MUDAHNYA
BERKABAR BOHONG
Imamat 19:11-16 (Tgl 19 Februari
2023, Minggu)
Sewaktu
SD, lapangan olahraga kami terpisah dari gedung sekolah. Ada dua alternatif
jalan menuju ke sana. Salah satunya, jalan pintas yang lebih disuka
murid-murid, yaitu melewati sebuah pekuburan. Suatu kali, muncul ide di benak
saya untuk menakuti-nakuti seorang teman. Saya berkata, “Tadi, ada tangan yang
keluar dari dalam makam”. Teman saya menatap dengan mata terbelalak. Saya tertawa
puas di dalam hati mengetahui usaha saya berhasil. Namun, ada satu yang tidak
saya ketahui. Berita itu kemudian tersebar dari mulut ke mulut, hingga sampai
ke telinga saya kembali. Kali ini malah jauh lebih lengkap karena sudah
dibumbui di sana-sini. Saya sendiri sampai ikut takut mendengar cerita bohong
plus bumbu itu. Sejak itu, sebagian murid menjadi takut untuk melewati jalan
itu lagi.
Betapa
mudahnya kabar bohong tercipta dan tersebar. Saya pasti akan berpikir ulang
jika sedari awal menyadari dampak yang bakal ditimbulkan. Lagipula, Allah dengan
tegas melarang kita berbohong dan berdusta (Ay.11). Sebaliknya, firman Tuhan
mendorong kita untuk menempuh jalan orang baik dan memelihara jalan orang
benar. “Karena orang jujurlah akan mendiami tanah, dan orang yang tak
bercelalah yang akan tetap tinggal disitu (Ams 2:20-21)”.
Di
era digital saat ini, berita bohong mudah sekali kita temui. Bagaimana seharusnya
kita bersikap ? Tentu saja, yang pertama adalah tidak ikut menciptakannya. Tak
ada manfaatnya. Sekalipun itu awalnya diniatkan sebagai guyonan. Saya sudah
mendapatkan pelajarannya saat masih SD. Kita tak pernah tahu seberapa luas
berita bohong itu akan tersebar, dan siapa saja yang akan terkena dampaknya. Pada
saat akibat negatifnya bermunculan, kita sudah tidak mempunyai kemampuan untuk
menariknya kembali. Selain itu, kita perlu menyaring setiap berita yang kita
terima. Kita dapat dengan mudah mencari konfirmasinya lewat mesin telusur.
Sayangnya, tak banyak orang yang mau repot sedikit untuk melakukannya sebelum
menekan tombol “Sebarkan”. Saat kita berusaha keras menjauhi kebohongan dan
dusta, serta lebih memilih untuk mengikuti jalan orang yang jujur, saat itulah
kita memelihara nyawa kita (Ams 28:18). (Angga)
“Janganlah engkau pergi kian kemari menyebarkan fitnah
di antara orang-orang sebangsamu; Janganlah engkau mengancam hidup sesamamu
manusia; Akulah Tuhan (Imamat 19:16)”
Ketika kita ikut menyebarkan
berita dusta, kita menjadikan diri sebagai pendusta
Bu TET Kesehatan Masyarakat |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar