Pengajaran Dari Seorang Penjahat
Pada zaman kekaisaran Romawi, hukuman salib diberikan kepada para pelaku kriminal berat dan pemberontak, atau orang-orang yang tidak layak hidup di tengah-tengah masyarakat. Penyaliban adalah salah satu bentuk hukuman paling kejam yang pernah ada di dunia, karena orang yang disalibkan sangat menderita sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir. Sebelum disalibkan, si terhukum lebih dahulu dibuat jadi bahan ejekan atau dipermain-mainkan, kemudian dicambuk oleh para algojo, setelah itu baru disalibkan. Di kayu salib itu, si terhukum tidak langsung mati, ia sangat menderita sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir karena paku dan posisi anatomi tubuhnya yang tidak normal. Bagi orang Romawi, mati karena disalibkan adalah cara mati yang sangat memalukan.
Ketika Tuhan Yesus disalibkan, ada dua orang penjahat yang disalibkan bersama dengan Dia, seorang di sebelah kanan-Nya dan seorang lagi di sebelah kiri-Nya. Menurut Matius dan Markus, kedua orang penjahat itu adalah penyamun.
Salah seorang dari penjahat yang di gantung itu menghujat Tuhan Yesus, katanya: "Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami!" Padahal dia sedang mengalami siksaan yang luar biasa dan tinggal menunggu ajal. Rupanya, ada manusia yang menghujat Tuhan Yesus meskipun ajal sudah di depan matanya. Pengajaran yang kita peroleh dari sikap penjahat ini adalah: tidak semua orang pada akhir hidupnya mempunyai kesempatan menyerahkan hidupnya kepada Tuhan Yesus.
Tetapi penjahat yang seorang lagi mengaku dirinya adalah orang berdosa yang pantas dihukum, dan berkata kepada Tuhan Yesus: "Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja."
Perkataan penjahat ini menyiratkan bahwa ia percaya akan adanya kehidupan setelah kematian dagingnya; percaya masih ada hukuman baginya setelah menjalani hukuman dunia; dan percaya bahwa Pribadi yang berdaulat membebaskan dia dari hukuman itu kelak adalah Tuhan Yesus.
Kata Yesus kepada penjahat itu: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus."
Pengajaran yang diperoleh dari sikap penjahat di atas adalah: jika seseorang mengaku dirinya adalah orang berdosa yang pantas dihukum; ia percaya masih ada kehidupan dan hukuman setelah kematian daging; ia percaya bahwa Pribadi yang berdaulat membebaskan dia dari hukuman itu adalah Tuhan Yesus; dan akhirnya ia menyerahkan dirinya kepada Tuhan Yesus; maka ia sudah bersama dengan Tuhan Yesus.
Sikap penjahat ini merupakan khotbah abadi sepanjang Alkitab masih ada, dan mengajarkan kepada kita:
1. Pengampunan tersedia bagi manusia yang menyerahkan dirinya kepada Tuhan Yesus, meskipun menurut ukuran manusia dosanya sangat berat.
2. Jangan memandang rendah penjahat, karena pada suatu waktu orang itu mungkin bertobat dan menuntun orang orang berdosa untuk beroleh pengampunan dari Tuhan Yesus, seperti penjahat yang tersalib tadi, ia menuntun kita agar menyerahkan diri kepada Tuhan Yesus.
3. Jangan menghakimi sesama, karena boleh jadi, pada akhir hidupnya ia bersama dengan Tuhan Yesus.
Pengampunan yang inspiratif
BalasHapusBecome the light
BalasHapus