Selamat pagi semua saudara dalam Kristus.
*‘Apakah engkau melihat jalan sempit itu? Itulah jalan yang harus engkau ambil.*
17 JULI
*Kelepasan sang musafir*
*“Sebab kesalahanku telah menimpa kepalaku; semuanya seperti beban berat yang menjadi terlalu berat bagiku”*
Mazmur 38:4
Penulis bermimpi, dan melihat seorang laki-laki berpakaian kumal berdiri di suatu tempat, dengan satu buku di tangannya, dan satu beban berat di punggungnya.
Ia membuka buku itu, dan sambil membaca ia menangis, gemetaran dan dengan suara lirih meratap, *‘apa yang harus saya lakukan supaya selamat?’*
Seorang bernama _Evangelist_ (Penginjil) mendekat kepadanya dan bertanya, ‘mengapa engkau menangis?’
Ia menjawab, buku di tangan saya ini, memperlihatkan *bahwa saya ditetapkan untuk mati, dan beban di punggung saya ini akan menenggelamkan saya lebih dalam dari kuburan.’*
Kemudian berkatalah _Evangelist_, *“Larilah dari murka mendatang. Mendakilah, jangan menyimpang, langsung ke terang yang bersinar di pintu yang sempit, dan di sana engkau akan diberitahu apa yang harus engkau lakukan."*
Isteri dan anak-anak sang musafir menyusul di belakang sambil menangis memintanya untuk kembali, tetapi sang musafir terus berlari sambil berseru, *‘Hidup! Hidup kekal!’*
Demikianlah dalam proses waktu selanjutnya, Christian, sang musafir itu tiba di muka pintu, dan di pintu itu terpampang kata-kata, *“Ketuklah, dan pintu akan dibukakan bagimu”*.
Dia mengetuk, dan bertanya, ‘bolehkah saya masuk sekarang? *Saya datang dari kota Kebinasaan dan tujuan saya ke Bukit Sion, supaya saya dapat dilepaskan dari murka mendatang.’*
Di pintu gerbang itu si Baik Hati berkata, *‘Apakah engkau melihat jalan sempit itu? Itulah jalan yang harus engkau ambil.*
Engkau dapat membedakan jalan benar dari yang salah dengan cara ini: *jalan yang benar senantiasa sulit dan sempit.’*
Jalan raya yang harus dijalani oleh Christian dipagari tembok di kedua sisinya, dan tembok itu dinamakan *Keselamatan*.
Dengan berlari Christian mendaki jalan itu dengan penuh kesulitan karena beban berat di punggungnya. Ia terus berlari sampai tiba di satu tempat yang agak menanjak, dan di tempat itu terpancang sebuah *salib,* dan sedikit jauh di bawahnya terdapat sebuah *kuburan.*
*Begitu Christian tiba di depan salib, ikatan bebannya terputus dan beban itu terlepas dari punggungnya dan jatuh menggelinding sampai ke mulut kuburan itu dan masuk ke dalamnya, dan beban berat itu tidak lagi terlihat.*
John Bunyan (1628-1688), The Pilgrim’s Progress, hlm 1-36.

Sang Raja berkorban di kayu salib untuk mengembalikan “kasih yang terhilang”.
BalasHapus“Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus (19) dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun Ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah (Efesus 3:18-19)”
BalasHapus