Slmt pg buat kita semua..
😊😊
Mazmur 56:11 (TB) (56-12) kepada Allah aku percaya, aku tidak takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?
🙏🙏🙏
Teringat bapak dan ibu Collins (org USA yg jadi mentor KMK USU Medan waktu kami kuliah. Dia pernah mengunjungi kami jugs ke Jl. Kopral Umar Said No. 3305 Palembang)
Suatu hari pak Collin datang ke rumah kami. Bapak dan ibu Collin memang bisa dikatakan cukup dekat dengan kami berdua sejak masih kuliah dulu. Mobil Chevrolet double cabinnya, cukup sering diizinkan saya supiri. Mula2 memang dia tanya: “Pilemon punya SIM BI, mobil saya ini SIMnya harus B1?”. “Saya punya pak, ini SIM saya”, kataku sambil menyerahkan SIM BII Umum yang aku miliki. “O…SIM Pilemon rupanya BII Umum ya. Ini sudah lebih dari yang dibutuhkan”, katanya. Saat pak pak Collins datang ke rumah kami itu dia bertanya kepada kami: “Pilemon dengan Meiyesti sudah berapa lama menikah?”.
“Sudah hampir dua tahun pak”, jawabku kepadanya.
“O…menurut tradisi orang Ibrani, orang yang sudah menikah lebih dari 1 tahun, sudah boleh pergi berperang”, jelasnya, tapi kami masih agak bingung arahnya ke mana ini.
“Iya pak”, kataku.
“Saya mau ajak kamu ke Meulaboh. Kita akan berjumpa di sana dengan orang-orang Kristen yang profesinya guru, PNS, polisi dll yg rindu bersekutu memuji Tuhan. Kamu yang akan menjadi supir saya ke sana, situasi keamanan di sana tidak terlalu baik, karena GAM sedang mengamuk. Apa kamu bersedia?”, tanyanya sungguh2, sy bingung menjawabnya.
“Bisa pak”, kata istri yakin & aku heran.
“Meiyesti bisa menjaga anak kalian yang masih kecil ini sendirian ya?’, katanya lagi.
“Iya pak, saya bisa”, katanya lagi.
“Ok. Kita akan berangkat hari Sabtu siang, supaya kita bisa makan malam di Sidikalang & besok paginya bisa sampai di salah satu pantai di Meulaboh”, katanya.
“Iya pak, saya akan menunggu bapak di sini”, kataku meyakinkan diri.
Pada hari yang ditentukan kami berangkat dengan doa istri. Dalam perjalanan menuju ke Sidikalang pak Collin masih duduk di samping saya. Dia memberikan banyak nasihat kepada saya. Jangan berhenti kalau malam2 kita distop orang, jangan menabrak ternak, karena nanti harus diganti dengan cucu ternak itu dll. Kami memang berangkat berdua saja di atas mobil Chevrolet Double Cabinnya itu. Sesampainya di Sidikalang, seperti yang dia katakan sebelumnya, kami makan malam di kota itu. Saat melanjutkan perjalanan ke Meulaboh yg masih panjang dari kota Sidikalang, pak Collin sudah duduk di bangku ke dua. Perjalanan itu bisa dikatakan cukup lancar, walaupun sekali di pegunungan itu yang cukup menanjak sempat mobil mati & berhenti sekali. Pak Collins mengatakan, “Pilemon tidak boleh berhenti di tanjakan, karena ini mobil diesel & berbeda dengan mobil bensin”, jelasnya. “Iya pak, maaf saya lupa mobil bapak ini mobil diesel, nanti tidak akan saya ulang lagi”, jawabku. Setelah beberpa jam perjalanan, kami sudah memasuki daerah pegunungan Aceh yg sangat gelap pekat & sunyi, karena memang di pegunungan itu nggak ada orang. Namun di kegelapan malam itu ada juga orang yg menyetop kami, namun saya beam lampu berkali-kali, sehingga kami bisa lewat tanpa berhenti. Komunikasi berlangsung melalui bahasa isyarat saja.
Setelah melewati kegelapan pegunungan yang cukup panjang itu, kemudian selanjutnya kami mulai melihat ada penerangan satu dua di pinggir jalan. Itu artinya sudah ada orang yang tinggal di sekitar itu. Menjelang subuh, kami sudah mencapai kota Tapak Tuan. Setelah itu kami melewati pegunungan yg langsung bisa melihat ke laut & bila teledor bisa terjun bebas ke lautan Hindia. Cuma saya tidak berani memandang kearah laut itu, kecuali curi2 pandang, krn sambil nyetir & sdh lelah.
Sekitar pukul 8 kami sudah hampir tiba di pantai yang dituju. Namun beberapa kilo meter dari lokasi yg sudah ditentukan, seseorang menyetop kami.
“Pilemon kita berhenti sejenak”, kata pak Collins.
“Iya pak”, kataku seraya meminggirkan mobil.
Lalu ada orang yg mendekati kami & masuk ke mobil serta berbisik-bisik dengan pak Collins. Sesaat kemudian orang itu ke luar dari mobil.
“Pilemon, kita harus memutar arah, karena kita harus pindah lokasi. Kata orang tadi, ada orang GAM (?) yg mencari kita. Karena itu, teman2 yg akan kita jumpai itU kita pindah lokasi”, kata pak Collins agak kuatir.
“Iya pak”, kataku juga jd ikut kuatir mengikuti apa yang dikatakan pak Collin.
“Ikuti saja mereka itu tadi ya”, kata pak Collins.
“iya pak”, kataku sambil mengikuti arah orang yg sedang memandu kami.
Akhirnya kami sampai ke pantai yang lain dan pantai yang ini agak sepi, walaupun pada hari Minggu. Di lokasi itu sudah ada puluhan orang yang sedang menunggu kami dengan was-was juga.
“Praise The Lord.”, kata pak Collins & dia bersyukur perjalanan kami dari Medan & berdoa untuk acara yang akan kami laksanakan sebentar lagi. Setelah beberapa menit menunggu, acara kebaktian padang itu kami mulai. Dari pemimpin acara saya mengetahui, bahwa karena situasi keamanan & hal-hal lain, banyak orang yang seharusnya mengikuti acara itu tidak jadi ikut, khususnya para politi & TNI, karena mereka harus bertugas menjaga keamanan yg tidak kondusif & menegangkan pada waktu itu.
Setelah kebaktian Minggu selesai yg kotbahnya disampaikan pak Collins, kami makan siang. Acara selanjutnya PA. Setelah PA dan ngobro-ngobrol, sekitar pukul 17 kami diminta untuk mengakhiri acara itu & kembali ke tempat masing-masing. Mereka melepas kami dengan sendu & setelah masa perpisahan yg singkat itu kami kembali menuju pulang ke Medan.
Sejujurnya, sejak memasuki daerah Aceh sejak subuh sampai akan kembali ke Medan, perasaan was-was sangat melekat pada diri kami. TIPI selalu memberitakan kontak senjata antara GAM & TNI, khususnya daerah yg kami kunjungi. Perasaan was-was itu baru lenyap perlahan saat kami memasuki daerah Sumatera Utara. Ah...pak Collin & mami Collins. TQ ya utk melibatkan kami dlm situasi ini, yg seharusnya memang kami yg mengerjakannya.......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar