Coba Berdiri
Satu Kaki 20 Detik kalau Enggak Bisa, Duh Bahaya!
TRIBUNNEWS.COM - Pakar kesehatan berkata, performa harian seseorang
dapat menunjukkan seberapa sehat orang tersebut, sama halnya dengan tes darah
atau scan otak.
Ada tiga jenis tes performa yang sangat sederhana dan
bisa Anda lakukan sendiri di rumah.
1. Dapatkah Anda berdiri satu kaki dengan seimbang?
Cobalah berdiri di atas satu kaki dengan mata terbuka
selama 60 detik.
Jika pada detik ke 20 Anda sudah merasa goyah, mungkin
artinya Anda berisiko mengalami gangguan kerja otak beberapa tahun mendatang.
Sebuah penelitian di Jepang mengungkapkan, 30 persen
orang dewasa yang tidak bisa berdiri dengan satu kaki selama 60 detik,
ternyata menderita pendarahan mikro di otaknya.
Pendarahan kecil ini hanya bisa dilihat dengan tes MRI
dan merupakan indikasi awal dari stroke atau kepikunan (dementia).
2. Bisakah Anda langsung berdiri dari posisi duduk di
kursi?
Lalu duduk lagi, berdiri lagi, sebanyak 10 kali tanpa
jeda.
Sebuah studi yang dilakukan di Inggris menemukan,
orang dewasa yang mampu melakukan gerakan duduk di kursi kemudian berdiri,
sebanyak 10 kali dalam waktu 21 detik atau kurang, memiliki derajat kesehatan
yang lebih baik secara keseluruhan dibanding yang membutuhkan waktu lebih lama
untuk melakukan gerakan tersebut.
Gerakan ini memerlukan kekuatan otot tubuh bagian
bawah, keseimbangan, koordinasi dan kemampuan kardio (jantung) yang baik.
Para peneliti percaya, ketidakmampuan melakukan
gerakan sederhana ini, menandakan adanya penyakit yang gejala jelasnya belum
muncul.
Dan jenis penyakit itu bisa bermacam-macam. Mungkin
sakit otot atau persendian, atau mungkin juga penyakit kardiovaskular.
3. Bisakah Anda menyentuh ujung jari-jari kaki Anda?
Cobalah duduk bersandar di dinding, dengan kedua
kaki diluruskan di lantai.
Bungkukkan tubuh dan ulurkan kedua tangan untuk menyentuh
ujung jari-jemari kaki Anda.
Jika jarak antara jari tangan dengan jari kaki Anda
terpisah jauh, atau dengan kata lain Anda sulit menggapai ujung jari kaki,
berarti Anda berisiko terkena penyakit kardiovaskular seperti darah tinggi,
stroke, atau jantung.
Dengan menggunakan tes ini, para peneliti di
University of North Texas menemukan bahwa tubuh yang fleksibel adalah cerminan
pembuluh darah yang juga fleksibel.
Atau sebaliknya, orang yang tidak fleksibel (salah
satu tandanya adalah tidak dapat menyentuh jari kaki mereka) memiliki arteri
yang kaku atau kurang elastis dibanding mereka yang bertubuh lebih lentur.
Arteri yang tidak elastis, berarti jantung harus
bekerja lebih keras memompa darah, sehingga meningkatkan risiko penyakit
jantung dan stroke.
Kekakuan pembuluh arteri bisa disebabkan oleh racun di
dalam rokok, terlalu banyak penyumbatan lemak jenuh atau kurang aktivitas
fisik.
Jika hasil salah satu, dua atau ketiga tes Anda
mengecewakan, berarti pola hidup Anda sebaiknya diubah.
Ini memang nasihat klasik, tapi akan terus berlaku
selamanya; jaga berat badan ideal, kurangi gula, sodium dan lemak jenuh,
perbanyak serat dari sumber yang segar serta aktif secara fisik dan sosial.
Selain itu, segera hubungi dokter untuk pemeriksaan
lebih lanjut.(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar