Ini contoh pengantar diskusi topik:
*Judi, Sogok dan Gratifikasi*
Sejak dulu, sama seperti nilai , etika dan kepercayaan lain, kita diajarkan tidak boleh berjudi (Haji Roma juga setuju). Bagaimana dengan resiko berdagang, saham, tambang, bahkan bertani apakah bisa disebut berjudi? Atau jika keluarnya kartu atau dadu, selisih gol diperhitungkan dengan statistik - probebilitas dapatkan diterima sebagai bukan judi?
Sogok juga ditolak. Bagaimana dengan upaya pendekatan bisnis, pendekatan nego dengan menanamkan kebaikan, caleg mengimingi pemilih (swing voter), membagi kaos, dapatkah kita menerima sebagai upaya bukan sogok. Apa upaya yang boleh dilakukan untuk melicinkan tercapainya suatu tujuan?
Gratifikasi belakangan ini juga ditolak, kalau begitu penghormatan dan ucapan terima kasih yang bagaimana yang bisa diterima? Bolehkah kita menerima dan kapan kita harus menolak apresiasi, penghormatan dan ungkapan terima kasih dengan ketulusan hati? Bagaiman kita menyampaikan rasa terima kasih kita setelah kita ditolong oleh seseorang melampaui ekspektasi dan standar kita?
Tahukah kita apa alasan dan dasar Alkitab menolak? Atau kita menolak karena sejak dahulu dan semua orang menolak.
Semoga kita tertarik dengan dengan diskusi yang (semoga) mendewasakan kita dan menjauhkan kita dari berpikir "pokoknya"
*Judi, Sogok dan Gratifikasi*
Sejak dulu, sama seperti nilai , etika dan kepercayaan lain, kita diajarkan tidak boleh berjudi (Haji Roma juga setuju). Bagaimana dengan resiko berdagang, saham, tambang, bahkan bertani apakah bisa disebut berjudi? Atau jika keluarnya kartu atau dadu, selisih gol diperhitungkan dengan statistik - probebilitas dapatkan diterima sebagai bukan judi?
Sogok juga ditolak. Bagaimana dengan upaya pendekatan bisnis, pendekatan nego dengan menanamkan kebaikan, caleg mengimingi pemilih (swing voter), membagi kaos, dapatkah kita menerima sebagai upaya bukan sogok. Apa upaya yang boleh dilakukan untuk melicinkan tercapainya suatu tujuan?
Gratifikasi belakangan ini juga ditolak, kalau begitu penghormatan dan ucapan terima kasih yang bagaimana yang bisa diterima? Bolehkah kita menerima dan kapan kita harus menolak apresiasi, penghormatan dan ungkapan terima kasih dengan ketulusan hati? Bagaiman kita menyampaikan rasa terima kasih kita setelah kita ditolong oleh seseorang melampaui ekspektasi dan standar kita?
Tahukah kita apa alasan dan dasar Alkitab menolak? Atau kita menolak karena sejak dahulu dan semua orang menolak.
Semoga kita tertarik dengan dengan diskusi yang (semoga) mendewasakan kita dan menjauhkan kita dari berpikir "pokoknya"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar