BAUT DALAM BANGUNAN
Penggunaan kayu sebagai konstruksi bangunan,terdapat penggunaan alat-alat
sambung mekanis yang digunakan sehingga sangat membantu dalam kontruksi
perumahan . Berikut meru[akan data table gaya tarik baut yakni :
Cincin
penutup (washer) digunakan agar
kepala baut atau mur tidak masuk ke dalam kayu ketika baut dikencangkan. Penentuan nilai rancangan yang diizinkan tidak
memperhitungkan washer. Semua mur harus
dipasang dengan kencang kemudian dikencangkan lagi setelah kayu mencapai kadar
air keseimbangannya. Kualitas sambungan
dengan baut dipengaruhi oleh kualitas kayu dan baut yang digunakan
(Soltis, 1999). Sementara itu Faherty
(1997) menyatakan beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam sambungan
kayu dengan baut ini adalah beban pada baut, kualitas lubang baut, beban yang
diizinkan, penempatan, bidang bersih dan penyesuaian untuk nilai yang diizinkan.
1.
Beban yang diizinkan : Nilai rancangan yang
diizinkan untuk beban lateral telah disusun dalam
suatu bentuk tabel baik untuk sejajar maupun tegak lurus serat dalam
sambungan geser tunggal. Nilai yang
terpisah diberikan untuk pembebanan elemen utama atau penunjang
tegak lurus serat termasuk nilai Z2- yang diaplikasikan
ketika kedua elemen dibebani tegak lurus serat. Nilai
yang diizinkan untuk sudut beban antara 0o (sejajar serat) dan 90o
(tegak
lurus serat) dapat diperoleh dari nilai sejajar dan tegak lurus dengan menggunakan rumus
Hankinson atau nomograf Scholten.
Plot
nilai yang diizinkan (sejajar dan tegak lurus serat) untuk dua ukuran
baut dalam sambungan tiga elemen (geser ganda), menunjukkan nilai yang meningkat
secara proporsional dengan ketebalan elemen utama dan penunjang sampai mencapai nilai maksimum. Jika elemen kayu yang disambung berbeda
jenisnya, nilai rancangan yang diizinkan dipilih berdasarkan jenis dengan kekuatan
sangga yang terkecil.
2.
Penempatan : Dalam menempatkan baut, perlu
mempertimbangkan jarak ujung, jarak
tepi/pinggir, spasi dalam baris dan spasi antar baris. Perlu juga menentukan
penempatan baut pada arah sejajar dan tegak lurus serat dan mempertimbangkan
beban pada suatu sudut terhadap serat.
NDS memberikan nilai untuk spasi ketika beban yang diberikan sejajar
maupun tegak lurus serat. Kebanyakan nilai
jarak berdasarkan diameter baut (D) dan diberikan dari tengah ke tengah lubang
baut.
3.
Bidang bersih :
Elemen harus diperiksa untuk kapasitas pembawa beban pada bidang bersih kritis dari sambungan. Bidang kotor dari elemen harus dikurangi untuk
lubang. Pada elemen tegangan dan
tekanan, area bersih yang diperlukan (in2) ditentukan dengan membagi beban total yang
diteruskan melalui bidang bersih kritis dengan tegangan rancangan yang
diizinkan untuk jenis dan mutu bahan yang digunakan.
4. Penyesuaian untuk nilai yang diizinkan : Penyesuaian
harus mempertimbangkan:
- Lama atau durasi beban
- Kondisi kadar air dalam pemakaian
- Suhu kayu dalam pemakaian
- Faktor aksi grup
- Perlakuan bahan penghambat api
- Geometri penempatan baut
PENUTUP
Rumah konstruksi kayu adalah
bangunan rumah dengan menggunakan sistem struktur rangka pemikul dari bahan
kayu. Biasa disebut sebagai rumah kayu, ciri-cirinya yaitu seluruh komponen
balok dan kolom serta dinding yang digunakan adalah kayu. Rumah dengan struktur
rangka kayu harus menggunakan sambungan-sambungan takik yang dikencangkan
dengan menggunakan paku minimal 4 buah. Panjang paku yang digunakan minimal 2,5
kali tebal kayu yang terkecil. Apabila struktur kayu ini memikul beban berat
(seperti struktur kayu untuk bangunan gudang atau garasi kendaraan), maka
sambungan kayu harus dikencangkan dengan menggunakan baut berdiameter minimum
10 mm. Semua kayu yang digunakan harus kering dan bila perlu diawetkan sesuai
dengan persyaratan pengawetan kayu.
Saat ini banyak material yang dikembangkan untuk menjadi alternatif
pengganti kayu seperti aluminium, kusen beton, gypsum, kusen UPVC yang
mendekati bentuk dan penampilan kayu untuk kusen pintu dan jendela luar.
Sebetulnya kayu memiliki Keunggulan dibanding dengan material lainnya yaitu
tampilan natural yang disukai dari kayu, material kayu banyak yang kuat menurut
jenisnya seperti kayu jati, kaper, atau ulin, melalui proses pengovenan yang
baik. Kayu memang fleksibel untuk dirubah bentuknya sesuai desain, seperti
bentuk lurus atau melengkung, dan dapat menahan panas atau dingin dari luar
ruangan. Sedangkan kerugian kayu antara lain mudah dimakan rayap, perawatan
secara berkala dengan cat atau coating agar tetap awet, dan menyerap air
sehingga menyebabkan volume kayu dapat berubah-ubah. Akibatnya pintu atau
jendela sulit dibuka karena salah satu sudutnya memuai.
Kerusakan yang menyebabkab
putusnya baut dari Grane Drott Cruz pacta dasarnya disebabkab oleh kelelahan
(fatique) dari material baut akibat beban dinamis. Jenis kelelahan (fatique)
yang terjadi tersebut adalah jenis low
cycle fatique yaitu jenis kelelahan yang diakibatkan kelelahan yang disebabkan
oleh tegangan yang besar. Hal ini ditunjukkan oleh bentuk permukaan patahan
baut yang menunjukkan kondisi patah overload yaitu suatu kondisi dimana
perambatan retak terjadi dalam waktu yang singkat dan akhimya dengan cepat
diikuti oleh patah getas.
Kerusakan akibat kelelahan
(fatique) pada baut tersebut dapat diawali atau dipercepat oleh : cacat manufaktur
pada baut. Cacat tersebut berupa lipatanlipatan (laps) pada perrnukaan ulir
dati baut yang teljadi ketika proses pengerolan ulir (thread rolling). Lipatan
tersebut merupakan bagian logam yang tidak menyatu sehingga merupakan pusat
retak awal. Disamping itu pada lipatan tersebut telah teljadi proses oksidasi
ketika baut tersebut diberi proses perlakuan panas. Proses tersebut dimaksudkan
untuk meningkatkan kekerasan atau kekuatan baut. Akibat proses oksidasi
tersebut maka pada bagian lipatan mengalami proses dekarburisasi sehingga menimbulkan
perubahan struktur mikro dari martensit temper menjadi fecit yang kasar dengan
kekuatan yang rendah. ini berarti proses dekarburisasi dapat menurunkan
kekuatan baut lebih jauh terutama dibagian lipatan sehingga kerusakan karena kelelahan
dapat dipercepat.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kehutanan. 2008.
Pemanfaatan Kayu. Jakarta.
Haygreen,
J. G. dan J. L. Bowyer. 1982. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu, Suatu Pengantar. UGM – Press. Yogyakarta.
Pandit dan Ramdan. 2002. Anatomi Kayu. ITB : Bandung
Setiadi, A dan Sofyan, K. 2010. Sifat Kimia Beberapa Jenis Kayu.
Teknologi Hasil Hutan Fahutan. Fakultas Kehutanan IPB.
Sjostrom, E. 1981. Kimia Kayu Dasar-dasar dan Penggunaan Edisi 2
(Terjemahan). Yogyakarta. Gadjah Mada Universuty Press.
Tsoumis, G. 1976. Kayu Sebagai bahan Baku. Proyek Penterjemahan
Literatur Kehutanan. Fakultas
Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Yap KHF. 1984.
Konstruksi Kayu. Binacipta. Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar