Verry baru setahun
bertobat. Sebagai seorang remaja yang sedang tumbuh, ia butuh seorang remaja
yang sedang tumbuh. Ia butuh seorang teladan kristen yang baik. Dia mencoba
mencari panutan itu diantara kawan-kawannya di Gereja.
Tadinya dia mengira Billy,
sang gitaris andal. Namun Ia keliru. Sore itu, sewaktu Verry sedang menjajakan
koran di lampu merah Ia melihat Billy sedang mengendarai mobil. Sebuah angkot
berhenti di depan mobil Billy untuk menunggu penumpang. Angkot itu menghambat
jalan mobil Billy. Billy Mengklakson angkot itu dengan kerasnya supaya angkot
itu segera minggir. Tetapi tidak ada respon dari supir angkot. Dengan marah
Billy langsung keluar dari mobilnya dan mendatangi supir angkot. Dia memegang
kerah supir itu dan menghina dan memakinya.
Sore itu, Verry menyaksikan hal yang belum diketahui
sebelumnya selama Ia berkawan dengan Billy. Masih teringat jelas di dalam
benaknya, saat Billy mengajaknya untuk ikut ke Gereja. Sebelumnya Verry tidak
pernah mau ke Gereja dan tak peduli dengan hal-hal rohani.
“Tidak ada yang mustahil
kok bagi Tuhan Ver... Asal kita mau membuka hati kita untuk disentuhNya. Siapa
dan seperti apa pun kita, Dia bisa mengubah seluruh hidup kita, engkau harus
percaya ituVer...” Verry teringat perkataan Billy setahun yang lalu. Ya, Verry
masih ingat bagaimana Billy menjadi pemimpin komunitas sel...Bagaimana fasihnya
Billy berkothbah dan berbicara mengenai hal-hal rohani. Betapa menyentuh hati
ketika mendegar Billy bersaksi. Dan betapa lincahnya jarinya menari di atas
dawai gitar mengiringi setiap pujianyang dilantunkan bagi Tuhan. Billy memang
sangat aktif di Gereja. Verry sempat Ingin menjadi seperti Billy. Tapi setelah
kejadian itu, Verry menjadi merenung kembali tentang arti kekristenan. Apakah
kekristenan hanya sebuah teori rohani? Seperti sebuah rumah tak berpenghuni...
Lain Billy lain Paul, Paul
adalah seorang salesman yang sangat bersemangat. Bisnis apapun yang ia jalani ,
dia aktif melayani dan tidak pernah absen ke Gereja. Dia ramah, ceria, senang
bergaul dan humoris. Paul memang orang yang baik, Pemuda yang sukses. Ditambah
dengan bahasa-bahasa motivasinya di dalam setiap pelayanan konselingnya,
membuat ia sangat dikagumi oleh orang kristen di sekitarnya. Sewaktu ibadah,
Paul juga suka sekali memberikan kesaksian. Disetiap kesaksiannya, ia tidak
lupa mengingatkan teman-temannya agar rajin ke Gereja, berdoa dan berpuasa.
Selalu berpikir positif, saat teduh setiap hari dan memberi persembahan
tentunya.
Karena dari kesaksian
hidupnya, setelah ia melakukan semua itu dengan tekun. Di luar pikirannya, ia
merasa Tuhan telah berkali-kali memulihkan kehidupan dan bisnis-bisnisnya yang
terpuruk. “Carilah dahulu kerajaanNya, maka semuanya akan ditambahkan...”
demikian kalimat yang sering dijasikan panduan dalam hidup Paul. Awalnya Verry
sangat antusias dengan kesaksian-kesaksian Paul. Dan lama-lama dia mulai bosan,
karena kesaksiannya itu-itu saja. “Aneh lama-lama Tuhan jadi seperti jin atau
sinterklas yang melayani tuan Paul” Pikir Verry.
Setelah itu,Verry berpikir
sejenak. Mungkin, karena ia tidak sukses seperti Paul, jadi semua itu hanya
asumsi dari perasaan iri saja. Namun, Verry malah jadi semakin bigung.
“Perasaaan aku juga
melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan Paul. Tapi, kenapa kehidupanku
begini-begini saja? Atau mungkin masih ada dosa yang tersembunyi dalam hidupku
yang belum kubereskan sejak menerima Tuhan Yesus setahun yang lalu? Ah, apa
yang tealh aku pikirkan? Aku yakin ini tak ada hubungannya” Setiap orang punya
cara pikir dan pandangan yang berbeda. Begitu juga Verry, dia yakin yang ingin
Tuhan berikan bukan soal berkat duniawi. Ada sesuatu yang lain, sesuatu yang
sangat penting. Karena itu ia mencari seorang kristen yang benar.
Setelah beberapa bulan
berlalu, akhirnya Verry merasa telah menemukan seorang panutan yang dicarinya
selama ini. Namanya Jeff, salah satu pemimpin Youth.
“Sejak dia jadi ketua
Youth, semakin banyak yang bersemangat datang untuk ibadah, bukan itu saja
kudengar dia sekolah teologi Ver... dan dia sekarang sering menjadi worship
leader dalam ibadah segala kelompok usia. Dan menurut kawan-kawanku kalau jeff
yang jadi worship leader, pujian-pujian itu terasa ‘ngangkat’ apalagi kalau dia
berdoa... Kurasa Jeff bisa menjadi panutan yang baik bagi kita” Ungkap Ali.
Jeff memang sangat populer
di kalangan pemuda juga kelmpok usia lain. Dia sangat dikenal diantasa para
pemimpin Gereja. Cerita Ali tentang Jeff yang ternyata belajar tentang teologi
membuat verry tambah bersemangat.
“eh! Gomong-gomong aku
jadi ingat ketika bertemu dengan Jeff di lampu merah. Dia sedang mengendarai
sebuah mobil dan dia tidak sendirian. Dia bersama Airin. Mereka ingin menonton
Film di bioskop 21. Aduhh seandainya aku jadi Jeff” ungkap Verry.
“hahaaha..semua juga orang
sudah tahu Ver, dari dulu memang Jeff sering kencan dengan Merry, mereka
berduakan sudah pacaran lama” ungkap Ali.
“EE,,. Tadi aku bicarain
Airin, Li..”kata Verry.
“Bukan, tadi aku bicarain
Merry” kata Ali.
Mereka berdua pun
berpikir. Berpikir sangat lama. Tiba-tiba Jeff lewat dari depan mereka. Dia
tidak sendiri, dia bersama Rayna. Mereka terkejut dan heran dan kemudian
berpikir lagi.
Yah, begitulah. Verry
kembali menatap Alkitab diatas mejanya dan merenungkan semuanya. Verry merasa
ada yang ganjil. Entah mengapa sepertinya semua hal yang dia saksikan tidaklah
wajar dan tidak seperti diharapkan. Namun, Verry tetap yakin, pasti masih ada
orang-orang yang lebih memprioritaskan Tuhan daripada kepentingan sendiri. Ya,
suatu hari dia kakan bertemu.
Sore itu, Verry
berjalan-jalan bersama Ali. Tiba-tiba mereka bertemu dengan bang Ian, ia
mengendarai sepeda. Bang Ian menyapa mereka.
“Kenapa belakangan ini
Bang Ian naik sepeda, bukannya dia punya mobil?” kata Verry.
“Oh,, kudengar sih sudah
dijual. Katanya untuk biaya bangun rumah singgah untuk anak-anak jalanan.
Dibelakang SDN dekat lampu merah. Selain itu bang Ian juga banyak habisin waktu
untuk ngajar anak-anak itu membaca, menulis dan hal berguna lainnya. Dia merasa
sukacita bersama-sama dengan anak-anak yang sering terlupakan oleh kita itu
Ver..” ungkap Ali.
Seperti yang Verry tahu,
Ian adalah seorang guru. Usianya paling tua diantara kawan-kawannya. Orangnya
agak misterius, dia juga aktif di Gereja.
Keesokan harinya, merasa
penasaran dengan cerita Ali. Verry pun diam-diam mengikuti Ian sampai di sebuah
rumah sederhana. Verry memanjat pagar, kemudian dia melihat bang Ian sedang
mengajar anak-anak jalanan yang sering dijumpainya di Lampu merah. Sangkin
serius memperhatikan, ia kehilangan keseimbangan dan terjatuh dari pagar.
Bang Ian mengajak Verry
jalan-jalan keluar untuk berbagi.
“Jadi kamu mengikuti aku dari lampu merah untuk mencari
tahu apa yang sedang kulakukan? Hahaha,...Memang ada apa Ver..?Sepertinya
penasaran sekali.” Kata Ian.
“Aku ingin menemukan seorang Panutan. Orang yang
benar-benar menghidupi FirmanNya, Karena aku ingin mengerti arti kekristenan
yang sebenarnya.”Kata Verry.
“Aku dilahirkan dalam keluarga kristen, jadi sudah lama
mendengar tentang Yesus Kristus. Namun di kehidupan ini aku tidak pernah
merasakan makna kekristenan yang benar.”
“Aku diajari banyak hal tentang ‘Kerohanian’ oleh kedua
orang tuaku. Ayahku seorang aktivis di Gereja dan telah banyak meyelenggarakan
kegiatan rohani. Ibuku juga banyak melakukan pelayanan rohani, terutama
konseling. Saat itu umurku 15 tahun. Orang-orang melihat orangtuaku sebagai
panutan kristen yang baik, karena rohani dan aktif sekali di Gereja.”
“Tapi mereka tidak sungguh mengenal orang tuaku,
sebenarnya sikap mereka di luar Gereja jauh dari kerohanian. Mereka tidak
pernah menggambarkan sebuah keluarga kristen yang seharusnya. Ayahku kerap
jatuh karena wanita dan ibuku sangatlah materialistis. Ya, setiap hari mereka
isi dengan pertengkaran yang tersembunyi. Sampai suatu hari kata ‘cerai’
mengakhiri semuanya.”
“Setelah orangtuaku bercerai, kuputuskan tidak ikut
salah satu diantara mereka, kupilih menjalani kehidupanku sendiri, lalu bekerja
sebagai penjual koran. Tapi, semua yang telsh aku alami tidak membuatku menjauh
dariNya. Karena aku percaya ada kebenaran sejati di dalamNya. Hanya saja aku
merasa ada sesuatu yang hilang. Karena itu pula aku ikut Billy setahun yang
lalu untuk ke Gereja lagi, berharap dapat menemukan makna kristen yang benar.
Dan kini bang Ian bagiku sangat berbeda dengan orang-orang kriten yang pernah
kujumpai sebelumnya. Mungkin aku bisa....” kata Verry.
“Aku mengerti maksudmu Ver, tapi sayang aku tak layak
dijadikan panutan yang baik. Aku bukan orang yang baik Ver... masa laluku
sangat rusak. Aku pernah hidup tanpa arah. Saat ini aku hanya mencoba
memperbaikinya dan apa yang kamu lihat tadi, aku rasa masih jauh. Masih jauh
dari makna kekristenan yang sesungguhnya.”kata Ian.
“Arti kekristenan yang sesungguhnya tak cukup hanya
dengan melakukan hal-hal yang baik seperti yang kau lihat dariku, banyak orang
dapat melakukannnya. Tapi, kalau kau ingin mencari panutan, aku ada saran.
Bacalah Firman Tuhan, disana ada kebenaran sejati, dan banyak teladan dari
orang-orang yang melakukan kehendak Tuhan, terutama Guru agung kita..” kata
Ian.
“Yah, aku tahu itu bang, aku setiap hari juga baca
membaca FirmanNya. Tapi maksudku, aku ingin menemukan teladan yang hidup di
Zaman ini. Orang yang benar-benar hidup sesuai Firman Tuhan.” Kata Verry.
“Ternyata orang ini sangat haus akan kebenaran, kupikir
zaman ini sangat sulit menemukan orang seperti dia...” pikir Ian.
“Baiklah... bila itu yang kau cari, mungkin aku bisa
sedikit membantumu..” kata Ian.
Ian
mengambil sebuah batu, kemudian melemparnya ke Danau di depan mereka.
“Nah,.. sekarang aku ingin kamu berjalan kearah batu
tadi jatuh dan tolong ambilkan batu tersebut untukkku.” Kata Ian.
Verry masuk kedalam danau, dia berjalan kearah batu
tersebut jatuh. Dan mulai mencari...
“Sepertinya ....tidak mungkin aku menemukan batu yang
barusan Bang Ian lempar tadi. Meskipun aku tahu arahnya batu di dalam danau ini
kan banyak.” Kata Verry.
“Hahaha, tentu saja itu sangat sulit. Aku hanya ingin
mengilustrasikan satu hal tentang seorang panutan yang kamu cari itu. Panutan
Kekristenan yang kamu cari-cari itu seperti batu yang kulempar tadi.. Batu itu
pasti ada disana, hanya dia sekarang berada diantara bebatuan lain dan pastinya
sulit untuk menemukannnya.” Kata Ian.
“ Seandainya pun batu itu kamu temukan, kamu mungkin
akan ragu karena disana banyak batu dan bentuknya pun terlihat sama. Jadi untuk
apa bersusah payah mencari itu?. Yang terlihat ‘rohani’ dan baik di mata
manusia belum tentu baik di mata kita. Daripada menghabiskan waktu berharap
menemukan arti kekristenan dari orang lain, lebih baik orang yang tergambar
dengan jelas di depan matamu itu dijadikan pelaku FirmanNya.” Kata Ian.
Verry melihat sosok dirinya tergambar di atas permukaan
air. “ Diriku sendiri? Lho , kenapa jadi aku Bang?” tanya Verry.
“Bila kamu sering membaca FirmanNya, tentu kamu sering
mendengar bahwa ‘menurut Gambar Allah diciptakanNya laki-laki dan perempuan’ Kejadian 1:26-27. Lalu, sekarang
menurutmu aklau kita diciptakan serupa dan segambar dengan Allah, apa yang
seharusnya kita lakukan?” tanya Ian.
“Memancarkan kemuliaanNya” jawab Verry.
“Tepat....., dan itulah yang harus kamu lakukan setiap
hari kemanapun kamu melangkahkan kaki. Bila kamu sudah mengerti, tak ada yang
lebih berarti selain mencariNya di dunia ini. Aku yakin kamu akan menemukan
arti kekristenan sejati dariNya, karena Dia telah berkata yang haus akan
kebenaran mereka akan dipuaskan.”
Sejak hari itu, Verry
tidak antusias lagi untuk mencari panutan dari sekitarnya. Namun ia tetap yakin
masih ada orang yang benar-benar berjalan di dalamNya dan menjadi pelaku
FirmanNya. Di suatu tempat...
Ia pun memutuskan untuk
membantu Ian di rumah singgah, di sela-sela waktunya berjualan koran. Ia
mendapatkan banyak pengertian dan hal-hal baru tentang makna hidup kekristenan
yang sesungguhnya. Perlahan terjadilah perubahan dalam hidupnya. Hingga
akhirnya dia sendiri dijadikan panutan oleh anak-anak dan orang-orang disekitarnya.
2 KORINTUS 3:18.
Selamat membaca dan
menjadi pelaku dalam FirmanNya.....
Tuhan Yesus Memberkati
kita J J J
......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar