HUBUNGAN TANPA IKATAN
Hubungan
tanpa ikatan atau yang biasa disingkat
HTI ini merupakan suatu hal yang sekarang ini banyak terjadi. Istilah lain
untuk HTI adalah TTM (teman tapi mesra) atau HTS (hubungan tanpa status).
HTI, TTM,
atau HTS ini merupakan hal yang kalau dipikir-pikir memang sedikit aneh. Suatu
hubungan berpacaran, jelas memiliki tujuan yang akan dicapai. Jika memang kedua
orang yang berpacaran telah memiliki kesepakatan bahwa mereka akan menikah,
maka berakhirlah masa berpacaran mereka menuju suatu tahap baru dalam hidup
mereka, pernikahan.
Hanya
saja, jika kemudian HTI, TTM, atau HTS ini yang terjadi, jangankan untuk
mencapai pernikahan, untuk menentukan itu adalah suatu hubungan berpacaran atau
tidak saja sulit dikatakan.
Dalam
kitab Amos dikatakan ; berjalankah dua orang bersama-sama, jika mereka belum
berjanji ? tanpa suatu kesepakatan, jelas akan menimbulkan banyak kebingungan
dalam menjalani hubungan itu. Bahkan juga tidak jelas hal yang dijalani
merupakan suatu hubungan pacaran atau pertemanan.
Jika
suatu hubungan jelas sifatnya, tentu saja setiap pihak yang terlibat di dalamnya
akan lebih mudah untuk menentukan sikapnya. Dengan kejelasan yang ada,
seseorang juga akan lebih dapat menentukan arah hubungannya.
Jika
suatu hubungan adalah jelas pertemanan, tentu saja setiap pihak yang terlibat
bisa memikirkan untuk menjalin hubungan pacaran dengan orang lain. Sebaliknya
jika itu adalah hubungan berpacaran, jelas hal itu tidak bisa dilakukan.
Kondisi
HTI, TTM, atau HTS ini menyulitkan bagi kedua belah pihak yang terlibat untuk
menentukan langkah yang harus diambilnya. Bagaimana jika kedua belah pihak yang
terlibat memang tidak memikirkan untuk berhubungan secara serius ?
Tidak
memikirkan untuk berhubungan secara serius artinya hubungan itu tidak ditujukan
sebagai sarana untuk mencapai pernikahan, jadi memang tidak ada komitmen dan kesepakatan
seperti lazimnya dalam suatu hubungan pacaran, jelas hubungan itu tidak dapat
dikatakan sebagai suatu hubungan berpacaran.
Lalu
kalau memang bukan hubungan berpacaran, tapi memiliki kemiripan dengan pacaran
maka sesungguhnya hal tersebut merupakan suatu kesia-siaan belaka. Mengapa
demikian ? sesuatu yang memang tidak jelas tujuannya, bahkan tidak ada
tujuannya, pada akhirnya hanya akan menyakitkan pihak yang terlibat.
Hal
menarik yang akan terjadi saat salah satu pihak tertarik pada orang lain. Saat
itu pihak, yang satunya tidak dapat berkeberatan akan yang terbentuk, tidak ada
persetujuan bahwa itu adalah suatu hubungan pacaran. Sementara perasaan, waktu,
pikiran yang telah dicurahkan adalah seperti layaknya dalam sebuah hubungan
pacaran, kesia-siaan, sungguh suatu kesia-siaan.
Jika
hanya ingin mencari seseorang yang dapat mengerti, seseorang yang dapat
mendengarkan, seseorang yang dapat disayangi, hal itu dapat dilakukan pada
seorang sahabat. Jadi sungguh-sungguh mengasihi sahabat secara tulus tanpa
embel-embel apapun.
Saya
sungguh mengerti bahwa kebutuhan untuk mengasihi dan dikasihi adalah kebutuhan
yang termasuk sebagai kebutuhan mendasar bagi setiap orang. Hanya saja,
berpacaran itu merupakan suatu proses yang tidak dapat dipaksakan.
Jika
memang belum waktu yang tepat dan bukan dengan orang yang tepat, lalu
dipaksakan untuk seolah-olah berpacaran (hal yang disebut sebagai HTI, TTM,
atau HTS itu tadi), pada akhirnya akan membawa pada hal yang tidak baik pula
pada akhirnya. Memang tidak menutup kemungkinan bahwa HTI, TTM, atau HTS ini
dapat menjadi sesuatu hubungan berpacaran juga pada akhirnya.
Jika
memang kedua belah pihak yang terlibat memang menyadari bahwa mereka tepat
untuk berpacaran, ini memang baik. Dengan demikian ketidakjelasan yang ada
dapat dihilangkan dan dapat menempuh tujuan yang lebih pasti yaitu pernikahan.
Hanya
saja kalau mau dipikirkan lagi, dalam HTI, TTM, atau HTS itu jika memang pihak
yang terlibat seolah-olah sudah seperti berpacaran padahal tidak ada
kesepakatan mengenai hal itu, berarti sudah mencurahkan perasaan pikiran dan
usahanya untuk membuat hal itu seperti hubungan berpacaran pada umumnya.
Jadi
kebutuhan akan mengasihi dan dikasihi, orang yang mendengarkan, orang yang
mengerti, orang yang menemani, dll itu sudah terpenuhi. Kemungkinan besar akan
sulit dari HTI, TTM atau HTS yang sudah berjalan sekian lama untuk beralih ke
hubungan pacaran pada umumnya. Perkecualian adalah jika memang baru berjalan
dalam waktu relatif singkat.
Mengapa
demikian ? bila tanpa komitmen pun ternyata kebutuhan yang ada itu sudah
terpenuhi, maka untuk apalagi komitmen bukan ? oleh karena itu, sangat masuk
akal bahwa dari HTI, TTM atau HTS yang sudah berjalan lama sulit beralih ke
hubungan pacaran yang sesungguhnya.
Siapa
tahu akan ada yang mengajukan pertanyaan demikian, jika memang kebutuhan yang
ada telah terpenuhi, lalu untuk apa komitmen ? bukankah lebih baik jika
menjalani semuanya dengan ringan-ringan saja ? bukankah akan lebih menyenangkan
jika dijaga tetap demikian ?
Di satu
sisi kedengarannya hal itu benar. Hanya saja hal itu berlaku jika segala
sesuatunya berjalan dengan baik-baik saja. Dalam hubungan antara dua orang yang
cukup akrab, entah itu hubungan persahabatan, pacaran, atau hubungan yang
lainnya, sangat wajar timbul konflik.
Pada saat
konflik terjadi, tanpa komitmen apakah suatu hubungan akan tetap berjalan
baik-baik saja ? lagipula tanpa komitmen, tanpa kesepakatan, akan dibawa
kemanakah suatu hubungan ?
Contoh
yang paling mudah adalah pada saat muncul orang ketiga dalam hubungan. Dalam
HTI, TTM, atau HTS ini, apakah kedua belah pihak akan tetap bersama ? bukankah
dengan mudahnya untuk memisahkan diri supaya dapat bersama dengan orang ketiga
ini ?
Dalam
hidup ini sudah banyak ketidakpastian yang terjadi. Jadi tidak perlu ditambah
lagi dengan suatu ketidakpastian yang diakibatkan oleh pilihan Anda. Menjadi
lajang itu memiliki kesenangan dan kesusahannya tersendiri, begitu juga
memiliki pasangan, hanya saja jangan memilih untuk berada di antara keduanya
dengan keputusan Anda untuk HTI, TTM, atau HTS.
Tuhan
Yesus Memberkati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar