H.O.R.A.S

Selamat Datang buat anda yang mengunjungi blog ini, Segala informasi dalam blog ini merupakan bantuan dari buku-buku, majalah, dan lain-lain
Semoga blog ini bermanfaat bagi anda ^^.


Selasa, 10 Juni 2025

Renungan Lengser Keprabon

 

LENGSER KEPRABON

Roma 14, 9 Juni 2025

Istilah “lengser keprabon” atau turun takhta pernah dipopulerkan oleh Presiden Suharto. Saat itu, ia juga bercanda bahwa dirinya adalah orang yang “TOP” - Tua, Ompong, Peot. Sayangnya, tidak banyak yang menyadari bahwa ucapan ini merupakan isyarat bahwa ia telah uzur dan siap digantikan. Ketika ia menyatakan keinginannya untuk “lengser keprabon madeg pandito”, para pembantunya justru mendorongnya untuk tetap berkuasa. Pak Harto masih pantas menjadi presiden dan masih dikehendaki rakyat,” kata Menteri Penerangan Harmoko saat itu. Kala itu, belum ada batasan masa jabatan presiden hanya dua periode seperti sekarang.

Perubahan memang bukan naluri wajar manusia, artinya manusia tidak suka perubahan. Apalagi kalau sedang berkuasa. Manusia biasanya berubah karena dipaksa keadaan. Dan benar Pak Harto akhirnya “lengser keprabon” karena situasi yang memaksa.

Baru-baru ini, seorang pendeta dari Gereja Pentakosta Karismatik dengan sukarela menyerahkan kepemimpinan pada usia 60 tahun. Keputusan ini menuai berbagai reaksi, baik pro maupun kontra. Namun, bagi mereka yang telah memasuki usia lanjut, hal ini seharusnya menjadi bahan perenungan. Sudah siapkah kita untuk menanggalkan mahkota dan menyerahkan tugas kepada penerus ? Atau kita akan dipaksa oleh keadaan untuk mundur dari jabatan kita ?

Dalam sejarah Alkitab, tidak banyak contoh regenerasi kepemimpinan yang baik. Musa tidak memiliki penerus dari keturunannya, begitu pula Nabi Samuel. Keturunan Raja Daud setelah Salomo justru mengalami kemunduran dan perpecahan. Namun, para rasul memiliki strategi berbeda. Rasul Yohanes, misalnya, memiliki murid seperti Polikarpus, yang kemudian melatih Ignatius, Paplas, dan Irenaeus. Mereka semua menjadi pemimpin gereja pada zamannya.

Regenerasi bukanlah sesuatu yang terjadi secara alami. Ia harus direncanakan dan dipersiapkan dengan matang. Banyak gereja, organisasi, bahkan perusahaan besar mengalami kemunduran setelah ditinggalkan pemimpin karismatik mereka tanpa adanya penerus yang siap.

Menjadi tua adalah kepastian, tetapi menyiapkan generasi penerus adalah tanggung jawab kita. Jadilah pemimpin yang bijaksana, seperti singa tua yang sadar bahwa kekuatannya telah berkurang, tetapi tetap dihormati karena telah menyiapkan banyak singa muda yang tangguh. Semoga ! (DD)

 

Questions :

1. Menurut Anda apakah menyiapkan generasi penerus adalah hal mudah ? Jelaskan !

2. Apa akibat jika generasi penerus tidak dipersiapkan ? Bagaimana cara mempersiapkannya ? Diskusikan !

 

Values :

Sebagai warga Kerajaan kita harus meneladani Sang Raja, yaitu menyiapkan murid sebagai penerus legacy kita.

 

“Aku berkata kepadamu : Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah (Yohanes 12:24)”

 

 

Kesuksesan yang kita capai akan bernilai kekal jika berhasil menyiapkan pewaris yang siap meneruskan dan mengembangkan legacy kita.










2 komentar:

  1. “Aku berkata kepadamu : Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah (Yohanes 12:24)”

    BalasHapus
  2. Kesuksesan yang kita capai akan bernilai kekal jika berhasil menyiapkan pewaris yang siap meneruskan dan mengembangkan legacy kita.

    BalasHapus