PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kayu adalah suatu bahan yang
dihasilkan dari sumber kekayaan alam, merupakan bahan mentah yang mudah
diproses untuk dijadikan barang sesuai dengan keinginan dan kemajuan teknologi.
Kayu berasal dari tumbuh-tumbuhan hidup di alam yang jenis pohonnya mempunyai
batang berupa kayu.
Berat
jenis dan ketahanan terhadap tegangan (kekakuan) digunakan sebagai pendekatan
untuk mengukur kekuatan. Parameter-parameter tersebut secara langsung berhubungan
dengan kekuatan, tetapi hubungan tersebut berbeda menurut spesiesnya. Sifat
mekanis merupakan kekuatan dan ketahanan terhadap perubahan bentuk suatu bahan,
sedangkan kekuatan adalah kemampuan suatu bahan untuk memikul beban atau gaya
yang bekerja padanya. Sifat mekanis biasanya merupakan ciri terpenting dari
produk kayu yang akan digunakan untuk bahan bangunan gedung (Haygreen dan
Bowyer, 1982).
Sambungan
kayu adalah sambungan yang mengikat dua atau lebih papan kayu secara bersamaan
dengan menggunakan alat sambung mekanik, seperti paku, baut, konektor, atau
menggunakan alat sambung berupa perekat struktural. Kekuatan sambungan
tergantung pada kekuatan komponen penyusunnya yaitu kayu yang disambung dan
alat sambungnya.
Semua
ukuran segiempat yang biasanya digunakan untuk kayu dengan beban berat, misalnya
berukuran 10 cm x 5 cm, 12 cm x 12 cm, 15 cm x 15 cm, 20 cm x 10 cm, 30 cm x 15
cm, dsb. Persyaratan kelas kayu secara visual berhubungan dengan sifat visual
yang dapat diterima untuk kayu konstruksi. Persyaratan tersebut bisa digunakan
di samping uji kelas untuk kekuatan dan keteguhan kayu. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kekuatan sambungan adalah kerapatan kayu, besarnya beban yang
diberikan, dan keadaan alat sambungnya. Sambungan kayu berperan
penting , seperti bangunan gedung, rumah, menara, atau jembatan. Hal ini
dikarenakan struktur kayu terbuat dari komponen yang harus disambungkan secara
bersama-sama untuk memindahkan beban yang diterima oleh komponen kayu tersebut.
Pemilihan baut dan mur
sebagai alat pengikat dalam industri transportasi, misalnya pacta kapallaut,
mobil ataupun pesawat terbang, harus dilakukan secara cermat dan seksama untuk
mendapatkan mutu atau kekuatan baut yang sesuai dengan konstruksi yang akan disambung.
Pemilihan ini tentunya hams dilandasi dengan pengujian dan penelitian agar
didapatkan basil yang optimal. Akan tetapi teknik penyambungan dengan baut
walaupun telah melalui pengujian dan penelitian, penurunan kekuatan tetap saja
terjadi pacta bagian yangdisambung temtama pada daerah lubang dan bagian ulir dari
baut, hal ini disebabkan karena ulir baut mempakan bentuk takikan yang dapat
memperlemah konstruksi. Selain itu dalam pembuatan baut, cacat mikro jarang terdeteksi
walaupun telah menggunakan alat uji.
Baut yang sering digunakan |
ISI
Ditinjau dari perencanaan
mekanika, konstruksi kayu memiliki perbedaan dengan konstruksi lain, seperti
pada beton bertulang atau baja. Pada konstruksi kayu akan ditemukan kondisi
sambungan yang tidak mungkin rigid seperti pada beton bertulang atau
pada konstruksi baja. Pada konstruksi kayu terdapat batasan deformasi atau displacement
pada sambungannya dimana batasan displacement sambungan yang
diizinkan adalah sampai dengan 1,5 mm. Untuk alat sambung sendiri ada beberapa
macam yaitu alat sambung perekat (epoxy), pasak, paku dan baut.
Efektifitas masing – masing alat sambung berbeda – beda tergantung dari
karakterisatik masing – masing sambungan dimana keefektifitasan lat sambung
perekat dapat mencapai 100%, pasak 60%, paku 50% dan baut 30% (Felix,1992).
A. Konstruksi Bangunan
Sambungan kayu seing diperlukan dalam dunia konstruksi kayu yang
berfungsi untuk memperpanjang batang kayu (Overlapping connection). Namun,
sambungan merupakan titik terlemah atau titik kritis dalam suatu bangunan
structural. Hal ini karena sambungan tersebut selain berfungsi menahan beban
yang bekerja padanya, juga berfungsi menahan aliran gaya / beban pada suatu
bagian ke bagian lain dalam sambungan tersebut.
Bangunan di Indonesia memiliki bentuk yang diadaptasi dari desain
bangunan Eropa dan arsiteknya adalah mahasiswa jurusan teknik sipil. Kayu yang
digunakan bangunan ini berasal dari kayu Indonesia, dimana kayu ini selanjutnya
akan dikirim untuk didesain sesuai kebutuhan. Pada bagian dalam bangunan,
terdapat furniture dan benda-benda yang terdiri dari kayu.
B. Peranan Baut
Pada bangunan ini juga dapat dilihat bagian sisi ventilasi dibuat dengan
menggunakan kayu meranti, bagian jendela yang kayunya sangat kokoh juga terbuat
dari kayu meranti, dan bagian langit-langit bangunan terbuat dari beton
(semen).
Material dasar yang
digunakan dalam pembuatan baut dan mur adalah baja karbon rendah yang berbentuk
gulungan kawat baja batangan. Gulungan kawat baja ini dilumskan diantara canai
yang berputar kemudian dimasukkan kedalam mesin pemotong untuk dipotong sesuai
dengan ukuran taut dan mur yang telah ditentukan. Proses pembuatan taut dengan
cold working dibedakan dalam dua cara, yaitu dengan Machined Bolt, pembuatan
ulir baut dikerjakan dengan menggunakan mesin butut atau yang sejenisnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar