H.O.R.A.S

Selamat Datang buat anda yang mengunjungi blog ini, Segala informasi dalam blog ini merupakan bantuan dari buku-buku, majalah, dan lain-lain
Semoga blog ini bermanfaat bagi anda ^^.


Selasa, 03 Juli 2012

INVENTARISASI JENIS-JENIS SORTIMEN DI U.D MEGA TATA



PENDAHULUAN
Latar Belakang
            Salah satu program pemerintah adalah pembangunan perumahan yang layak bagi seluruh warga negara. Kelayakan tersebut meliputi kekuatan, keawetan dan ekonomis. Untuk mendukung kelayakan tersebut perlu dirujuk berbagai peraturan yang terkait seperti PKKI tahun 1961 pada waktu perencanaan yang dilakukan oleh perancang. Salah satu bahan yang penting untuk hal ini adalah kayu bangunan yang berasal dari hutan, suatu sumber daya alam yang dapat diperbaharui. Sampai beberapa dekade pemenuhan kebutuhan kayu dipasok dari hutan alam, yang berdiameter besar dan mempunyai sifat yang lebih baik dibandingkan dengan tanaman sejenis dari hutan tanaman. Namun setelah tahun 2000 pasokan kayu dari hutan alam menurun, dan digantikan oleh kayu dari hutan tanaman. Produksi kayu tahun 2000-2006 mencapai 24.3 juta m3, di mana 60%-nya berasal dari hutan tanaman (Departemen Kehutanan, 2007). 

Hal penting yang harus diperhatikan dalam perencanaan pemanfaatan kayu dari hutan tanaman adalah data teknis sifat kayu. Seperti dikemukakan oleh Martawijaya (1990), kayu dari hutan tanaman umumnya mempunyai sifat yang inferior dibanding kayu sejenis dari hutan alam (Abdurachman dan Hadjib, 2009).

Mengenal atau menentukan suatu jenis kayu, tidak selalu dilakukan dengan cara memeriksa kayu dalam bentuk log (kayu bundar), tetapi dapat dilakukan dengan memeriksa sepotong kecil kayu. Penentuan jenis kayu dalam bentuk log, pada umumnya dengan cara memperhatikan sifat-sifat kayu yang mudah dilihat seperti penampakan kulit, warna kayu teras, arah serat, ada tidaknya getah dan sebagainya. Penentuan beberapa jenis kayu dalam bentuk olahan (kayu gergajian, moulding, dan sebagainya) masih mudah dilakukan dengan hanya memperhatikan sifat-sifat kasar yang mudah dilihat. Sebagai contoh, kayu jati (Tectona grandis) memiliki gambar lingkaran tumbuh yang jelas). Namun apabila kayu tersebut diamati dalam bentuk barang jadi dimana sifat-sifat fisik asli tidak dapat dikenali lagi karena sudah dilapisi dengan cat, maka satu-satunya cara yang dapat dipergunakan untuk menentukan jenisnya adalah dengan cara memeriksa sifat anatomi/strukturnya. Demikian juga untuk kebanyakan kayu di Indonesia, dimana antar jenis kayu sukar untuk dibedakan, cara yang lebih lazim dipakai dalam penentuan jenis kayu adalah dengan memeriksa sifat anatominya (Rukmayadi, 2008). 

Kayu memiliki warna-warna alami yang bervariasi. Umumnya kayu gubal berwarna lebih muda atau lebih terang dibandingkan kayu teras. Kayu yang berasal dari pohon yang lebih tua dapat mempunyai warna yang lebih tua (lebih gelap) dibandingkan dengan kayu yang basah. Kayu yang kering berbeda warnanya apabila dibandingkan dengan kayu yang basah. Kayu yang sudah lama tersimpan ditempat terbukawarnannya bisa lebih terang atau lebih gelap dibandingkan dengan kayu segar, ini tergantung dari keadaan (Pandit dan Ramdan, 2002).

Tujuan
Kegiatan survei industri penggergajian bertujuan untuk mengetahui cacat kayu tiap sortimen pada suatu industri. Oleh karena itu, keberadaan industri penggergajian penting diketahui dalam pengolahan kayu. Kota Medan merupakan salah satu kota besar yang memiliki sejumlah industri penggergajian, baik itu skala kecil, sedang, dan besar yang dapat dijadikan kawasan survei industri penggergajian.

TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Umum
Yang disajikan adalah informasi mengenai kelas kayu berikut :
  1. Ukuran kayu standar yang direkomendasikan;
  2. Sistem kelas kayu berdasarkan sifat kekuatan dan keawetannya;
  3. Daftar spesies umum berikut kelas kekuatan dan keawetannya;
  4.  Informasi mengenai sifat-sifat kualitas visual yang diperbolehkan untuk kayu struktural.
Untuk menghasilkan suatu balok kayu laminasi yang memenuhi standar struktur, pada proses perancangan salah satu faktor yang perlu diperhatikan adalah proses pengempaan. Proses pengempaan ini ditujukan untuk menghasilkan garis perekat setipis mungkin, bahkan mendekati ketebalan molekul bahan perekat, karena kekuatan meningkat seiring berkurangnya tebal garis rekatan. Pengempaan yang terlalu rendah menyebabkan cacat perekatan, seperti melepuh, perekat tebal, dan pecah muka. Pengempaan terlampau tinggi juga menyebabkan cacat perekatan seperti kurang perekat atau tembus akibat penetrasi berlebih. Penelitian mencari besar tekanan kempa optimum yang menghasilkan kekuatan lentur maksimum pada balok kayu laminasi dengan kombinasi kayu Keruing dan Meranti (DepHut, 2008).

Ukuran Kayu
·         Kayu biasanya dipotong dengan ukuran standar dalam kelipatan 5 cm dan 7 cm , misalnya 5 cm x 5 cm, 5cm x 7 cm, 5 cm x 10 cm, 15 cm x 10 cm;
  • Untuk kayu yang mendapat beban berat direkomendasikan yang berukuran besar, misalnya 10 cm x 5 cm, 10 cm x 10 cm dan 15 cm x 10 cm;
  • Untuk kayu yang tidak mendapat beban berat dapat berukuran 5 cm x 5 cm dan 5 cm x 7 cm;
  • Umumnya dianjurkan menggunakan kayu lapis 12 mm untuk lantai dan 4 mm untuk dinding dalam.
Semua ukuran segiempat yang biasanya digunakan untuk kayu dengan beban berat, misalnya berukuran 10 cm x 5 cm, 12 cm x 12 cm, 15 cm x 15 cm, 20 cm x 10 cm, 30 cm x 15 cm, dsb. Persyaratan kelas kayu secara visual berhubungan dengan sifat visual yang dapat diterima untuk kayu konstruksi. Persyaratan tersebut bisa digunakan di samping uji kelas untuk kekuatan dan keteguhan kayu.

Kelas Kuat Struktural
Kayu dengan kelas kuat yang lebih tinggi ditempatkan di bagian tepi yang menahan tegangan yang besar, sedangkan kayu dengan kelas kuat yang lebih rendah ditempatkan di tengah, pada bagian yang akan menerima tegangan lebih kecil. Sistem kelas yang memilah kayu berdasarkan kuat strukturalnya disajikan pada tabel berikut :

Keteguhan lentur maksimum merupakan ukuran langsung kekuatan kayu. Namun demikian, keteguhan lentur maksimum tersebut hanya dapat diukur dengan ujicoba yang merusak. Berat jenis dan ketahanan terhadap tegangan (kekakuan) digunakan sebagai pendekatan untuk mengukur kekuatan. Parameter-parameter tersebut secara langsung berhubungan dengan kekuatan, tetapi hubungan tersebut berbeda menurut spesiesnya.       

Sifat mekanis merupakan kekuatan dan ketahanan terhadap perubahan bentuk suatu bahan, sedangkan kekuatan adalah kemampuan suatu bahan untuk memikul beban atau gaya yang bekerja padanya. Sifat mekanis biasanya merupakan ciri terpenting dari produk kayu yang akan digunakan untuk bahan bangunan gedung (Haygreen dan Bowyer, 1982). 

Penggunaan struktural adalah setiap penggunaan di mana sifat mekanis merupakan kriteria pertama untuk pemilihan bahan. Penggunaan struktural produk kayu antara lain meliputi palang lantai, kaso, kuda-kuda, tiang, anak tangga dan rangka perabot rumah tangga. Dua istilah dasar yang digunakan dalam mekanika, yaitu tegangan dan regangan. Tegangan adalah gaya yang tersebar per satuan luas. Tegangan terjadi apabila suatu bagian bertindak terhadap yang lain untuk melaksanakan suatu gaya. Regangan akan terjadi apabila tekanan dikenakan pada suatu benda padat. Apabila tekanan yang dikenakan tidak melampaui suatu tingkat yang disebut batas proporsi, terdapat hubungan garis lurus antara besarnya tegangan dengan regangan yang dihasilkan. Beberapa sifat kekuatan kayu berhubungan erat dengan kerapatannya. Misalnya keteguhan lentur statis dan keteguhan tekan sejajar serat maksimum meningkat secara linier dengan kenaikan kerapatan kayu. Sedangkan sifat kekuatan kayu lainnya meningkat secara fungsi pangkat (Tsoumis, 1976).

METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Kegiatan wawancara ini dilaksanakan pada hari Senin, 21 Februari 2011. Tempat pelaksanaannya di  UD. Mega Tata Pasar 3 Padang Bulan, Medan, Sumatera Utara.
Bahan dan Alat
            Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah Kamera digital, Kuesioner, Alat tulis  

Prosedur
Metode yang digunakan dalam inventarisasi sortimen-sortimen kayu sebagai bahan bangunan yaitu wawancara langsung dan menggunakan kuesioner. Wawancara dilaksanakan dengan pemilik panglong, sekretaris dan para tenaga kerja panglong tersebut.


HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
            Hasil yang diperoleh dari survei berupa gambar dan data pengamatan cacat kayu yang disajikan berikut ini.
1.      Pecah  (shake)
Pecah pada muka kayu disebabkan karena permukaan kayu gergajian mengering lebih cepat daripada bagian dalamnya. Permukaan kayu tersebut menyusut sedangkan bagian dalam tetap berada pada keadaan normal. Serat – serat kayu dipaksa merenggang oleh tegangan yang tidak merata di permukaan.

2.      Retak (checks)
Retakan bisa timbul memanjang dalam kayu. Semua itu bisa disebabkan oleh angin kencang yang menerpa selagi pohon tumbuh atau oleh benturan yang terjadi sewaktu pohon ditebang. Serat-serat dari gelang-gelang tahun yang berdampingan di mana terdapat sel yang bervariasi, menjadi robek.

3.      Mata kayu (knots)
Mata kayu merupakan bagian dari cabang atau ranting yang dikelilingi oleh pertumbuhan kayu secara alami, apabila diiris melintang, akan menghasilkan bentuk yang bulat, lonjong atau memanjang. Mata kayu dibedakan menjadi empat yaitu, mata kayu sehat, mata kayu tidak sehat, mata kayu busuk, dan lubang mata kayu.

4.      Lubang serangga
Kerusakan kayu oleh serangga terutama disebabkan oleh jenis rayap dan kumbang bubuk. Serangan dapat terjadi pada pohon yang masih berdiri, kayu bulat yang sudah ditebang, kayu gergajian, dan produk peralatan dari kayu di dalam penyimpanan maupun dalam pemakaian. Serangga ditandai dengan adanya lubang-lubang atau gerekan menyerupai saluran di permukaan kayu.

5.      Perubahan warna
Setelah sebatang pohon ditebang, terdapat kemungkinan ia akan langsung diserang oleh jamur atau serangga. Jamur-jamur yang mengakibatkan terbentuknya noda-noda dan melunturnya warna kayu, tidak merusak susunan kayu itu sendiri, mereka hidup dai apa-apa yang terdapat dalam sel-sel kayu gubal dan bukan merusak dinding sel-sel tersebut.

6.      Serat miring
Serat miring merupakan serat kayu yang arahnya tidak sejajar dengan sumbu kayu. Serat miring dapat disebabkan oleh faktor alami dan cara menggergaji antara lain kayu yang meruncing digergaji tidak sejajar kulit.


7.      Busuk
Kayu busuk dapat disebabkan oleh bakteri atau jamur. Keadaan kayu yang ditandai dengan buram/ tidak bercahayanya warna kayu, seperti terdapat lumut yang berwarna kehitaman, berkurangnya kekuatan dan terjadinya pelunakan pada kayu.

8 Membusur (bowing)

Membusur (bowing) merupakan melengkung kayu pada arah panjang. Kayu yang membusur umumnya disebabkan karena jarak sticker (penggalang) terlalu lebar, sehingga kayu melengkung akibat beratnya sendiri.
Tabel 1. PKKI (Peraturan Konstruksi Kayu untuk Indonesia)
No
Suku
 (Famili)
Nama Botanis
Nama dalam perdagangan
Kelas Kuat
BD Kering udara (g/cm3)
Kelas Awet
Min
Maks
Rata-rata
1
Araucariaceae
Agathis borneensis
Agathis (dammar)
III
0.36
0.64
0.47
IV
2
Caesal piniaceae
Koompassia malaccensis
Kempas (Mengeris)
I-II
0.68
1.29
0.95
III-IV
3
Diptorecarpaceae
Shorea Sp
Meranti
II-IV
0.29
1.09
0.55
II-III


DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, S.S. 1990. Kimia Kayu. Pusat Antar Universitas. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Batubara, R. 2009. Nilai pH dan Analisis Kandungan Kimia Zat Ekstraktif beberapa Kulit Kayu Yang Tumbuh DiKampus USU, Medan. USU Press. Medan.

Pandit dan Ramdan. 2002. Anatomi Kayu. ITB : Bandung

Setiadi, A dan Sofyan, K. 2010. Sifat Kimia Beberapa Jenis Kayu. Teknologi Hasil Hutan Fahutan. Fakultas Kehutanan IPB.

Sjostrom, E. 1981. Kimia Kayu Dasar-dasar dan Penggunaan Edisi 2 (Terjemahan). Yogyakarta. Gadjah Mada Universuty Press.

Tsoumis, G. 1976. Kayu Sebagai bahan Baku. Proyek Penterjemahan Literatur   Kehutanan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar