia seperempat abad ini sesungguhnya kamu belum tahu apa-apa….
Sebenarnya di usia ini kamu belum tahu apa-apa. And that’s fine!  
Setiap pagi, kamu masih bangun lalu berpikir:
“What am I gonna do with my life? Is this the life I really want to pursue?”
Pertanyaan soal passion, pekerjaan, kemapanan, serta misteri pendamping di masa depan tidak serta merta selesai setelah ulang tahun yang ke 25 datang. Dulu kamu berharap di usia ini seluruh kegalauan sudah ditemukan seluruh jawabannya. Tapi justru sebaliknya.
Ini baru awal dari perjalanan panjang di etape selanjutnya. Masih banyak yang harus diusahakan selepas 25, impian tak lunas dengan sendirinya walau umurmu sudah seperempat abad lamanya. Sesungguhnya kam belum tahu apa-apa…
Usia 25 memang berbeda, Namun di akhir hari, usia ini tidak semagis yang selama ini kamu kira. Masih banyak perjuangan yang harus dilanjutkan setelahnya. Banyak impian yang harus diperjuangkan sekuat yang dibisa. Dan kadang kamu harus menerima realita saja, tanpa banyak bertanya…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar