Begini Cara
Kerja Racun Sianida dalam Tubuh
Kematian seorang wanita, Mirna
Salihin, di sebuah
mal besar di Jakarta masih menyimpan tanda tanya besar. Bagaimana dia bisa meninggal
hanya karena minum kopi, siapa pelakunya dan bagaimana bila dugaan polisi akan
adanya racun sianida itu benar?
Regional Coordinator di WHO South East Asia Regional
Office Prof dr Tjandra Yoga Aditama mengatakan sianida merupakan zat beracun
yang sangat mematikan. Sianida telah digunakan sejak ribuan tahun yang lalu.
"Efek sianida ini sangat cepat dan dapat
mengakibatkan kematian dalam jangka waktu beberapa menit. Di sisi lain, sianida
dalam dosis rendah dapat ditemukan di alam dan ada pada setiap produk yang
biasa kita makan atau gunakan. Sianida juga dapat diproduksi oleh bakteri,
jamur, dan ganggang. Sianida juga ada dalam asap rokok, misalnya, juga asap
kendaraan bermotor, bahan industri, pertambangan dan lainnya," katanya
melalui pesan singkat yang diterima Liputan6.com, Senin (11/1/2016).
Sedangkan hidrogen sianida, kata Tjandra, merupakan
cairan tidak berwarna atau dapat juga berwarna biru pucat pada suhu kamar.
Hidrogen sianida sangat mudah bercampur dengan air sehingga sering digunakan.
Bentuk lain ialah sodium sianida dan potassium sianida yang berbentuk serbuk
dan berwarna putih.
"Hidrogen sianida sangat mudah masuk ke dalam
saluran pencernaan. Dalam dosis besar, sianida dapat sangat fatal akibatnya.
Setelah terpapar, sianida langsung masuk ke dalam pembuluh darah. Jika sianida
yang masuk ke dalam tubuh masih dalam jumlah yang kecil, maka sianida akan
diubah menjadi tiosianat yang lebih aman dan diekskresikan dari tubuh.
Namun bila jumlah sianida yang masuk ke dalam tubuh dalam dosis yang besar,
tubuh tidak akan mampu untuk mengeluarkannya. Bila sianida masuk melalui sistem
pencernaan maka kadar tertinggi adalah di hati," ujarnya.
Keracunan sianida bukan hanya berakibat buruk pada
sistem kardiovaskuler, tapi juga peningkatan resistensi vaskuler dan tekanan
darah di dalam otak, sistem pernapasan dan sistem susunan saraf pusat. Sistem
endokrin biasanya terganggu pada keracunan kronik sianida.
Dan yang mengakibatkan timbulnya kematian adalah
karena sianida mengikat bagian aktif dari enzim sitokrom oksidase, sehingga
akan mengakibatkan terhentinya metabolisme sel secara aerobic serta
gangguan respirasi seluler. Sebagai akibatnya hanya dalam waktu beberapa menit
akan mengganggu transmisi neuronal.
"Tanda awal dari keracunan sianida adalah
peningkatan frekuensi pernapasan, nyeri kepala, sesak napas, perubahan perilaku
seperti cemas, agitasi dan gelisah serta berkeringat banyak, warna kulit
kemerahan, tubuh terasa lemah dan vertigo juga dapat muncul. Tanda akhir
sebagai ciri adanya penekanan terhadap susunan saraf pusat dalam bentuk tremor,
aritmia, kejang-kejang, koma, dan penekanan pada pusat pernafasan, gagal nafas
sampai henti jantung," katanya.
Di sisi lain, menurut ahli kesehatan, John P. Cunha,
DO, FACOEP, sianida bekerja dengan membuat tubuh terhenti dari akses oksigen
sehingga manusia akan meninggal lebih cepat.
"Sumber sianida bisa dari asap kebakaran
dari karet, plastik, dan sutera, penelitian kimia, plastik sintetis,
pengolahan logam, dan industri elektroplating menggunakan sianida. Aprikot,
kentang dan singkong yang dikonsumsi berlebihan juga disebut dapat mengeluarkan
sianida," kata Cunha, seperti dikutip Emedicinehealth.
Selain itu, yang perlu diperhatikan adalah asap rokok.
"Sianida secara alami ditemukan dalam tembakau, dan perokok memiliki lebih
dari 2,5 kali sianida dalam darah walaupun umumnya tidak cukup menyebabkan
keracunan."
Cunha menambahkan keracunan sianida tidak dapat
diobati di rumah. Bahkan dokter pun kerap salah menilai dan pasien akan cepat
meninggal. "Racun sianida akan menyebar cepat dalam tubuh. Banyak yang
tidak dapat tertolong. Untuk itu, ketika muncul gejala pasien harus ditangani
tenaga medis secepat mungkin," katanya.**
Tidak ada komentar:
Posting Komentar