Tiba-tiba layar lebar di depan kami mati. Gelap. Namun, tidak ada yang berteriak ketakutan. Seisi ruang bioskop _keep calm_, semua langsung merogoh kantong dan mengambil HP. Sambil menunggu film kembali diputar, mereka membuka berbagai aplikasi di hp-nya.
Ini baru pertama kali saya alami sejak bioskop modern diputar. Dulu film bioskop mati di tengah-tengah cerita adalah wajar karena teknisi harus mengganti rol pita filmnya di proyektor yang mereka pakai.
Setelah 1-2 menit dalam kegelapan, saya berbisik ke anak saya, 'Bapak ke toilet dulu, ya.' Saya keluar di pintu masuk. Di luar terang benderang. Saya colek satpam di situ, "Pak, filmnya mati." Satpam itu kaget. Dia langsung masuk ke dalam ruang bioskop dan memakai gawai internalnya untuk berkoordinasi. Sekembali dari toilet, saya masih melihat Satpam itu di tangga masuk ruang bioskop sedang berkomunikasi dengan bagian teknisinya. Rupanya server mati. Walah, apa jadinya kalau saya tidak memanfaatkan waktu untuk pergi ke toilet, mungkin seluruh orang yang ada di ruang bioskop itu tenang-tenang saja sementara tidak ada orang bioskop yang tahu bahwa servernya mati.
*Mencolek Pengikut Stoa di Athena*
Kalau Yesus menolak ditemui orang Yunani (lihat Yoh 12), Paulus malah mencolek para pengikut filosofi Stoa dan Epikuros di Athena (lihat Kisah Para Rasul 17). Sebenarnya Paulus tidak berencana ke sana. Dia terusir dari Tesalonika dan Berea karena sekelompok orang Yahudi yang tidak menyukainya. Di Athena pun Paulus hanya singgah di kota pelabuhan laut itu untuk menunggu Timotius dan Silas.
Namun, Paulus tidak duduk-duduk manis di teras penginapannya di Athena. Dia jalan-jalan ke pasar, bertukar pikiran di ruang publik. Maka bertemulah dia dengan pengikut Stoa. Mereka jadi ingin tahu dan mengundang Paulus bicara. Di situlah Paulus mengabarkan Injil. Begitu narasinya sampai pada fakta bahwa Yesus bangkit dari kematian, para pengikut Stoa mengejek Paulus. Mereka berbeda jauh dalam pandangan tentang kematian (apalagi kebangkitan!).
Andaikan Paulus hanya duduk manis dan tidak keluar, kita tidak tahu bagaimana pertemuan Injil dengan Stoa. Dionisius, Damaris dkk pun tak akan mengenal keselamatan dalam Kristus. Ketika sahabat saya* mencolek saya tentang hadirnya buku Filosofi Teras saat cetakan ke-6, saya mungkin masih "duduk manis di dalam ruang bioskop kesibukan saya". Namun, ketika saya dengar kabar cetakannya sudah melampaui 40 dalam 4 tahun, "sesuatu sedang terjadi" (hanya 1-2 buku Bina Kasih yang mencapai 20 kali cetak ulang, itupun dalam waktu 40 tahun).
Sekarang giliran saya mencolek Bapak Ibu dan rekan-rekan, untuk saya ajak keluar. Sesuatu sedang terjadi. Stoa sedang mencolek generasi masa kini.** Sebelum banyak penilaian di kepala kita, saya mengajak kita menyimak apa itu filosofi Stoa, bagaimana anak muda sekarang, dalam webinar Bina Kasih "Ada Apa Di Balik Filosofi Teras" Selasa depan. Silakan kontak Nita (WA 08568008796) untuk mendaftarkan diri. Keterangan lain, lihat posturnya.
Si Arman untuk penerbit Bina Kasih, 21 Feb 2023
* moderator webinar Selasa depan
** "...memberikan efek yang sangat dahsyat bagi aku pribadi, karena buku ini aku baca ketika sedang mengalami _quarter-life crisis._ "VP (kutipan komentar dari buku Filosofi Teras).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar