DAS di Indonesia
- DAS Ujung Kulon, meliputi wilayah bagian Barat Kabupaten Pandeglang (Taman Naional Ujung Kulon dan sekitarnya), Banten
- DAS Cibaliung-Cibareno, meliputi bagian Selatan wilayah Kabupaten Pandeglang dan bagian selatan wilayah Kabupaten Lebak; Banten
- DAS Ciujung-Cidurian, meliputi bagian Barat wilayah Kabupaten Pandeglang; Banten
- DAS Rawadano, meliputi sebagian besar wilayah Kabupaten Serang dan Kabupaten Pandeglang; Banten
- DAS Teluklada, meliputi bagian Barat wilayah Kabupaten Serang dan Kota Cilegon; Banten
- DAS Cisadane-Ciliwung, meliputi bagian Timur wilayah Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang.
- DAS Sunter dengan luas 65,37 KM2
- DAS Cipinang dengan luas 52,54 KM2
- DAS Krukut dengan luas 8898 ha
- DAS Gogol dengan luas 5728 ha
- DAS Pesanggrahan dengan luas 10937 ha
- Daerah Aliran Sungai (DAS) Cipinang dengan luas 52,54 Km2
- DAS Kali Buaran = 11,12 Km2;
- DAS Kali Jatikramat = 16,42 Km2
- DAS Kali Cakung = 33,88 Km2;
- DAS sebelum inlet Sunter dengan luas DAS 53,33 km2
- DAS sesudah inlet Jatikramat dengan luas 150,59
- DAS sesudah inlet Sunter dengan luas 118,69
- DAS sesudah inlet Cakung dengan luas 193,90
- DAS Kali Brantas mempunyai DAS seluas 11.800 km² atau ¼ dari luas Provinsi Jatim.
- DAS Opak dengan luas 218,7754 ha di Kabupaten Bantul
- DAS Progo menempati luas 87,875 ha di kabupaten Bantul
- DAS Oya menempati lahan seluas 16,9125 ha di kabupaten Bantul
- DAS Cimanuk dengan luas 363.794,051 ha, di Jawa Tengah
- DAS Cilalanang DS dengan luas 65.598,690 ha di Jawa Tengah
- DAS Cipanas DS dengan luas 82.162,799 ha di Jawa Tengah
- DAS Ciwaringin DS dengan luas 100.426,658 ha di Jawa Tengah
- DAS Ciberes DS dengan luas 80.444,224 ha di Jawa Tengah
- DAS Cisanggarung dengan luas 88.065,685 ha di Jawa Tengah
- DAS Citanduy dengan luas 358.958,031 ha di Jawa Tengah
- DAS Cimeneng DS dengan luas 94.537,518 ha di Jawa Tengah
- DAS Nusakambangan dengan luas 12.864,475 ha di Jawa Tengah
- DAS Tanah Timbul dengan luas 376,694 ha di Jawa Tengah
- DAS Cijulang DS dengan luas 41.672,332 ha di Jawa Tengah
- DAS Cikaengan DS dengan luas 46.406,640 ha di Jawa Tengah
- DAS Cikandang DS dengan luas 59.916,633 ha di Jawa Tengah
- DAS Cikembulan dengan luas 14.144,143 ha di Jawa Tengah
- DAS Cilangla dengan luas 39.771,368 ha di Jawa Tengah
- DAS Cilayu dengan luas 27.538,016 ha di Jawa Tengah
- DAS Cimedang DS dengan luas 67.339,649 ha di Jawa Tengah
- DAS Cipatujah DS dengan luas 21.970,565 ha di Jawa Tengah
- DAS Ciputrapinggan DS dengan luas 13.461,250 ha di Jawa Tengah
- DAS Cisanggiri DS dengan luas 47.657,600 ha di Jawa Tengah
- DAS Ciwulan dengan luas 115.587,143 ha di Jawa Tengah
TUGAS OPTIMASI HASIL HUTAN
JENIS BANGUNAN “MULTISTORY”
Bangunan bertingkat (Multistory buiding) mengarahkan untuk
meningkatkan area bangunan dengan tujuan menghemat penggunaan daratan dan dalam
banyak kasus berupa uang ( tergantung pada material menggunakan lahan (tanah)
dan harga tanah di dalam area). Penggolongan Cina untuk
arsitektur yakni lou (Multistory building)
istilah bagi bangunan bertingkat. Bangunan termasuk
suatu jumlah lebar/luas, bentuk, fungsi, dan telah diadaptasikan seluruh
sejarah untuk suatu bahan bangunan tersedia, kondisi cuaca, harga tanah,
penggunaan spesifik dan pertimbangan jenis bangunan yang ditentukan sesuai
fungsi (peranan).
Bangunan melayani beberapa kebutuhan
masyarakat yang terutama seperti sebagai tempat perlindungan dari cuaca, ruang bekerja, menyediakan keleluasaan
pribadi, menyimpan barang dan dengan nyaman sebagai tempat tinggal. Suatu
bangunan sebagai tempat perlindungan menghadirkan suatu divisi fisik tempat
kediaman manusia ( suatu tempat kenyamanan dan keselamatan).
Salah satu fungi bangunan yang mempunyai tingkat
okupansi tinggi adalah fungsi bangunan pusat pertokoan skala besar yang
biasanya berupa bangunan bertingkat low and medium rise building
(bangunan 3 sd 5 lantai). Bangunan ini biasa disebut dengan Bangunan Pusat
Perbelanjaan.
Bila kita amati masyarakat datang ke fungsi
bangunan-bangunan tersebut sebenarnya tidak khusus untuk berbelanja, tetapi
banyak yang sekedar jalan-jalan untuk mendapatkan suasana yang lebih nyaman
bersama teman atau keluarga. Dengan kondisi dan fenomena ini, tingkat okupansi
bangunan jenis ini menjadi sangat tinggi dibandingkan dengan bangunan-bangunan
dengan skala sama tetapi dengan fungsi yang lain.
Namun apabila bangunan
komersial skala besar tersebut merupakan bangunan berlantai banyak (multi story building), maka jenis
sarana ”emergency exit” pada bangunan tersebut harus ditambahkan dengan
menambahkan lift kebakaran dan helipad.
D A F T A R P U S T A K A
Jimmy S. Juwana,
2002. Panduan Sistem Bangunan Tinggi, Erlangga. Yogyakarta.
Mc Guiness, 1981. Mechanical, Electrical and Equipment
for Buildings. Mc Guiness Book. New York.
Purbo, Hartono, 1992. Utilitas
Bangunan. Jambatan. Jakarta
Tranggono, Dwi, 2000, Utilitas
Bangunan, UI Press. Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar