H.O.R.A.S

Selamat Datang buat anda yang mengunjungi blog ini, Segala informasi dalam blog ini merupakan bantuan dari buku-buku, majalah, dan lain-lain
Semoga blog ini bermanfaat bagi anda ^^.


Selasa, 07 Januari 2025

Fondasi Menentukan

 *Determining Foundation*

[Fondasi Menentukan]


*Matius 7:24,* _"Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu"._


Pada suatu perumahan, ada sebanyak puluhan ribu rumah berisiko ambruk oleh sebab fondasinya yang cacat. Karena tanpa disadari, perusahaan beton menggunakan bebatuan dari tambang yang bercampur dengan bahan mineral, setelah beberapa lama menyebabkan betonnya retak dan hancur. Ditemukan fondasi dari sekitar enam ratusan rumah sudah hancur, dan akan besar kemungkinan jumlah tersebut akan bertambah dengan pesat seiring dengan berjalannya waktu. Dari ayat diatas Yesus menggunakan gambaran pembangunan rumah di atas dasar yang rapuh untuk menerangkan akan bahaya yang jauh lebih besar dari tindakan seseorang membangun hidup di atas dasar yang mudah goyah. Dia menjelaskan bagaimana sebagian dari kita membangun hidup di atas batu yang kukuh, sehingga dapat dipastikan bahwa kita akan tetap tegak saat menghadapi badai yang dahsyat. Namun, ada sebagian lagi yang membangun hidup di atas pasir, sehingga ketika angin kencang menyerang, hidup kita ambruk dan _“hebatlah kerusakannya”_ (Matius 7:27). Jadi adanya perbedaan antara membangun di atas fondasi yang kukuh dan dasar yang rapuh terletak pada apakah kita _“melakukan”_ perkataan Kristus atau tidak (ay.26). 


Perenungannya bukan apakah kita mendengar firman-Nya atau tidak, melainkan apakah kita melakukannya sesuai dengan kesanggupan yang telah diberikan-Nya. Kita tahu bahwa ada banyak hikmat yang ditawarkan dunia kepada kita, termasuk ada lagi banyak nasihat serta bantuan, dan sebagian besar di antaranya baik dan bermanfaat. Namun masalah pasti akan timbul apabila kita mendasarkan hidup kita pada landasan apa pun selain dari pada ketaatan dalam kerendahan hati kepada kebenaran Allah. Tentu di dalam kekuatan-Nya, melakukan apa yang Allah firmankan merupakan satu-satunya jalan untuk memiliki kehidupan yang dibangun di atas dasar yang kukuh. Sebagai ilustrasi, biasanya di dalam segala bidang permainan olah raga tidak cukup orang main dengan bermodalkan sekedar punya perawakan yang memadai, hobby, atau dianggap menyenangkan saja.  Selain itu, melainkan sangat amat diperlukan pengenalan tehnik- tehnik dasar dalam setiap permainan yang mau dilakukan. 


Oleh karena kalau tidak orang tersebut akan bermain dengan sembarangan dan tanpa punya bekal dasar-dasar teknik akan bermain dengan tidak maksimal, juga akan gampang di tumbangkan.Nas Alkitab diatas, berbicara tentang dasar yang teguh. Dimana Tuhan Yesus menggambarkannya sebagai rumah yang didirikan di atas fondasi batu karang.  Tentu sejatinya fondasi tersebut sudah paten serta tidak bisa ditawar lagi, sebab mengganti fondasi dengan pasir akan mendatangkan konsekuensi fatal dan menimbulkan kerugian yang sangat besar. Pada saat datang hujan, banjir, disertai angin yang akan menguji ketahanan fondasi tersebut. Jadi fondasi rumah itu akan menjadi penentunya, apakah rumah akan tetap berdiri atau roboh dan rusak berat. Demikian halnya dengan fondasi iman kita perlu dibangun dan diperkuat terus dengan mendengar serta melakukan firman Allah, agar ketika masalah hidup melanda, kita akan tetap teguh berdiri karena iman Kristen kita tertopang dengan baik adanya. Jadi preventif, sebelum badai hidup melanda, mari kita perkuat terus dasar kehidupan kita dengan memberi diri untuk menjadi pelaku Firman Tuhan. Dan janganlah menunggu situasi sulit dan badai hidup melanda, barulah kita tergopoh-gopoh mencari ayat Alkitab mana yang dapat menjadi dasar pegangan ( sudah terlambat !). Kita tetaplah memperbaiki diri untuk rajin dan taat serta setia untuk membaca Firman Tuhan, mendalaminya, menjadi pendengar serta sebagai  pelaku Firman Tuhan yang bijaksana, sehingga kita berbahagia. Raymond Brown dan Kenneth Bailey, menjelaskan bahwa kata berbahagia (Yunani _makarios;_ Ibrani _`asIr_) tidak berarti “berharap-harap” atau “memohon berkat”, melainkan _“menyadari suatu kondisi kebahagiaan atau keberuntungan yang sudah ada, meneguhkan realitas saat ini atau menunjukkan kondisi rohani yang memang sudah ada"._


*SEMANGAT PAGI & TETAP SEMANGAT*










Tidak ada komentar:

Posting Komentar