MENANGGAPI
MUSLIHAT MUSUH
Minggu,
16 Juli 2023
Ester
4
Surat edaran Haman yang mengatasnamakan
raja telah menggemparkan seluruh kerajaan. Siasat pemusnahan itu sungguh
menakutkan.
Orang Yahudi merespons dengan berkabung
dan puasa (1-4). Mereka mengoyakkan pakaian, memakai kain kabung dan abu, serta
menangis dengan nyaring dan pedih, sebagaimana kebiasaan orang Israel. Ester beserta
dayang-dayangpun melakukan hal yang sama (15-16).
Bagi orang Yahudi, perkabungan adalah
respons terhadap suatu kemalangan yang dialami. Muslihat Haman adalah kemalangan
bagi orang Yahudi sehingga mereka merespons melalui iman mereka, yaitu dengan
berpuasa. Puasa merupakan ekspresi merendahkan diri di hadapan Allah dan
memohon kemurahanNya supaya Ia bertindak untuk menyelamatkan dan memulihkan
umatNya.
Apa yang terkandung dalam reaksi
Mordekhai, Ester, dan orang Yahudi adalah iman dan ketaatan kepada Allah. Sekalipun
tidak ada kata “Allah/Tuhan” yang tersurat, bukan berarti tidak ada kepercayaan
mereka kepada Allah. Justru sebaliknya, mereka berdoa dan berpuasa karena
terdorong oleh kepercayaan mereka kepada Allah. Mereka percaya bahwa Allah yang
mengikat perjanjian dengan mereka tidak akan meninggalkan mereka (Lih. Kej
17:1-8; Kel 19:3-6). Keyakinan itulah yang mendasari respons mereka terhadap
berita menakutkan itu.
Gereja umat Allah masa kini juga
menghadapi tekanan dari berbagai pihak yang terus mengancam dan bisa
menggoyahkan orang Kristen. Namun, satu hal pasti adalah Allah tidak akan
meninggalkan kita. Kata Tuhan Yesus, “…Aku akan mendirikan jemaatKu dan alam
maut tidak akan menguasainya (Mat 16:18)”.
Itulah yang mendasari respons kita
terhadap berbagai ancaman, teror, penindasan, atau penganiayaan. Tak satu pun
dari semua itu dapat memisahkan kita dari kasih Kristus (Rm 8:31-39).
Jangan bersikap reaktif atau apatis terhadap
muslihat musuh. Sebaliknya, berpuasalah dan berdoalah bagi keselamatan umat
Tuhan dan pengampunan dosa musuh-musuh kita. (JMH)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar