Serangga
Serangga
merupakan golongan hewan yang dominan di muka bumi sekarang ini. Dalam jumlah,
mereka melebihi semua hewan melata daratan lainnya dan praktis mereka terdapat di mana-mana. Bebrapa ratus ribu jenis
yang berbeda telah diuraikan tiga kali lebih banyak daripada sisa dunia hewan
dan beberapa pengarang percaya bahwa jumlah keseluruhan jenis-jenis yang
berbeda dapat mencapai 30 juta. Lebih daripada seribu jenis terdapat pada satu
lapangan yang sedang ukurannya, dan populasi mereka seringkali berjumlah jutaan
pada tanah seluas satu acre (= 4047 meter persegi) (Noble, 1989).
Banyak sekali serangga yang berharga
bagi manusia, dan masyarakat tidak akan ada bentuknya sekarang ini tanpa mereka. Dengan aktivitas penyerbukannya
serangga-serangga tersebut memungkinkan produksi dari banyak hasil panenan
pertanian, termsuk banyak buah dari kebun buah-buahan, kacang-kacangan,
semanggi, sayur-sayuran, kapas dan tembakau; mereka memberikan kepada kita
madu, malam tawon, sutera dan produk-produk perdagangan lainnya yangg bernilai,
mereka merupakan makanan bagi banyak burung, ikan dan hewan-hewan yang berguna;
mereka bertindak sebagai pembersih yang berharga terhadap bangkai; mereka
membantu mempertahankan hewan-hewan dan tumbuh-tumbuhan dalam keadaan terjaga;
mereka berfaedah dalam kedokteran dan dalam penelitian ilmu pengetahuan; dan
dianggap sebagai hewan-hewan yang menarik bagi orang dalam segala segi
kehidupan mereka. Sejumlah kecil serangga berbahaya dan menyebabkan kerugian-kerugian
yang besar tiap tahun pada hasil-hasil pertanian dan produk yang disimpan,
mereka dapat menularkan penyakit-penyakit yang secara serius mempengaruhi kesehatan manusia dan
hewan-hewan lain (Noble, 1989).
Dibandingkan
dengan manusia, serangga adalah hewan yang berkonstruksi aneh (khusus). Mereka
dapat dikatakan bagian dalamnya di luar karena rangka mereka ada di luar, atau erkonstruksi
terbalik karena urat syaraf mereka membentang sepanjang bagian bawah tubuh dan
jantungnya terletak di atas saluran pencernaan. Mereka tidak mempunyai
paru-paru, tetapi bernafas melalui sejumlah lubang kecil di dalam dinding tubuh
semuanya di belakang kepala dan udara masuk lubang-lubang ini tersebar ke seluruh
tubuh dan secara langsung kr jaringan-jaringan melalui buluh-buluh bercabang
kecil yang banyak. Jantung dan darah
tidak penting dalam transpor oksigen ke
jaringan-jaringan. Serangga membau dengan sungut mereka, beberapa serangga merasa
dengan kaki mereka, dan beberapa mendengar dengan organ-organ yang khusus
dengan perut, tungksi-tungkai bagian depan atau sungut (Noble, 1989).
Pada hewan yang rangkanya ada di
luar tubuh, mekanisme penunjang dan pertumbuhan adalah demikian rupa hingga
hewan itu terbatas pada ukuran yang relatif kecil. Kebanyakan serangga adalah
secara relatif kecil; barangkali tiga perempatnya atau lebih panjangnya kurang
dari 6 mm. ukuran mereka yang kecil memungkinkan mereka hidup di tempat-tempat
yang tidak akan dapat ditempati oleh hewan-hewan yang lebih besar (Noble,
1989).
Ukuran serangga berkisar dari
kira-kira 0,25 sampai 330 mm panjang dan kira-kira 0,5 sampai 300 mm dalam
bentangan sayap sebuah fosil capung mempunyai
bentangan sayap lebih dari 760 mm. babarapa serangga yang
terpanjang sangat ramping (serangga yang
panjangnya 330 mm yakni seekor serangga tongkat terdapat di Kalimantan) ,
tetapi beberapa kumbang mempunyai tubuh hampir sebesar kepalan tinju.
