KELUARGA TEMPAT MEMBANGUN
KARAKTER ANAK YANG BAIK
Roma 1:1-15 , 25 Mei 2025
Setiap orangtua tentu ingin melihat anak-anaknya tumbuh menjadi pribadi yang sukses. Kita bangga ketika mereka meraih prestasi akademik, memenangkan lomba, atau menunjukkan bakat luar biasa. Namun, apakah kecerdasan dan prestasi benar-benar menjamin kesuksesan mereka di masa depan ? Kenyataannya, penelitian membuktikan bahwa faktor utama kesuksesan bukan hanya kecerdasan, tetapi karakter yang kuat.
Seorang anak yang mengalami kasih sayang, perhatian, dan kesempatan untuk bermain serta bersosialisasi akan tumbuh menjadi pribadi yang tidak egois, mudah bergaul dan mampu bekerja sama dengan orang lain. Ini adalah bekal berharga yang akan membantu mereka menghadapi dunia kerja dan kehidupan bermasyarakat. Sayangnya, di era digital saat ini, banyak anak justru kehilangan kesempatan untuk mengembangkan karakter yang baik karena terlalu sibuk dengan dunia maya.
Teknologi memang membawa banyak manfaat, tetapi juga bisa menjadi ancaman jika tidak digunakan dengan bijak. Kita sering melihat bagaimana anak-anak dan remaja menghabiskan lebih banyak waktu didepan layar gawai daripada berinteraksi dengan keluarga atau teman-teman mereka. Bahkan, sesama anggota keluarga bisa duduk bersama tetapi tidak saling berbicara karena masing-masing sibuk dengan ponselnya. Jika dibiarkan, anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang sulit berkomunikasi, kurang empati, dan sangat bergantung pada informasi di dunia maya daripada didikan orangtua mereka sendiri.
Sebagai orangtua, kita tidak bisa hanya mengandalkan pendidikan formal atau sekolah minggu untuk membentuk karakter anak-anak kita. Waktu yang mereka habiskan dirumah jauh lebih banyak, dan disanalah mereka belajar nilai-nilai kehidupan. Jika kita tidak menyediakan waktu untuk mereka, maka dunia luar yang akan mengisi hati dan pikiran mereka.
Firman Tuhan memberi peringatan yang serius : “Barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil yang percaya ini, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia dibuang ke dalam laut.” Ini menunjukkan betapa besar tanggung jawab kita sebagai orangtua dalam mendidik anak-anak kita. Jika kita lalai, kita bukan hanya membiarkan mereka tersesat, tetapi juga kehilangan kesempatan untuk membentuk mereka menjadi pribadi yang berkenan di hadapan Tuhan.
Mari kita kembali menjadikan keluarga sebagai tempat utama untuk membangun karakter anak-anak kita. Ajak mereka berinteraksi lebih banyak di dunia nyata, ajarkan mereka nilai-nilai kehidupan yang benar, dan berikan perhatian serta kasih sayang yang tulus. Teknologi boleh berkembang, tetapi jangan sampai menggantikan peran kita sebagai orangtua yang seharusnya menjadi teladan bagi mereka. (DD)
Questions :
1. Apakah Anda lebih fokus pada prestasi akademik anak dibandingkan karakter mereka ? Mengapa ?
2. Seberapa sering Anda meluangkan waktu berkualitas dengan anak-anak Anda tanpa gangguan teknologi ? Diskusikan !
Values :
Perhatian utama Sang Raja sejak penciptaan adalah membangun keluarga yang damai dan harmonis.
“Barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil yang percaya ini, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia dibuang ke dalam laut (Markus 9:42)”
Keteladanan yang baik dari orang tua adalah jalan bagi anak-anak agar tidak tersesat saat menempuh jalan kehidupan.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar