*Relying on the Power of Christ*
[Mengandalkan Kuasa Kristus]
*Roma 7:18, 19, 24,* _"Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik. Aku, manusia celaka !Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini ? Syukur kepada Allah oleh Yesus Kristus, Tuhan kita"._
Disadari atau tidak bahwa dalam diri kita umumnya ada kecenderungan yang kekanak-kanakan untuk memberontak. Kadangkala kita tidak suka diberi tahu apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan. Walaupun demikian, bila kita kaitkan sari kitab Yakobus bahwa jika kita tahu apa yang benar tetapi tidak melakukannya, itu adalah dosa (4:17). Namum dari sisi surat Roma, Rasul Paulus menulis: _“Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat. Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku”_ (7:19-20). Memang kitab Roma 7:14-25 telah menjadi perdebatan di antara para ahli Alkitab. Ada yang berpandangan bahwa ayat-ayat tersebut menggambarkan pergumulan Paulus yang terus-menerus dengan dosa, sebab ayat-ayat tersebut ditulis dalam bentuk waktu sekarang, dan menggunakan kata ganti orang pertama (“aku”). Namun, gambaran Roma 7 mengenai manusia _“di bawah kuasa dosa”_ (ay.14) sulit diselaraskan dengan kondisi manusia yang sudah dimerdekakan dari ikatan dosa yang digambarkan sebagai pemberian Roh bagi semua orang percaya dalam pasal 6 dan 8 (6:17-18; 8:1-2).
Dan kini para ahli meyakini bahwa deskripsi yang terus terang dalam Roma 7 tentang _“berbuat] apa yang tidak aku kehendaki”_ (ay.16) tidaklah menggambarkan pergumulan pribadi Paulus pada waktu itu. Tetapi sebaliknya, kemungkinan ia menggunakan suatu teknik sastra dengan berbicara dalam waktu sekarang untuk mendramatisasi kesia-siaan mencari keselamatan melalui hukum Taurat (8:3). Jadi hanya melalui kuasa Roh Kristus maka orang percaya dapat mengalami kemerdekaan, hidup, dan kedamaian (ay.1-3,6,10). Barangkali sebagai orang percaya, seseorang mungkin bingung dengan pergumulan dalam melawan dosa. Tetapi kita terlalu sering hanya mengandalkan kekuatan diri sendiri untuk melakukan apa yang benar. Tetapi ketika hidup ini berakhir, barulah kita benar-benar mati terhadap kecenderungan berbuat dosa. Walaupun demikian, tetapi sebelum hari tersebut tiba, kita dapat mengandalkan kuasa Kristus, yang telah meraih kemenangan atas dosa lewat kematian dan kebangkitan-Nya. Pada sisi lainnya sepertinya di jaman sekarang ini untuk menemukan orang yang jujur, baik sangatlah susah sekali adanya. Realitanya dimana orang-orang yang telah kedapatan melakukan kesalahan saja, baik sebagai pencuri, sebagai koruptor, pembunuhan, dan sebagainya pun masih tetap berkelit di pengadilan seraya mengaku bahwa mereka orang benar dan tidak bersalah.
Pada kenyataannya, biasanya tidak jarang untuk mencari kambing hitam dengan menyalahkan orang lain. Sehingga pengambilan suatu keputusan mana yang benar maupun salah menjadi sulit karena menjadi semrawut. Tetapi berbeda halnya dengan seorang Rasul Paulus, dimana dalam teks ini, ia terang-terangan mengakui bahwa dirinya selama ini telah hidup dalam dosa. Dia mengakui bahwa sebenarnya Firman yang selama ini menjadi pedoman hidupnya adalah baik. Namun oleh karena keinginan dagingnya sendiri yang membawa dirinya melanggar semua isi Firman. Lalu akibatnya keinginan daging tersebut akan membawa dirinya kepada kematian yang memisahkan dirinya dengan Tuhan. Sebenarnya Rasul Paulus telah memberontak serta menjauh dari tindakan keinginan daging tersebut. Akan tetapi, kuasa dosa lebih kuat dan menjerumuskan dirinya sehingga Paulus melakukan perbuatan yang jahat atau melawan hukum Allah. Dalam batinnya terus bergumul serta ingin lepas dari cengkeraman dosa, tetapi dia tidak sanggup sebab tubuh insaninya telah ditawan oleh kuasa dosa. Sehingga sampai akhirnya Tuhan Yesus dengan anugerah-Nya telah melepaskan Paulus dari ikatan dosa tersebut. Jadi pembenaran oleh Yesus inilah yang nantinya menjadi pedoman hidup Paulus dalam meneruskan hidupnya di dunia ini. Maka Paulus mengambil satu keputusan untuk tidak kembali kepada kehidupan yang lama bergelimang dalam dosa, sebagai manusia celaka.
Kita mari bertekad seperti Rasul Paulus untuk tidak lagi memberi kesempatan untuk hidup lama kita berkuasa kembali atas hidup baru sebagai pemberian kasih karunia Allah. Dalam suatu quotes dinyatakan, _"Maybe God is using the battle we're facing to prepare us for the blessing that's coming"_ [Mungkin Tuhan menggunakan pergumulan yang kita hadapi untuk mempersiapkan kita bagi berkat yang akan datang].
*SEMANGAT PAGI & TETAP SEMANGAT*
Maybe God is using the battle we're facing to prepare us for the blessing that's coming
BalasHapusPagi, Investasi terbaik adalah pada dirimu sendiri. Amin !
BalasHapus