Serangga-serangga yang terbesar di Amerika Utara yaitu beberapa ngengat ,
dengan bentangan sayap kira-kira 150 mm dan serangga tongkat dengan panjang
tubuh kira-kira 150 mm (Noble, 1989).
Serangga-serangga itu hanya
invertebrata-invertebrata yang mempunyai sayap, dan sayap-sayap ini memiliki
suatu asal sejarah evolusi yang berbeda dari vertebrata. Sayap-sayap dari
vertebrata-vertebrata terbang (unggas, kelelawar, an lain-lainnya) adalah
modifikasi dari kaki –kaki depan; yang ada pada serangga-serangga adalah
struktur-strktur disamping atau sebagai tambahan “tungkai-tungkai” yang
berpasangan, dan mungkin dapat disamakan dengan sayap-sayap dari mitos Pegasus
(kuda terbang). Dengan sayap, serangga mampu meninggalkan satu habitat bila
habitat itu tidak cocok; serangga-serangga air misalnya, memiliki sayap-sayap,
dan bila habitat lainnya. Ikan dan bentuk-bentuk akuatik lainnya biasanya
musnah dalam keadaan jelak yang serupa (Noble, 1989).
Beberapa serangga
memiliki struktur yang mengagumkan bila kita bandingkan dengan vertebrata.
Lebah dan tabuhan dan sejumlah semut mempunyai ovipositar, atau organ untuk
bertelur, yang berkembang menjadi penusuk beracun (sangat) yang merupakan satu
sarana yang bagus untuk penyerangan dan pertahanan. Beberapa ichnemoid memiliki
sebuah ovipositor seperti rambut panjangnya 100 mm yang dapat menembus kayu
yang padat. Sejumlah kumbang moncong mempunyai dahi yang menjulur keluar
menjadi satu struktur langsing yang lebih panjang daripada sisa tubuh , dengan
rahang yang kecil pada ujungnya. Beberapa lalat mempunyai mata yang terletak di
ujung-ujung tangkai langsing, yang pada satu jenis yang terdapat di Amerika
Serikat panjangnya sepanjang sayap. Sejumlah kumbang rusa jantan mempunyai
geraham-geraham setengah panjang tubuh mereka dan bercabang-cabang seperti
tanduk seekor rusa jantan.
Individu-individu tertentu pada beberapa semut madu menjadi sangat
menggembung dengan makanan sehingga perrut mereka menjadi sangat besar.
Semut-semut ini bertindak sebagai tempat penyimpanan makanan yang hidup, di
mana mereka memuntahkan ‘atas permintaan” kepada semut-semut lainnya dalam
koloni tersebut (Noble, 1989).
Serangga adalah makhluk yang
berdarah dingin. Bila suhu lingkungan menurun, suhu tubuh mereka juga menurun,
dan proses fisiologik mereka menjadi lamban. Banyak serangga tahan terhadap
suhu beku pada periode yang pendek, tetapi beberapa mampu berrtahan pada suhu beku
atau dibawah dalam waktu yang panjang. Bebrapa serangga tahan hidup pada
suhu-suhu yang rendah ini dengan menyimpan etilen glikol di dalam
jaringan-jaringan mereka. Zat kimia yang sama kita atuanagkan ke dalam radiator
kendaraan kita, untuk melindunginya dari pembekuan selama musim dingin (Noble,
1989).
Mata
majemuk seringkali sangat besar menempati hampir seluruh kepala, dan dapat
terdiri dari ribuan “mata’ individual. Sejumlah serangga mendengar dengan
genderang telinga, alinnya mendengar dengan rambut yang sangat peka yang
terdapt di sungut mereka atau di tempat mana pun di atas tubuh mereka. Seekor
serangga memiliki genderang telinga pada sisi-sisi tubuh di dasar perut
(belalalng bersungut pendek) atau di atas tungkai-tungkai depan di bawah “lutut”
(belalang bersungut panjang dan cengkerik) (Noble, 1989).
Kutu merupakan parasit paa permukaan
butung dan mamalia. Di negara-negara beriklim panas , kutu paling banyak selama bula Februari hingga Maret dan
paling sedikit antara Juni dan Agustus. Alassn utnuk variasi musiman dalam
juml;ah sedemikian ini tidak diketahui dengan pasti. Kutu dibagi menjadi ordo
Anopleura, yang mengandung spesies-spesies yang alat mulutnya disesuaikan untuk
menghisap darah atau cairan jaringan mamalia, sehingga sering disebut “kutu
penghisap”, dan ordo Mallophaga, tediri dari kutu yang alat mulutnya
disesuaikan untuk menguyah struktur epitel kulit hospesnya. Kebiasaan menguyah
tesebut menimbulkan istilah “kutu penggigit” bagi Mallophaga, tetapi mereka
seharusnya tidak menggigit (Noble, 1989).
Semua
kutu tidak bersatap, mempunyai tubuh pipih dorsiventral, antena pendek dengan
tiga sampai lima ruas, dan mata mereduksi atau tidak ada. Tooraks, bersegmen
yang tidak jelas, mengandung satu pasang spirakulum. Kaki pendek mempunyai tarsus
yang ckarnya digunakan untuk berpegangan pada bulu atau rambut. Abdomen, selalu
tanpa srsi, umumnya mengandung enam pasang spirakulum. Tidak seperti kebanyakan
parasit artropoda, semua kutu tinggal selama hidup pada tubuh hospesnya, dan
infestasi dari suatu hospes ke hospes lain dilakukan dengan kontak langsung.
Dengan alasan ini, spesifitas hospes sangat kentara. Telur kutu, dikenal
sebagai “lingsa” ditempelkan oleh induknya
pada bulu atau rambut hospes (Noble, 1989).
Kekuatan serangga demikian besar.
Kumbang Lucanus dama (keluarga
Lucatidae) seberat 1,2 gram yang diikat dengan benang pada pinggangnya dapat
menarik benda yang beratnya 106 gram yang terdiri dari dua vulven, satu pensil
dan satu jam tangan (Pracaya, 2003).
Beban
yang mampu ditariknya itu lebih kurang 90 kali berat badan kumbang itu sendiri
dan jauhnya 30 kali panjang badannya dalam waktu 25 menit. Banyak serangga lain yang dapt membawa bahan yang beratnya 10
sampai 20 kali berat badannya (Pracaya, 2003).
Serangga mudah sekali menyesuaikan
diri dengan keadaan sekitarnya. Walaupun serangga suka pada tanaman tertentu, apabila tanaman
itu tidak ada ia masih dapt hidup dengan memakan jenis tanaman lain (Pracaya,
2003).
Tubuh serangga terdiri dari 3
bagian, yaitu:
1.
Kepala
2.
Dada (thorax)
3.
Perut (abdomen)
1.
Kepala (Pracaya, 2003).
Kepala serangga terdiri dari 6 ruas
(segmen). Pada kepala itu terdapat:
a. satu pasang mata
mejemuk yang terletak di kiri kanan kepala. Meta majemuk itu terdiri dari
beberapa puluhan atau ratusan bahkan
ribuan kesatuan mata faset yang menyerupai lensa yang berbentuk hexagonal,
tergantung dari jenisnya serangga.
Mata
ocellus (mata sederhana) ini kecil, terdapat pada serangga yang belum dewasa
(larva atau nimfa) maupun yang telah dewasa.
b. satu pasang antena, sebagai alat
perasa. Dengan antena serangga dapat mengetahui keberadaan makanan, arah
perjalanan, jodoh, bahaya dan dapat mengadakan hubungan dengan sesamanya.
c. mulut. Mulut serangga ada beberapa
macam kegunaannya, yaitu:
1. Sebagai
alat untuk menggigit atau mengunyah. Hingga bagian tanaman yang telah dikunyah
dapat terus ditelan, misalnya: ulat, jengkerik da belalang. Serangga ini
disebut serangga penguyah atau pemamah.
2. Sebagai
alat untuk menyerap (absorb). Misalnya pada lalat rumah.
3. Sebagai alat untuk
menusuk dan mengisap cairan tanaman, alat tersebut stylet, misalnya pada aphis,
lalat sapi, kupu-kupu penusuk buah dan thrips.
4. Sebagai alat
penghisap, misalnya pada kupu-kupu pengisap madu.
5. Sebagai alat
mengunyah dan menjilat, misalnya pada lebah madu.
2.
Dada (Thorax)
Dada serangga terdiri dari 3 ruas,
yaitu: prothotorax, mesothorax, dan terakhir netathorax. Dada ini adalah tempat
melekatnya (besambungnya) kaki dan sayap
(Pracaya, 2003).
Penggolongan
Serangga
Serangga
berguna dibagi ats beberapa kelompok, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Serangga berguna
yang erat kaitannya dalam pengendalian hayati, seperti predator, parasitoid,
dan patogen serangga.
2. Serangga penyerbuk
tanaman (polinator), seperti penyerbuk tanamana pangan (padi, sagu, ubi,
jagung, gandum, dan lainnya). Penyerbuk tanaman hortikultura dan buah-buahan
(cabe, kentang, kubis, sawi, tomat, wortel, jambu, jeruk, mangga, pepaya,
pisang, dan lainnya). Dan penyerbuk tanaman perkebunan (cokelat, kelapa sawit,
kopi, tebu, the, tambakau, dan lainnya).
3.
Serangga bermanfaat bagi kehidupan seperti lebah madu, ulat sutera, dan
jangkrik.
4. Serangga sebagai
pendeteksi pencemaran (bioindikator) lingkungan seperti capung (Odonata).
Chironomus (Diptera), Hemiptera dan lainnya (Siregar, 2009).
Hama selalu merusak
tanaman pangan dan tanaman perkebunan selama dalam pertumbuhannya,
dalam ekologi lapangan (Kartasapoetra).
Bagaimanapun juga,
karena Sifatnya yang berbahaya, biaya yang harus ditanggung, teknik aplikasi
yang tidak memadai dan ketidakefektivan
dalam beberapa situasi, maka perkembangan teknologi
pengendalian hama
secara kimiawi tetap terbatas (Flint, 1990).
Pengendalian hama kemudian bergantung
pada manipulasi lingkungan, sanitasi, cara-cara bercocok tanam, pengendalian biologi
dan pada keadaan tertentu, keberuntungan. Tetapi kemudian, tenemuan pada tahun 1940-an
mengubah semuanya (Flint, 1990).
DDT dikenal sbagai pestisida ajaib
yang murah, sangat efektif pada dosis rendah, awet, mudah digunakan dan mampu
membunuh serangga hama pada spektrum yang mengagumkan. Tidak lama kemudian,
senyawa-senyawa chlorinated hidrokarbon
lainnya melengkapi aftar insektisida ini, misalnya, lindane, dieldrin,
metoksiklor, klordan, dan heptaklor. Kelas lain insektisida yang efektivitasnya
tinggi, yaitu organofosfat (Flint, 1990).
DAFTAR PUSTAKA
Borror,
D. J. 1996. Pengenalan Serangga.Gadjah Mada University
Press.Yogyakarta.Hal.1-3, 95.
Flint,
M. L. 1990. Pengendalian Hama Terpadu. Penerbit Kanaisus.Jakarta.Hal.8
Kartasapoetra,
A. G. 1991. Hama Hasil Tanaman Dalam Gudang.Rineka Cipta.Jakarta.Hal. 1.
Noble,
E. N. 1989. Parasitologi.Edisi Kelima.Gadjah Mada University
Press.Yogyakarta.Hal.
706.
Pracaya.
2003. Hama Penyakit Tanaman.Penerbit Swadaya.Jakarta.Hal. 8-10.
Siregar,
A. Z. 2009. Serangga Berguna Pertanian.USU Press.Medan.Hal. 9.
Sarang rayap di Hutan Tridarma USU |
Ayo mencari.. |
Sangkar Rayap Macrotermes |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar